Sadam menatap Inka, Ia masih belum percaya bahwa Inka disini bersamanya. "Inka" panggil Sadam.
Inka diam, Ia hanya menatap Sadam dalam. Tangan wanita itu sejak tadi sibuk menyuapi Sadam bubur dan memberikan obat untuk Sadam.
Sadam menghela nafas, Apakah Inka datang hanya untuk meminta tanda tangannya pasal perceraian. "Kalau kamu datang buat bahas perceraian mending pergi" ujar Sadam lagi.
Inka menggeleng, Ia tersenyum lembut. "Aku gak akan minta cerai. Aku gak akan lepasin kamu Sadam" ujar Inka membuat Sadam terbengong.
"Ka- kamu serius?" tanya Sadam meyakinkan.
"Sangat serius, karena kamu harus bertanggung jawab pada hal yang kamu lakukan" ujar Inka.
Sadam terdiam, Ia mencerna ucapan Inka. Sadam tak bisa berfikir pikirannya blank ."Sadam, kenapa kamu lakuin ini?" tanya Inka
"Tak makan berhari hari, kamu mau mati lemas" marah Inka akhirnya. Ia sejak kemarin ingin marah dengan Sadam namun melihat kondisi lemas lelaki itu Inka mengurungkan niatnya namun hari ini Sadam sudah lebih baik ,wajahnya sudah tak sepucat kemarin.
Sadam terkekeh pedih, "Itu lebih baik daripada berpisah dari kamu" ujar Sadam.
"Sadammm... kamu kenapa selalu nekat sih?"
"Kalau saya gak nekat, kamu pasti gak akan ada disini bukan? Kalau saja kamu gak kesini kemarin. Aku padahal sudah punya rencana minum racun tikus" ujar Sadam lagi.
Inka tak bisa berkata kata. "Sadam" ujar Inka mengeram.
"Kenapa? Toh aku hidup atau mati kamu gak akan perduli bukan? yang kamu cinta hanya Arthur dan Arthur bahkan tak pernah menatap kearahku sedikitpun" kekeh Sadam perih.
"Kamu gak sadar? Kalau kamu mati aku sama siapa? siapa yang menemin aku?" tanya Inka pelan.
"Ada Papa dan Mama kamu, ada Fabian dan Derian juga" ujar Sadam.
Inka memukul lengan Sadam. "Tapi mereka beda, mereka bukan kamu? Bukan Sadam Gunawan yang menyebalkan" ujar Inka.
Sadam menoleh. "Kamu cinta aku?" tanya Sadam.
"Menurut kamu?"
"Aku gak tahu Inka, makanya aku nanya?" rengek Sadam akhirnya.
"Kamu cinta aku?" tanya Inka.
"Banget bahkan pertama kali bertemu aku langsung jatuh cinta" gumam Sadam didengar Inka.
"Kalau gitu aku sama, aku juga cinta kamu" ujar Inka ringan.
Sadam terpejat tak percaya mendengar ucapan istrinya. "Tapi aku mau kamu jujur sama aku" ujar Inka pelan.
Sadam meneguk ludahnya susah payah. Inka mengeluarkan foto yang selama ini Ia simpan. Foto yang hampir mengancurkan rumah tangganya. "Lelaki ini kamu bukan?" tanya Inka.
"Dimana kamu dapat foto ini?" tanya Sadam.
"Tante Sonya" ujar Inka. Sialan, seharusnya Sadam sudah curiga sejak awal, wanita itu dibalik kejadian yang menimpa dirinya dan Inka.
"Ini kamu bukan?" tanya Inka sekali lagi.
"Iya itu kamu, maaf. Maaf aku gak jujur sejak awal Inka. Aku takut kamu membenci aku" ujar Sadam pelan.
"Kenapa bisa?" tanya Inka.
Ingatan Sadam muncul saat hari itu, pesta ulang tahun Isabel. Ia terpesona dengan kecantikan Inka namun sayang Ia harus menelan kekecewaan bahwa Inka sudah milik Arthur. "Malam itu saat Tante Sonya permaluin kamu didepan umum, Aku kejar kamu" ujar Sadam.
"Ternyata kamu masuk ke club malam dan minum dengan kesetanan. Aku perhatiin kamu dari jauh. Kamu tampak hancur" cerita Sadam.
Inka mendengarkannya dengan seksama. "Malam itu kamu ada lelaki yang datang menjemput kamu. Saya ikutin kalian, ternyata lelaki itu membawa kamu ke apartment milikmu. Dia bahkan memasukan presscode dengan mudah, saya pikir dia Arthur, namun ternyata bukan. Saya langsung menerjang lelaki itu" ujar Sadam jujur.
"Lelaki itu menjebak kamu dan mencampur minumanmu dengan obat perangsang. Saya bingung karena kamu terus menggoda saya ditambah saya menyukaimu. Saya khilaf dan ternyata saya yang pertama bagimu"
Inka menahan nafas, "Saya .. Saya bingung saat itu dan bodohnya saya langsung pergi"cerita Sadam. "Aku ingin bertanggung jawab denganmu namun saya tahu kamu pasti akan kebingungan" ujar Sadam lagi. "Makannya saya diam - diam melihatmu dari jauh, melindungi kamu sebisa saya karena saya tak bisa muncul, Saya sedih saat kamu dihina oleh Arthur, lelaki itu menghinamu didepan umum saat kamu mengatakan hamil, ingin rasanya saya muncul dan memukul Arthur karena menghina anak saya" kesal Sadam.
"Hingga suatu malam membuat saya harus muncul saat kamu mengalami pendarahan. Saya ketakutan melihat darah mengalir dari pahamu. Saya takut, anak saya pergi sebelum mengetahui keberadan saya sebagai papanya" ujar Sadam dengan suara tercekat.
"Saat itu saya berfikir untuk menikahi kamu, memiliki kamu selamanya terlebih lagi ada anak saya dalam kandungan kamu" ujar Sadam tertunduk.
"Kamu tahu alasan aku ingin berpisah?" tanya Inka yang dibalas gelengan oleh Sadam.
"Foto ini, aku pikir telah merebut kamu dari seseorang yang lebih berhak. Terlebih lagi saat malam kita nginap dirumah mama dan papa, aku denger percakapan kamu sama orang bahasa tentang anak" ujar Inka akhirnya.
Ingatan Sadam teralih. Ia menelpon omanya saat itu, Iya nenek dan omanya tahu bahwa anak dalam kandungan Inka milik Sadam.
"Maafin saya" ujar Sadam memegang tangan Inka erat.
Inka tersenyum lembut. "Semuanya sudah berlalu, Aku gak marah apalagi benci kamu. Aku malah bersyukur tenyata anak ini memang punya kamu, punya kita" ujar Inka. "Pantes aja tiap ketemu kamu dia selalu heboh" gumam Inka.
Sadam terkekeh. "Dia tahu keberadaan ayahnya"
"Udah tidur lagi, biat cepet pulih" ujar Inka.
"Saya baru saja bangun" rengek Sadam.
"Kenapa kamu bisa suka aku padahal baru pertama ketemu?" tanya Inka.
Sadam terkekeh, "Mau tahu Rahasia?" tanya Sadam membuat Rasa penasaran Inka meluap-luap.
"Apa?"
"Cium dulu" pinta Sadam sembari menunjuk bibirnya.
Inka mencium Sadam sekilas, kemudian menuntun penjelasan Sadam. "Kamu cinta pertama saya, Dulu saya sering diajak ke panti sama nenek biar gak kesepian bahkan ulang tahun saya diadain di Panti. Saat umur 15 tahun saya ketemu kamu disana, senyum kamu manis dan berani nyapa saya yang memang berwajah judes dan ansos" kekehnya.
Sadam mengeluarkan dompetnya, disana foto dirinya dan Inka saat remaja. Inka berusia 12 tahun saat itu. "Lihat, kamu lucu sekali kan"
Inka terbengong, Ia ingat lelaki ini sekarang. Lelaki yang pernah membuat acara ulang tahun di panti asuhannya. "Kamu dingin banget soalnya? temen - teman gak ada yang berani nyapa" ujar Inka. Ia ingat samar - samar.
"Tapi kenapa kamu bisa inget aku?" tanya Inka heran. Bahkan dirinya tak bisa mengingat Sadam.
Sadam membawa tangan Inka, "Tanda lahir ini" ujarnya.
Ternyata Sadam ingat dirinya sedetail itu. Inka tak menyangka bahwa dirinya dan Sadam pernah bertemu selain di pesta ulang tahun Isabel.
"Maaf ya" ujar Sadam lagi.
"Untuk?"
"Maaf, secara tak langsung saya merusak hubungan kamu sama Arthur" ujarnya menunduk.
"Hey, Semua yang terjadi pasti udah jalannya. Kalau saat itu kamu gak hadir mungkin Arthur juga tetap bersama dengan Isabel, Jodoh siapa yang tahu" ujar Inka.
Sadam mendekat ke arah Inka dan memeluk wanita itu erat sangat erat. "I love you"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Loved
RomantizmFollow dulu sebelum baca 😁 ** Inka mengandung anak dari kekasihnya namun lelaki itu tak mengakui dan malah menuduh Inka berselingkuh. Inka hancur ditambah dengan fakta bahwa sang kekasih menikahi wanita lain yang juga mengandung anak dari lelaki i...