Inka duduk di bangku taman. Ia menatap kosong ke arah bunga-bunga. Pemandangan Sadam memeluk Gita masih terbayang dikepalanya.
"Dah," Sadam datang mengangetkan Inka.
Tak ada ekspresi kesal yang Inka tunjukan. Wanita itu hanya tersenyum pelan. Pikiran Inka amat kacau.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Sadam. Lelaki itu memegang kening Inka yang berkerut dengan cepat Inka menepis lelaki itu membuat Sadam terkejut.
"Eh..," ujar Inka tanpa sadar. Sadam sama terkejutnya, Ini pertama kalinya Inka menolak sentuhan yang Sadam berikan.
"Aku capek, mau istirahat," ujar Inka. Wanita itu buru-buru masuk kedalam rumah.
Inka memukul kepalanya. Kenapa Ia cemburu? Iya Inka merasa cemburu. Apa Ia tanpa sadar sudah mencintai Sadam? Semudah itukah?
Inka memutuskan merebahkan dirinya namun matanya tak bisa terpejam. Malah bayangan Sadam memeluk Gita lah yang muncul dikepalanya..
"Arghhh," gumam Inka sembari mengacak rambutnya.
***
Arthur kembali kerumah lelaki itu kembali dengan kondisi mabuk membuat Isabel ketakutan.Arthur sudah hampir seminggu tak pulang dan kini kembali dengan sebotol minuman alkohol. Lelaki itu merancau dan mengamuk.
Isabel menekan nomor ponsel Inka. Ia tak mungkin menelpon Ibu mertua atau ibu kandungnya. Isabel tak ingin Arthur mendapat masalah. Isabel juga tak mungkin menelpon Sadam karena Isabel tak ingin Sadam melukai Athur.
"Kak Inka..Ikss.ikks," tangis Isabel membuat Inka di seberang panik.
"Arthur ngamuk kak,"ujar Isabel.
Inka langsung bergegas mendatangi alamat yang diberikan oleh Isabel. Ia khawatir apalagi wanita itu sedang hamil.
Inka langsung masuk kedalam rumah itu terburu-buru. Suara pecahan kaca membuat Inka khawatir. "Isa ," panggil Inka memeluk wanita itu erat.
Isabel langsung memeluk Inka, menangis sejadi-jadinya. Seumur hidup Isabel tak pernah melihat hal semengerikan ini. Pecahan kaca berserakan di lantai.
"Arthur," Panggil Inka lembut.
Ia sudah lama tahu watak Arthur, lelaki ini punya emosi yang sulit terkontrol. Lelaki itu menghentikan aksinya, Ia memandang Inka teduh.
"Kamu harus berhenti, jangan kayak gini. Isabel ketakutan," ujar Inka.
Arthur berhenti, Ia mengelus pipi Inka pelan. "Ini beneran kamu, Aku gak mimpi kan?" gumam Arthur.
Isabel lega melihat emosi Arthur sudah lega. tetapi kenapa Lelaki itu mengelus pipi Inka? . "Apa Arthur pikir Inka itu aku kali ya?" gumam Isabel aneh.
Mungkin saja. Arthur berada dibawah pengaruh alkohol. "Kak Inka," panggil Isabel.
Inka langsung menarik Arthur dan membawanya menjauh dari tempat itu. Isabel langsung memeluk Arthur erat. "Kak Arthur, jangan marah-marah lagi. Isa takut," ujar Isabel..
Seketika kesadaran Arthur kembali. Ia menatap Inka lama namun kemudian mengalihkan tatapannya pada Isabel yang nampak histeris. Ia hampir saja menyakiti Isabel bagaimana pun juga Isabel adalah ibu dari anaknya.
"Maafin aku sayang," gumam Arthur.
Tak ada sakit hari dalam diri Inka untuk Arthur, Inka sudah mengiklaskan Arthur untuk Isabel. Sampai kapanpun Inka tak akan pernah bisa marah pada Arthur, lelaki itu pernah sangat berjasa bagi hidupnya meski pada akhirnya Arthur juga menyakiti Inka.
"Makasih kak Inka,"ujar Isabel.
Inka memutuskan pulang kerumah, Ia menyempatkan diri untuk singgah di ruko sebentar memastikan keadaan aman. Ternyata susah juga memiliki banyak rumah, membuatnya nomanen kesana kemari. Inka memukul kepalanya seharusnya Inka bersyukur diluar sana banyak yang mengimpikan rumah namun mereka tak mampu.
Untuk pertama kalinya Inka menginginkan sesuatu. Ia saat ingin makan burger. Air liurnya terasa mau menetes. Inka memutuskan berhenti disebuah cafe untuk menuntaskan ngidamnya.
Sadam sejak pagi sibuk karena proyek yang Ia tangani kembali bermasalah. Inka menjadi kasian pada lelaki itu.
"Sadam," gumam Inka.
Disana Sadam duduk dibangku cafe namun lelaki itu tidak sendiri ada Gita juga. Apa Sadam selama ini sering membohonginya? Perasaan buruk langsung menghantui perasaan Inka.
Tiba-tiba selera makannya menguap. Ia meletakan beberapa lembar uang untuk membayar burgernya yang bahkan belum datang.
Perasaannya sakit, Inka terduduk di jalan. Perasaan ini jauh lebih menyakitkan daripada Athur menolak anak dan dirinya. Padahal Inka harusnya sudah terbiasa. Sadam, Apa yang sebenarnya lelaki itu inginkan? mengapa Ia melakukan ini pada Inka?
Inka menghapus air matanya kasar. Wanita itu memilih tak pulang ke rumah. Ia tak akan kembali ke rumah oma Elisye.
***
Sadam kembali kerumah omanya namun Ia panik karena Oma bilang sejak tadi Inka tak pulang.
Sadam menghubungi wanita itu namun ponselnya tak aktif. Lelaki itu benar-benar ingin mengumpat sekarang. Perusahaan kacau, sekarang Inka. Kemana wanita itu?
Sadam kehilangan akal sehatnya? Mengapa semesta bekerjasama untuk membuatnya pusing? Mengapa keadaan seakan menjepitnya.
"Inka kamu kemana?" ujar Sadam lirih. Ia mengarahkan mobilnya kesana kemari. Sadam memberhentkikan mobilnya didepan ruko. Harapan terakhir Sadam.
"Bang Sadam," Sapa Dimas. Lelaki itu sedang mencatat barang yang harus dipesan.
"Inka ada kesini?"tungkas Sadam langsung.
"Tadi siang sih bang sempet mampir sebentar," ujar Dimas mengingat.
Sadam terduduk dilantai, wajahnya benar-benar frustasi. Ia tak tahu harus mencari Inka kemana lagi.
"Dirumah gak bang?" ujar Dimas menunjuk rumah mereka didepan sana.
Sadam langsung berlari dan masuk kerumahnya. Tidak dikunci. Sadam tiba-tiba merasakan angin segar. Ia langsung masuk kerumah tersebut.
Sadam langsung memeluk Inka yang sedang memasak. "Kamu kok pergi gak bilang-bilang?" omel Sadam pada Inka.
Wanita itu sekaan tuli dan bisu tak menanggapi seucap katapun. "Inka, saya ngomong sama kamu," peringat Sadam.
Inka tampak tak perduli, Ia mengiris bahan masakan dengan santai. "Inka," panggil Sadam lagi.
Lelaki itu tak sengaja menyenggol tangan Inka hingga pisau menggores jari manis Inka. Wanita itu tak mengaduh sedikitpun. Inka dengan santai membersihkan tangannya di westafel.
Sadam mengambil kotak obat dan mengobati luka Inka. Wanita itu menarik tangannya dari pegangan Sadam. "Inka kalau aku salah, tell me!" pinta Sadam lirih.
Inka mengabaikan Sadam yang memandang Inka sendu. Mengapa Inka terasa begitu jauh. Inka meninggalkan Sadam sendiri.
Apa Sadam melakukan kesalahan hingga Inka tampak dingin kepada Sadam?
Sadam menarik tangan Inka namun wanita itu malah menatap Sadam tajam. Mata abu wanita itu berkobar. Tatapan yang tak pernah Sadam lihat dari mata Inka. Apa kesalahannya fatal ?
"Inka saya mohon, Jika saya salah lebih baik pukul , tampar saya. Tapi saya mohon jangan pernah diami saya," pinta Sadam.
Plakkkk
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Loved
RomanceFollow dulu sebelum baca 😁 ** Inka mengandung anak dari kekasihnya namun lelaki itu tak mengakui dan malah menuduh Inka berselingkuh. Inka hancur ditambah dengan fakta bahwa sang kekasih menikahi wanita lain yang juga mengandung anak dari lelaki i...