3. Why?

1.6K 144 7
                                    

Mobil putih berisi dua orang terparkir di halaman rumah megah yang tampak masih baru. Shinichi membuka pintu, kemudian keluar mengambil barang barang di bagasi.
Ia tidak sedikitpun berniat membukakan pintu untuk istrinya.

Shiho menyusul pria itu, mencoba membantunya membawa koper.

"Aku bisa melakukannya, kau masuk saja!" ucap Shinichi dengan nada dinginnya. Shiho tidak mengerti kenapa Shinichi bersikap demikian padanya. Ia hanya diam dan menuruti suaminya.

Pria itu naik ke lantai atas, meletakkan barang barang Shiho ke kamar gadis itu,

"Ini kamarmu, nomor dua dari utara, sedangkan aku di ujung selatan, jika perlu sesuatu yang penting bilang saja, tapi jangan pernah masuk ke kamarku tanpa izin, ini kuncinya!" ucap Shinichi melemparkan kunci kamar Shiho. Gadis itu spontan saja menangkapnya.

Shiho tidak menjawab, ia masih sedikit shock setelah bertemu Kaito siang tadi. Ia takut jika pria itu kembali muncul dengan tiba-tiba.

"Kau bisa beristirahat sekarang, tampaknya kau kelelahan," ucap pria itu kemudian lebih dulu menuju ke kamarnya.

Shiho menghela nafas, lalu masuk ke kamarnya setelah ia mendengar pintu kamar Shinichi berdebam.

Shiho memandangi seisi kamarnya, kamar yang rapi, tapi tidak terlihat seperti kamar pengantin. Terlebih lagi Shinichi seperti sangat membencinya.
Tampaknya memang ia yang harus berusaha untuk meluluhkan Shinichi.
Meski ia tidak yakin akan dapat melakukannya.

Shiho membuka kopernya, ia mengembil sebuah figura kecil, fotonya dengan Shinichi saat pengikatan janji suci siang tadi, tepatnya saat Shinichi mengecup keningnya.

Meski keduanya mencoba tersenyum, tampak sekali jika tidak ada raut bahagia dari keduanya.

"Jepretan yang bagus, Hakuba!" desis Shiho. Memang Hakuba lah yang memberikan foto itu padanya. Pria itu memang selalu menyibukkan dirinya di saat apapun.

Shiho kemudian mengambil pakaiannya, lalu menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Ia terlalu lelah, apalagi setelah bertemu Kaito. Pikirannya terkadang kembali kacau.

Di sisi lain, Shinichi berbaring di atas kasur king size yang empuk di kamarnya. Ia baru saja mandi.
Pria itu memerhatikan sekitar. Kamarnya telah dihias khusus untuk malam pengantin, dengan figura foto besar ia dan Shiho saat memakai gaun pengantin. Bau harum khas mawar merah merebak seisi ruangan. Juga lampu lampu yang disusun rapi.
Shinichi tersenyum masam, ia bahkan tidak mengizinkan mempelai wanitanya masuk ke kamar mereka. Ia justru membiarkannya di kamar tamu. Sendirian dengan ketakutan yang Shinichi tidak pernah tahu.

"Lucu, dulu kau muncul dengan tiba-tiba dalam kehidupanku, dengan nasib yang sama kita hidup saling membutuhkan, lalu suatu saat kau pergi begitu saja, tidak ada saat aku membutuhkanmu, dan sekarang kau kembali muncul, bahkan menjadi istriku dan hidup bersamaku, apa maumu hah? Aku sudah terlanjur membencimu! Sekarang bagaimana?" protes Shinichi pada figura Shiho yang seakan tersenyum ke arahnya.

"Dihatiku hanya ada Ran, Juga Aoko yang singgah sebentar? Kau datang setelah hatiku mati, jadi jangan pernah mengharapkan cintaku!" ucap Shinichi dengan sinis menatap figura Shiho.

Pria itu bangun, ia merasa lapar. Ia mencoba turun, berharap di lemari es nanti ada sesuatu yang bisa ia makan.

Baru saja ia masuk ke dapur, hidungnya mencium sesuatu yang sangat ia kenal. Bau masakan kesukaannya. Pai lemon.

Namun langkahnya terhenti melihat siapa yang sedang memasak, Shiho Miyano. Tidak, tepatnya Shiho Kudo. Shinichi bingung, ia ingin makan, tapi egonya berkata tidak.

"Kudo-kun? Aku baru saja ingin mengajakmu makan malam, mari makan!" ucap Shiho mencoba sedikit lebih ramah.

Shinichi menatapnya sejenak, tatapan dingin yang tidak Shiho mengerti.

Not Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang