Bab 37 Meet Isabel

37K 2.4K 8
                                    

Inka duduk sembari menikmati segelas juice stawberry didepannya. Ia menatap jam tangannya, sudah lima menit Ia duduk ditempat ini menunggu Isabel.

Entah hal apa yang terjadi, Isabel kemarin menghubunginya meminta bertemu. "Maaf kak, aku terlambat" ujar seorang Isabel kemudian duduk.

Inka menganggukan kepalanya pengertian. "Kamu mau minum apa?" tanya Inka basa-basi.

"Aku mau juice alpokat aja kak" Inka mengangguk dan memanggil pelayan.

"Kamu mau bicara apa sama aku?" tanya Inka to the point.

Isabel sedikit ragu bertanya namun Ia mengumpulkan keberaniannya sejak lama. "Kakak punya hubungan dengan kak Arthur?" tanya Isabel pelan.

Pertemuan pertama Inka dan Isabel adalah saat ulang tahunnya. Saat itu Inka memperkenalkan diri sebagai sahabat Arthur namun beberapa waktu lalu Isabel melihat sebuah foto yang membuatnya tahu bahwa hubungan Arthur dan Inka bukan hanya sebatas sahabat.

"Kami mantan kekasih" jelas Inka dalam satu tarikan nafas.

Isabel tercekat. "Berapa lama kak?" tanya Isabel.

"Enam tahun"

Nafas Isabel semakin tercekat. "Kenapa putus?" tanyanya setelah berhasil mendapatkan suaranya kembali.

Inka tersenyum pada Isabel. "Aku putus dengan Arthur bukan karena kamu. Sebelum pernikahan kalian hubungan kami memang sudah berakhir" jelas Inka.

"Tapi kak... "

Inka menggelengkan kepalanya pelan. "Kamu gak perlu ngerasa bersalah. Karena ini murni karena takdir yang tak bisa kami ubah. Aku dan Arthur memang tak sejalan" ujar Inka.

"Tapi Arthur masih mencintai kakak" ujar Isabel pelan. Air matanya menggenang di pelupuk matanya.

Inak menggeleng. "Aku dan Arthur sudah berakhir. Yakinlah! Arthur milikmu" Inka meyakinkan Isabel.

"Maafin aku kak, mungkin ini karma buat aku karena ambil Arthur dari kakak" ujar Isabel lagi.

Inka terkekeh. "Mau tahu satu fakta gak? Dulu aku benci banget sama kamu karena kamu ngambil Arthur padahal aku lakuin segala cara buat pertahanin Arthur" jelas Inka panjang lebar.

Isabel mendengarnya dengan seksama. "Kemudian aku ketemu Sadam. Kakak kamu itu buat aku sadar bahwa Life must go on meski tanpa Arthur" jelas Inka.

"Saat ini aku udah punya Sadam dan dia cukup buat aku" Inka meyakinkan Isabel.

"hmm... Anak itu" tunjuk Isabel.

Inka tertawa, ternyata pikirannya sama dengan Isabel. Kalau saja Ia tak tahu kenyataannya mungkin Ia masih berfikir kalau bayi ini anak Arthur. "Ini anak Sadam. Jauh sebelum Arthur menghamilimu. Aku sudah lebih dulu hamil dari Sadam" jelas Inka membuat Isabel terbelelak.

"Kenapa bisa?" setahunya Sadam dan Inka sebeljm itu tak saling kenal.

"Tanyakan pada kakak sepupumu itu" kekeh Inka.

Isabel sekarang lega. Ia tahu Inka dan Arthur pernah memiliki hubungan dimasa lalu dan satu ketakutannya adalah anak yang dikandung Inka milik Arthur.

"Kamu mau minta tips gak buat Arthur jatuh cinta sama kamu?" ujar Inka menaik turunkan alisnya.

"Kamu sudah punya modal bahwa Arthur menyayangimu selanjutnya kamu lakukan adalah pengaruhi alam bawah sadarnya dengan kehadiran kamu"

Isabel tak mengerti. "Musik" kata Inka kembali membuat Isabel mengerutkan keningnya.

"Arthur mencintai musik. Ia dulu punya cita -cita jadi musisi namun orang tua Arthur menentang dan menghancurkan semuanya" jelas Inka.

"Aku dengar kamu suka musik. Kalian punya kesamaan yang sama. Mulai berdekatan dan bahas hal yang sama"

Isabel menatap Inka mencari kebohongan disana namun tak menemukannya. Ia baru tahu kalau Arthur menyukai musik.

"Thanks kak" ujar Isabel tersenyum.

Suara deringan ponsel Inka membuat Isabel menatap wanita didepannya. "Iya Sadam Sayang. Aku pulang sekarang. Kamu di kantor kok tahu aku gak dirumah?" tanya Inka

"Kamu mata-matain aku?" kesal Inka.

Inka mematikan sambungannya. "Kenapa kak?" tanya Isabel penasaran.

"Biasa kakak kamu itu makin menyebalkan. Kakak pulang duluan ya"

Inka berpamitan. Isabel menatap wanita itu, kehamilannya sudah membesar. Ia mengelus perutnya yang membuncit, kandungannya memasuki bulan ke 6 sekarang.

***

Isabel pulang kerumah. Ia berjalan perlan. Arthur tak pernah jahat pada Isabel bahkan lelaki itu sangat perhatian namun Isabel bisa melihat dimana lelaki itu tak ada cinta untuk Isabel.

Arthur seperti sedang melakukan tanggung jawabnya, sebatas formalitas. Itulah yang Isabel rasakan.

Ia masuk kedalam rumah dan terkejut melihat Arthur memeluknya. "Kamu kemana sih?" ujar Arthur menangkup wajahnya pelan. Ia memeriksa Isabel.

"Aku tadi habis dari cafe ngobrol sama Kak Inka" ujar Isabel. Mendengar nama Inka dari mulut Isabel membuat Arthur cemas. Apa Isabel mengetahui hubungannya dengan Inka?

Isabel menangkap geram - gerik tak nyaman Arthur memilih tersenyum. Ia tahu Arthur berusaha menjaga perasaannya. "Kak aku mau tunjukin sesuatu sama kakak" ujar Isabel mengamit pelan lengan Arthur.

Arthur bingung namun tak ayal mengikuti langkah kecil istrinya. Sebuah ruangan kecil yang tak pernah Arthur ketahui di rumah ini.

Rumah ini memang pemberian kedua orang tua Isabel sebagai hadiah pernikahan mereka. Tangan Isabel membuka pintu ruangan itu.

"Welcome to my studio kak" ujar Isabel membuat Arthur terbelalak melihat studio music mini ini.

"Aku cinta musik sejak kecil jadi aku minta papa design rumah dengan studio music mini" jelas Isabel.

Arthur terpaku. Ia masuk dan terpesona. Impiannya sejak dulu yang tak pernah tercapai. "Kamu suka kak? Aku harap kamu suka karena rasanya dunia sepi tanpa musik" jelas Isabel.

Arthur menatap Isabel, matanya berbinar. "Aku setuju. Musik adalah cara kita untuk menyampaikan perasaan" ujarnya pelan.

Arthur memgambil sebuah gitar dan memetiknya. Sekarang Ia bisa bebas memainkan gitar tanpa takut gitarmya dihancurkan. "Mainin lagu kak" pinta Isabel.

Wanita itu sudah duduk didepan piano, tangannya menekan tuts - tuts piano dengan lihai sedangkan Arthur memetik gitarnya membuat harmoni yang indah.

Whether it's rock and roll or old soul, it don't matter
Disco, calypso, it don't matter
Suit and tie or tie-dye, it don't matter
Snake skins, Timberlands, it don't matter

Tight fade or long braid, it don't matter
Red head or brunette, it don't matter
Break dance, slam dance, it don't matter
Do the jerk until it hurts

Ain't nothin' wrong with that
(I'm tellin' you)
Ain't nothin' wrong with that
(I'm tellin' you)
Ain't nothin' wrong with that
Hey!

East coast or west coast, it don't matter
Down south or up north, it don't matter
Hollywood or in the hood, it don't matter
Either way, it's all good, it don't matter

Arthur saling pandang dengan Isabel menyelesaikan lagunya.

Ain't nothin' wrong with that
(I'm tellin' you)
Ain't nothin' wrong with that
(I'm tellin' you)
Ain't nothin' wrong with that

Merasa saling tatap lama. "Suara kamu bagus"puji Arthur.

"Aku gak tahu kamu tahu lagu itu" kekeh Arthur kemudian.

"Aku suka lagu-lagu lama kak terlebih lagi soundtack film" jelas Isabel.

Arthur meletakan gitarnya. Ia kemudian memeluk Isabel dari belakang dan meletakan dagunya diatas kepala Isabel. "Makasih ya" bisik Arthur pelan.

Arthur memang kehilangan Inka namun Ia tak memungkiri bahwa Ia menyayangi Isabel. Entah rasa sayang seperti apa Arthur tak perduli baginya bersama Isabel membuat perasaanya yang sempat membeku menghangat.

"Aku sayang kamu" bisik Arthur.

Fated to LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang