Bab 19 Ngambenya Sadam

35.4K 2.6K 41
                                    

Inka duduk disebelah Sadam. Ia tahu suaminya sedang mode mendiami Inka. Ia tak menjaga perasaan Arthur, hanya saja Ia tak ingin Arthur membenci ibunya. Hidup tanpa ibu dan ayah membuatnya tahu betapa berharga kehadiran mereka.

"Sadam," panggil Inka.

Wanita itu duduk diatas meja menghadap ke Sadam. Ia menangkup pipi suaminya.

"Sadam my hubby," panggil Inka membuat Sadam yang awalnya bermuka datar menjadi sedikit tersenyum.

"Aku gak menjaga perasaan Arthur. Hanya saja aku tak ingin dia membenci tante Sonya ibunya. Aku tak ingin membuat seorang anak durhaka pada ibunya. Kita juga akan punya anak," Inka mengelus perutnya. "Kesalahan apapun yang dilakukan seorang ibu, Ia akan tetap menjadi seorang ibu. Aku sudah iklas dan melupakan hal itu." jelas Inka lagi.

Sadam tak bisa berkata kata apapun. "Sepanjang hidupku aku tak tahu rasanya dekapan ibu, aku bahkan tak tahu bagaimana rasanya diikatkan rambut oleh ibu. Aku hanya tak ingin anak lain merasakan penyesalan karena mereka egois dan akhirnya kehilangan waktu bersama ibunya,"

Sadam tiba-tiba merindukan ibunya. Sudah lama Ia tak berkunjung ke makan ibunya. Sadam langsung berdiri dan mengamit tangan istrinya.

"mau kemana?" tanya Inka

"Ketemu bunda," ujar Sadam. .

Lelaki itu mengenggam erat tangan istrinya. Sejak tadi kedatangan Sadam bersama wanita hamil menarik perhatian para pegawainya. Mereka baru tahu bahwa calon bos besar mereka sudah menikah.

Wajah kaku yang biasa Sadam tampilkan menguap entah kemana. Ia tampak lebih santai saat bersama Inka. "ternyata si bos udah ada pawang," ujar Brenda pada dirinya.

Brenda mengingatkan dirinya untuk menjaga hati agar tidak memiliki niatan buruk. Pak Sadam memang tampan namun Brenda paling anti menjadi pelakor.

Ditempat lain, Arthur meminum alkoholnya. Alkohol adalah temannya akhir akhir ini, stress dan depresi yang Arthur rasakan. Ia bodoh bodoh. Lelaki itu melepas berliannya. Bodoh!!!

Arthur berdiri disebelah jendela menatap kearah bawah dimana Inka dan Sadam nampak riang mengandeng satu sama lain. "Kamu tampak bahagia Inka," gumam Arthur. Lelaki itu menengak alkoholnya.

"Kamu meninggalkanku hancur.. Benar -benar hancur.," gumam Arthur.

Lelaki itu membenturkan kepalanya dengan botol hingga kepalnya berdarah.

"Pak Arthur," Meisya sekretaris Arthur langsung membawa Arthur keklinik kesehatan. Lelaki itu tampak berantakan. "Kamu milik saya, tak ada yang lebih berhak akan kamu. Hanya saya.. hanya saya," Perlahan kesadaran Arthur menghilang.
***

Sadam berjongkok dipusaran ibunya. "Bunda Sadam dateng, maafin ya Sadam nakal banget suka lupa ngunjungin Ayah dan Bunda," ujar Lelaki itu.

"Oh iya, Sadam mau kenalin seorang spesial. Ini Inka bunda Istri Sadam. Dia lagi hamil doain ya lahirannya lancar" cerita Sadam.

Inka tak bisa berjongkok hanya berdiri dengan sedikit menundukan kepalanya. "Hallo ayah Bunda. Aku Inka," ujar Inka.

"Tuh kan bunda ayah, Denger suaranya mendu banget. Kayak dinyanyiin nina bobo," Sadam kembali bercerita pada orang tuanya membuat Inka tersenyum.

Inka sedikit menjauh memberikan space untuk Sadam bersama kedua orang tuanya. Lelaki itu tampak bercerita layaknya anak kecil bercerita pada kedua orang tuanya.

"Ayah Bunda jaga rahasia yang Sadam tadi bilang ya, jangan bilang ke siapa-siapa," bisik Sadam.

Ia berdiri kemudian mendatangi istrinya. "Kamu mau ngomong apa sama bunda dan ayah?" tanya Sadam.

"May I?" tanya Inka.

Sadam mengangguk. "Orang tuaku juga orang tuamu," ujar Sadam membuat Inka tersenyum.

Ia mendekati ke arah makam kedua orang tua Sadam. "Hay Ayah, Bunda," bibirnya terasa kelu mengucapkan dua kata itu.

"Makasih karena sudah melahirkan Sadam ke Dunia," ujar Inka membuat Sadam mengerutkan keningnya.

"Gitu aja?"

Inka menganggukan kepalanya.

Mereka akhirnya kembali ke kantor karena Sadam akan segera rapat lagi. Sadam sudah siap-siap. "Dasimu miring," ujar Inka.

Inka reflek saya membenarkan posisi dasi Sadam yang miring. "Selesai."

Sadam tak menjauh. Lelaki itu malah menarik dekat Inka hingga tak ada jarak antara mereka kecuali perut buncit Inka.

Sadam mengecup bibir Inka pelan. Kemudian Ia jongkong dan mengecup perut Inka.

"Love both of you, My Queen and My little princess," ujar Sadam mengelus perut Inka.

Tanpa Sadar pemandangan itu ditonton oleh Brenda. Asisten Sadam itu hendak mengingatkan bahwa rapat akan dimulai dalam 10 menit.

"Rrr.. Pak," panggil Brenda.

Sadam menoleh, kemudian menghadap ke arah Brenda. Ia memasang wajah datar seperti biasa sedangkan Inka memerah karena malu.

"Ada apa?" Sadam dengan santainya sembari memasukan kedua tangannya di celana. Gaya khas Sadam.

"Rapat akan dimulai 10 menit lagi,"ujar Brenda.

Sadam mengangguk. "Sayang, tunggu saya disini. Saya rapat cuma sebentar. Ingat jangan terima siapapun masuk keruangan ini," ujar Sadam pada istrinya.

Inka memberikan hormat pada Sadam. "Siap komandan," ujar Inka.

Sadam terkekeh mengacak pelan rambut Inka. Ia kemudian keluar diikuti oleh Brenda yang gigit jari melihat keromantisan sang bos bersama istrinya.

Rapat kali ini adalah tinjau ulang rapat sebelumnya. Gita sudah hadir. Wanita itu selalu menatap kearah Sadam penuh kerinduan. Brenda memutar bola matanya malas. Ia juga selalu ditanya-tanya pasal Sadam oleh wanita itu..

"Dasar tak tahu malu," gumam Brenda dalam hati.

Gita menatap Sadam, Lelaki itu banyak berubah beberapa tahun ini. Tahun ini Sadam berusia 32 tahun. Sadam hari ini mengenakan setelah jas berwarna abu-abu. Lelaki itu tampak merawat dirinya dengan baik.

Sadam fokus pada pekerjaannya. Ia menatap segala rinci proposal yang disampaikan oleh koleganya.

"Bagaimana jika rencana A tidak berhasil?" tanya Sadam.

Ia mengangguk saat mendengar penjelasan dari koleganya. Ia tampak serius membuat lelaki itu berkali lipat lebih tampan.

Gita memandang itu penuh senyuman. Sadam selalu lah Sadam. Lelaki itu selalu mengabaikan sekitar saat bekerja.

Rapat sudah usai. Sadam segera keluar ruangan karena ternyata rapat yang Ia sangka sebentar berlangsung hingga 3 jam. Inka pasti sangat kebosanan..

"Sadam, bisakah kita bicara?" tanya Gita berusaha mengejar Sadam.

Brenda yang ada dibelakang menyelamatkan Sadam. "Maaf bu Gita, Setelah rapat ini pak Sadam ada meeting lagi," ujar Brenda sembari memberikan Sadam kode untuk pergi.

Gita tampak kecewa "Oh seperti itu. Lain kali saja," ujar Gita kemudian Ia berbalik meninggalkan kantor.

Sadam berbalik, Ia membuka ruangannya. Di sofa Inka tampak tertidur meringkuk. Sadam langsung jongkok didepannya. "Kamu pasti bosan menunggu," ujar Sadam.

Fated to LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang