Sadam merebahkan dirinya di kamar yang sudah disiapkan Mama Hana kepadanya. Kamar ini sangat nyaman dan khas anak perempuan.
Sadam menatap Inka yang juga menatapnya. Hubungan mereka masih belum bisa dikatakan membaik hanya saja mereka sudah saling berbicara.
"Inka boleh aku bertanya?" Sadam menatap ke arah Inka dalam.
"Apa kamu tak bahagia bersamaku?" tanya lelaki itu membuat Inka terdiam
"Aku bahagia bersamamu" jawab Inka dengan jujur. Ia terlalu lelah dengan semuanya.
"Lalu mengapa kamu ingin berpisah denganku?"
Inka terdiam. Ia hanya tak ingin mengungkit lukanya lagi. Melepas Sadam tak pernah ada dalam list hidupnya. Jujur, Ia sudah terjatuh pada pesona lelaki itu, Inka tak percaya Ia secepat itu mencintai Sadam.
Inka memilih tak menjawab, Ia memunggungi Sadam membuat lelaki itu tersenyum getir. Sadam menatap punggung Inka. Ia tak bisa, Sadam menggeleng! Sampai kapanpun Sadam tak akan melepas Inka. Tidak akan pernah.
Lelaki itu kemudian memeluk Inka yang tidur memunggunginya. Inka menegang, "Sekali saja" bisik Sadam.
Inka membiarkan dirinya merasakan peluk hangat Sadam. Anak dalam perutnya aktif seperti biasa sekaan tahu Sadam berada didekatnya. "Anak papa nyapa papa nih?" kekeh Sadam merasakan pergerakan perut Inka heboh.
Lelaki itu mengelus perut Inka pelan membuat putrinya semakin heboh. Inka sampai heran padahal jika hanya dirinya, anaknya tak pernah seheboh ini padahal Inka sering mengajak anaknya untuk berbicara.
Anaknya masih menendang didalam sana hingga membuat Inka beberapa kali meringis. Mungkin Ia terlalu exited mendengar suara Sadam lagi. Ayahnya. Nafas Inka tercekat, Anaknya bahkan sudah menganggap Sadam ayahnya.
"Bobo sayang udah malam, kasian mama kesakitan" ujar Sadam dekat perutnya sembari mengelus perut Inka. Seakan terhipnotis, anaknya langsung diam dan bahkan mata Inka langsung berat ingin tidur.
Sadam tersenyum pedih, melihat Inka yang gigih berpisah darinya membuat hatinya sakit. Sadam tak siap kehilangan pelukan ini terlebih bayi yang sedang Ia peluk ini.
"Maafin papa nak" gumam Sadam.
***
Inka terbangun, Ia meraba ranjang disebelahnya. Kemana Sadam pikir Inka. Ranjangnya cukup dingin berarti Sadam pergi sudah cukup lama.
"Aku gak bisa bilang dengan Inka tentang anakku" ujar Sadam frustasi.
Inka menutup mulutnya pelan, Jadi Sadam memiliki anak dari wanita itu.
"Gak! aku gak bisa bilang sama Inka. Aku gak siap di benci aku" ujar Sadam kekeh kepada lawan bicaranya entah siapa.
Inka diam, wanita itu tersenyum perih. Air matanya tak bisa Ia bendung lagi. Ia memilih tak mendengar langsung dari mulut Sadam, karena terasa sangat menyakitkan. Inka merebut ayah bayi lain yang seharusnya mendapat perhatian dan kasih sayang Sadam.
Inka masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyalakan keran dan menangis sejadi - jadinya. Inka merasa dirinya tak berguna, Ia sama bejatnya dengan Arthur. Sadam mengapa kau bodoh sekali? Lelaki itu mengorbankan anak kandungnya demi anak Inka. Apa yang lelaki itu pikirkan!?
Suara gedoran pada pintu membuat Inka mengusap tangisnya. Ia membasuh wajahnya. "Inka, Inka kamu didalam sayang" tanya Sadam khawatir. Ia terkejut melihat ranjang kosong.
"Inka please, jawab aku" pinta Sadam.
Akhirnya Inka membuka pintu. Ia tersenyum pelan pada Sadam. "Ayo tidur" ajak Inka membuat kening Sadam berkerut. Ia tak salah dengarkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Loved
RomansaFollow dulu sebelum baca 😁 ** Inka mengandung anak dari kekasihnya namun lelaki itu tak mengakui dan malah menuduh Inka berselingkuh. Inka hancur ditambah dengan fakta bahwa sang kekasih menikahi wanita lain yang juga mengandung anak dari lelaki i...