Bab 20 Gagita Lestari

32.6K 2.4K 22
                                    

Weekend ini Inka dan Sadam menginap dirumah Oma Elisye. Sang oma merindukan cucu dan cucu menantunya. Inka tidur dikamar Sadam dulu saat Ia masih membujang. Setelah kedua orang tuanya meninggal Sadam memilih untuk tinggal dirumah omanya.

Inka membersihkan kamar Sadam. Kamar lelaki itu cukup sederhana. Hanya ada kasur dan meja ditambah rak buku dan meja khas anak remaja lelaki.

Oma bilang sudah hampir 5 tahun Sadam meninggalkan kamar ini. Tak ayal ruangan ini begitu lembab meski sering dibersihkan oleh asisten rumah tangga oma.

Inka merapikan buku-buku Sadam yang berantakan.Ternyata lelaki itu suka belajar, Ia bisa lihat banyak sekali buku-buku tertata di sana. Dari bisnis hingga komik.

Mata Inka tak sengaja menatap sebuah buku bersampul pink sangat kontras  dengan buku  tertata disana. "Gagita Lestari," gumam Inka membaca nama tertera disana.

Inka penasaran. Ia duduk di kasur dan membuka buku itu.

Deg..

Didalam buku itu terdapat banyak foto-foto dan tertempel sebuah note tentang kejadian di foto itu.

Mata Inka menelaah satu demi satu kata-kata disana. Lima tahun yang lalu. Inka baru tahu bahwa Sadam pernah bertunangan dengan seseorang. Sadam kecil berbeda dengan Sadam yang Ia lihat saat ini.

Padahal ini sudah masa lalu namun entah mengapa hati Inka merasa sedikit nyeri melihat kemesraan di foto itu. "Ada apa denganku?" gumam Inka memegang dadanya.

Suara langkah kaki membuat Inka buru-buru meletakan buku itu.

Sadam menaikan alisnya menatap Inka aneh, lelaki itu menggunakan pakaian santai dan akan segera mandi. Inka memberikan Sadam handuk. "What's wrong with your face ?" tanya Sadam menaikan alisnya.

Inka menggelengkan kepalanya. "Sana mandi, bau tahu," canda Inka sembari menutup hidungnya.

Melihat itu Sadam menatap aneh, bukan Inka sekali. "Ada apa ?" tanya Sadam lagi. Ia merasa Inka menatapnya aneh.

"Gak apa"

Sadam menganggukan kepala kemudian lelaki itu masuk ke kamar mandi.

Inka terduduk di kasur sembari memegang dadanya yang nyeri. Ada apa dengan dirinya?

Wanita itu menggelengkan kepalanya. Lagi lagi ponsel Sadam berdering. Nama Gita muncul disana. "Gita," gumam Inka.

Inka menatap id caller-nya lama hingga Ia tak sadar bahwa Sadam telah keluar dari kamar mandi. "Siapa yang nelpon?" tanya lelaki itu.

Inka terkejut. Cepat sekali Sadam mandi padahal Inka rasa ini belum 10 menit. "Gita," ujar Inka.

Sadam menaikan alisnya kemudian menjawab telepon dengan sedikit menjauh dari Inka. Inka menatap punggung Sadam aneh, biasanya Sadam tak akan menjauh hanya untuk menerima telepon toh Inka tak akan ribut.

Inka memilih melanjutkan pekerjaanya bersih-bersih. Ia tersenyum senang saat melihat kamar Sadam sudah bersih. Matanya tak sengaja menatap foto di meja.

Deg

Gagita Lestari itu lagi.

Inka mengambil foto itu.

"Eh... Ini foto tak penting," Sadam buru -buru mengambil foto itu dan membuangnya di tong sampah.

"Kenapa dibuang?" tanya Inka polos.

"Itu foto tak penting,"

Sebenarnya Inka Ingin bertanya lagi namun sikap defensifve Sadam membuat wanita itu memilih diam.

"Katanya tadi mau lihat oma nanam bunga" ujar Sadam. Lelaki itu langsung menggandeng Inka menuju ke taman belakang rumah omanya yang luas.

Oma Elisye adalah pencinta bunga jadi tak salah jika rumah wanita tua itu banyak terdapat bunga-bunga. Dari warna merah hingga ungu.

Inka terkagum-kagum melihat taman belakang rumah Oma Elisye bahkan ada jembatan kecil disana.

"Ayo kesana," ajak Sadam pada Inka.

Lelaki itu menggandeng istrinya. Inka sudah duduk di ayunann yang terbuat dari kayu itu. Inka tampak seperti seorang bidadari.

"For my angel," Sadam menyematkan mahkota Bunga di kepala Inka.

Inka tersenyum menatap Sadam dalam. Lelaki itu mendekat kemudian mencium bibir Inka dalam. Inka mengalungkan tangannya di leher Sadam.

"Sadam," gumam Seseorang membuat Inka dan Sadam menoleh.

Sadam menatap Gita dengan mata melebar. Apa yang wanita itu lakukan dirumah ini? Ia langsung menatap Inka yang memandang Sadam dengan pandangan curiga.

"Kamu disini dulu," pinta Sadam mengecup kening istrinya.

"Gita, ikut saya," ujar Sadam dingin.

Gita? Tunggu! Inka ingat wanita tadi adalah wanita yang sama di buku bersampul pink itu. "Gagita Lestari, Gita," gumam Inka.

***
Sadam membawa Gita ke ruang tamu. "Kamu ngapain kesini?" tanya Sadam.

Gita memandang Sadam penuh luka. "Aku hanya ingin mengunjungi kamu dan Oma," ujar wanita itu. Air matanya sudah mengalir sejak tadi.

"Tapi... Arghhhh," Sadam mengacak kepalanya frustasi. Ia belum menceritakan pasal Gita pada Inka. Ia tak ingin Inka salah paham.

"Apa yang kamu inginkan dari saya Gita?" tanya Sadam, wajah lelaki itu mengeras. Ia dan Gita sudah berpisah dan merupakan keputusan keduanya namun mengapa Gita datang mengusiknya lagi.

"Aku...aku...," ujar Gita terbata "Aku mau bilang kalau Papi sudah setuju sama hubungan kita Sadam. Akhirnya setelah 5 tahun berlalu Papi luluh," ujar Gita membuat Sadam menaikan alisnya.

"Kenapa? Setelah Papi kamu tahu bahwa saya adalah calon chairman dari Gunawan group?" tanya Sadam sinis.

Gita menatap Sadam kecewa. "Papi gak sepicik itu, Dia melakukan itu karena ingin yang terbaik untuk aku," ujar Gita.

Sadam mengangguk, "Terbaik untuk kamu tapi enggak terbaik untuk saya," tungkas Sadam.

Gita diam seribu kata, wanita itu mengalihkan pandangannya.

"Kamu sudah menikah Gita dan begitupun saya. Sebaiknya kita lupakan segalanya. Ingat anakmu," peringat Sadam.

"Aku tak mencintai David. Aku hanya mencintai kamu Sadam. Aku juga tak mencintai anak itu  anak itu hadir karena kesalahan," teriak Gita.

Sadam menatap Gita tak menyangka. Lelaki itu merasa benar-benar tak mengenal Gita. Wanita itu bisa berkata dengan sangat kejam, bagaimana perasaan anak itu mendengar ucapan mama kandungnya.

"End up conversation, you can leave!," ujar Sadam kehabisan kata-kata.

"Baiklah, tapi sebelum aku pergi peluk aku," pinta Gita.

Sadam sudah muak dengan kehadiran Gita. Ia segera menarik Gita kedalam pelukannya.

Inka yang diambang pintu menatap Sadam dan Gita yang sedang bepelukan. Lelaki itu bahkan dengan mudahnya menarik Gita kedalam pelukannya.

Fated to LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang