27 Our Time

30.1K 2.2K 8
                                    

Hari ini, Sadam libur dari kerjaan sampingannya. Bagi Sadam menemani Gagita adalah kerjaan sampingan. Lelaki itu berjanji akan mengajak Inka pergi untuk berjalan-jalan.

"Kita ke mall yuk" ajak Sadam.

Inka sejak pagi memang mager karena Ia memang mudah kelelahan ketika hamil. "Males" ujar Inka.

Sadam tak kehabisan ide. "Gimana kalau kita kerumah oma,"

"Males,"

"Saya bilangin Oma nanti" ancam Sadam namun  sepertinya rasa meger memang mendominasi Inka. "Sana bilang,"

Wanita itu memilih rebahan sembari fokus pada siaran film di TV. Matanya masih fokus menatap oppa - oppa yang tampan. "Sadam kamu ngapain disana," tegur Inka saat Sadam menghalangi penglihatanya pada ketampan oppa - oppanya.

Inka awalnya tak sengaja menonton satu episode drama yang diperankan oleh Lee Min Ho menceritakan tentang high school romance anak - anak sultan. Sejak saat itu Inka jadi kecanduan nonton.

"Inka," rengek Sadam membuat Inka memutar bola matanya malas.

Sadam tersenyum saat Inka mengalah dan mematikan TV. "Saya hari ini libur loh" rengek Sadam.

"Terus?"

"Ya kita quality time-an lah,"jelas Sadam nyolot.

"Ternyata emang bener ya, kalau suami ketahuan selingkuh langsung tiba -tiba manja dan sok romantis," gumam Inka.

"Saya gak selingkuh" tegas Sadam membela diri.

"Terus apa namanya jalan sama cewek lain  dan ceweknya gelendotan di lengan lelaki?" ujar Inka.

"Ayolaaahhh," pinta Sadam. Ternyata benar wanita itu memang ahli sejarah, hobby mengungkit sesuatu yang sudah - sudah.

Inka tertawa. Ia memang suka menggoda Sadam. Lelaki yang biasanya kaku tiba - tiba merubah sikapnya membuat Inka ingin tertawa. Ia tahu Sadam sedang berusaha untuk membuatnya lupa dengan kelakuan lelaki itu. ckckck . Inka sudah tak marah dengan Sadam maupun Gagita.

Inka membawa Sadam kepelukannya. "Aku lagi males jalan jalan. Kakiku gampang bengkak," ujar Inka

Sadam memeluk Inka erat, "Iya gak apa, kita pelukan aja sampai sore," ujar Sadam.

Inka tertawa mendengar ucapan Sadam. "Iya,"

***

Pelukan yang mereka rencanakan sampai sore tak terealisasi karena Sadam mendapat panggilan kerja mendadak read menemani Gagita.

Kali ini,  lelaki itu membawa Inka bersamanya. "Ini siapa?" tanya Gagita memicingkan matanya.

"Saya sepupunya Sadam," membuat Sadam melotot mendengar itu. Sepupu ? enak aja.

Gagita beroh ria. Ia malah mengandeng Inka membawanya berkeliling. "Gimana rasanya hamil?" tanya Gagita.

Inka menaikan alisnya, bukannya Gagita sudah punya anak. " Aku kalau nanti hamil gimana ya?" tanya Gagita membuat Inka sedikit sebal pasti wanita itu berhayal hamil dan punya anak dari suaminya.

"Ya nanti kamu jelek , gemuk plus gak bisa banyak dandan kayak aku,"ujar Inka membuat Gagita bergidik ngeri.

"Ih, aku gak mau hamil kalau gitu, gak apa kan?" tanya Gagita pada Sadam.

Sadam nampak tak perduli dengan ocehan Gagita. Ia sibuk memilih pakaian bayi untuk putrinya. Menurut USG anaknya perempuan ternyata benar feeling Sadam selama ini.

Sadam membeli banyak hal untuk calon putrinya. Ia sudah membayangkan putri kecilnya menggunakan baju baju lucu yang Ia pilih.

"Kamu belinya kebanyakan"ujar Inka pusing melihat trolley sudah penuh dengan pakaian bayi. Alamat mubasir karena biasanya bayi akan cepat tumbuh. 

Gagita juga nampak exited memilih pakain bayi. "Anak kamu pasti bagus pakai ini" ujar Gagita menyerahkan sebuah baju Apiderman pada Inka.

Sadam menatap tajam Gagita. "Bayinya perempuan," ujar Sadam datar.

Lelaki itu memang sensitif jika menyangkut putrinya. Inka mulai ketakutan kalau nanti putrinya akan di posesifin oleh ayahnya.

Ponsel Inka berbunyi membuat Sadam ingin tahu. "Aku sedang diluar" ujar Inka

"Baiklah," ujar Inka.

"Siapa dan kenapa?" tanya Sadam lengkap.

"Arthur ingin ketemu katanya ada yang mau bilang sesuatu,"ujar Inka.

"Saya anterin," ujar Sadam sudah mengenggam tangan Inka. Ia sampai lupa dengan keberadaan Gagita.

"Kamu mau kemana? Tadi kamu janji mau temenin aku" ujar Gagita merengek.

Sadam mengacak rambutnya. Inka tersenyum geli , "Ya udah, Aku sendiri aja, Aku balik sama Pak Tejo ya"

Sadam akhirnya mengangguk, Ia akan belajar seperti Inka yang berdamai dengan masa lalu. Ia membiarkan Inka berdamai dengan Arthur. Sadam mempercayai Inka!

Sadam mencium kening Inka, wanita itu menjauh membuat Sadam tak rela.

Ia segera mencari keberadaan Om Ardan. Ia langsung memanggil Om Ardan dan meminta lelaki itu menemani putrinya.

Inka berjalan perlahan. Ia sedang menunggu Pak Tejo.

"Untung belum balik," Sadam ngos - ngosan, lelaki itu berlari hingga peluhnya bercucuran.

Inka mengusap peluh suaminya. "Ngapain lari sih"

"Kamu pikir saya rela kamu ketemu Arthur tanpa saya. Enggak Inka Enggak," ujar Sadam membuat Inka tersenyum geli.

Mereka berada di mobil, Sadam mewanti - wanti Inka agar tidak kembali baper dengan Arthur.

Mereka datang beriringan. Inka mengaitkan tangannya di tangan Sadam. "Sepi banget," komentar Sadam.

Arthur tersenyum melihat Sadam dan Inka datang memenuhi permintaanya. Hatinya sedikit ngilu ketika melihat kaitan tangan itu, dulu itu miliknya.

"Makasih sudah datang," ujar Arthur sopan pada Sadam.

Sadam hanya menganggukan kepalanya. "Hmm"

Arthur menyerahkan sebuah kotak kayu pada Inka, wanita itu mengerutkan keningnya. "Selamat ulang tahun Inka, terimakasih sudah terlahir didunia," ujar Arthur.

Sadam melebarkan matanya, hari ini Inka ulang tahun? Sadam tak tahu. Ia menatap tajam ke arah Arthur, apa maksud lelaki itu?

Inka bahkan tak ingat Ia ulang tahun hari ini, tepat di hari ini 30 tahun yang lalu Inka ditemukan didepan panti asuhan.

Inka menatap Arthur kemudian matanya menatap Sadam. Suaminya nampak sedikit kesal karena keduluan Arthur.

"Makasih, kamu tak perlu repot - repot btw,"ujar Inka.

Inka membuka kotak itu, sebuah baju yang sangat Ia kenali hanya kondisinya sedikit sobek.

Sadam melihat itu naik pitam, maksudnya apa memberi Inka hadiah baju anak tapi keadaannya sobek.

"Itu milikmu Inka, disana juga alamat panti yang baru" ujar Arthur mrmbuat mata Inka menatap tak percaya.

Setelah Ia keluar panti, Ia benar kehilangan kontak ibu panti dan tempat pantinya pun digusur.

"Makasih Arthur,"

Sadam menaikan alisnya melihat Inka nampak menyukai kado Arthur. Apa yang Ia tak ketahui?

Mereka keluar dari kamar perawatan Arthur, Inka diam begitu pula Sadam. "Kenapa gak bilang?"tanya Sadam.

"Aku juga lupa kalau ulang tahun sekarang" ujar Inka. Ia kemudian ingat "Anterin aku ke panti ya," pintanya

Sadam mengangguk, "Siap nyonya,"

Fated to LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang