13. What you do?

1.2K 119 15
                                    

"Sedang apa kau?" tanya Shinichi sekali lagi.

"Seperti biasa, memberi kejutan pada orang-orang," balas Kaito mengeluarkan banyak bunga mawar dari dalam mantelnya. Entah dari mana bunga bunga itu berasal.

Shinichi masih menatapnya curiga, ia bisa mencium aroma mencurigakan dari gelagat Kaito.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Ada yang salah?"

"Ada, kenapa kau ingin masuk ke ruangan istriku?" tanya Shinichi dengan tatapan menginterogasinya.

Kaito tertawa masam, kemudian mengerutkan dahinya.

"Apa yang kau bicarakan? Aku sudah berkeliling memberikan bunga pada orang orang tiap ruangan! Aku bahkan tidak tahu kalau ini ruangan istrimu!" ucap Kaito berdecih.

"Kenapa? Kau tidak berpikir aku melakukan sesuatu pada istrimu kan? Kita sudah lama mengenal, apa kau mencurigaiku?"

Shinichi masih menatap lurus ke arahnya, ia tahu sekali pria itu berbohong.

"Bagaimana kalau aku memang mencurigaimu?"

"Kalau begitu, buktikan kecurigaanmu! Apa kau punya bukti?" tuntut Kaito berakting seakan tidak terima menjadi tertuduh.

Shinichi yang semula menatapnya dingin, kini tersenyum miring.

"Jangankan itu, aku bahkan punya korban sekaligus saksi," desis Shinichi.

Kedua pria dengan wajah identik itu saling diam untuk beberapa saat, sampai Kaito kembali angkat suara, namun dg aura yg berbeda.

"Kau bercanda atau bagaimana? Itu sangat lucu. Aku tidak mengerti, dasar! O iya apa kau mau mawar ini juga? Siapa tahu kau mau memberikannya pada istrimu? Ku harap dia cepat sembuh, hm?" oceh Kaito berubah 180 derajat. Tawa dan sorot matanya terlihat ramah. Bagaimana bisa ia mengubah ekspresinya secepat itu?

Shinichi bingung, apa Kaito sedang berakting? Tapi raut cerah Kaito membuatnya kembali ragu. Apa benar Kaito yang melakukan kebejatan itu pada Shiho? Shinichi jadi pusing.

"Atau aku yang akan memberikannya? Sekalian menjenguknya, entah kenapa aku merasa istrimu takut padaku, padahal aku jarang sekali bertemu dengannya," ucap Kaito sekali lagi membuat Shinichi ragu.

"Tidak perlu, dia baru saja beristirahat" balas Shinichi yang mencoba mengantisipasi. Karena ia hanya mendapati sisi Kaito sepupunya yang konyol pada pria dihadapannya. Rasanya tidak mungkin...

Sedangkan dalam hati, kaito bersorak menang.

"Akting yang bagus, Kaito! Akting yang bagus!" batin Kaito memuji dirinya sendiri. Pria itu busuk.

"Kalau begitu, sampai jumpa besok!" seru Kaito akhirnya, ia kemudian berbalik, pergi dari rumah sakit sembari bersenandung. Sesekali menyapa beberapa pasien yang sempat ia beri bunga mawar sebelumnya.

Shinichi terus menamati kepergian pria itu. Aneh, tapi ia tidak tahu mana yang aneh. Sepupunya itu amat sulit di tebak.

"Sial!!" decak Shinichi mengusap wajahnya kasar.
Lagi lagi ia menemui titik buntu. Pikirannya buntu.
Kemana perginya otak cemerlangnya dulu?
Rasanya seperti ia bukan menjadi dirinya sendiri.

Shinichi menghembuskan nafas pasrah, ia teringat harus kembali ke ruangan dokter untuk mengabari bahwa Shiho sudah sadar.

Selama semuanya belum terungkap, ia tidak boleh lengah.

***
"Kenapa kau sudah ada disini? kondisimu belum pulih," protes Shinichi yang mendapati Shiho sudah mencuci piring kotor.

Gadis itu baru kembali dari rumah sakit kemarin. Shinicho sudah memperingatkannya untuk tidak banyak beraktifitas. Tapi gadis satu itu sangat keras kepala.

"Aku bosan, terlalu lama berbaring membuat kepalaku makin pusing," keluh Shiho memelas.

Shinichi terkikik pelan, kemudian mengangguk.

"Baiklah, kalau begitu aku akan membeli makanan di luar agar kau todak perlu memasak,"

"Tapi..."

"Shhtt!! Jangan membantah, cuci saja piringnya jika kau sangat ingin bekerja, setelah itu jangan lakukan apapun kecuali dengan izinku, paham?" ujar Shinichi llembut tapi serius.

Shiho hanya menatap pria itu datar, tidak mengerti dg kelakuan suaminya.

"Kau aneh,"

"Aneh bagaimana?"

"Aneh saja,"

"Dasar tidak jelas,"

"Kau yang tidak jelas, bodoh!"

"Detektif pintar ini kau bilang bodoh?" protes Shinichi dengan drop facenya.

Shiho meeotasikan bila matanya malas, pria satu itu memang percaya siri beelebihan.

"Sudahlah, aku akan pergi mencari sarapan," decak Shinichi menelonyor begitu saja dari hadapan Shiho. Membuat gadis itu lagi lagi menggeleng heran.

Pria yang awalnya sudah melewati pintu itu kini menyembulkan kepalanya kembali dari sana.

"Ada apa?" tanya Shiho heran.

"Aku hanya sebentar, jadi jangan merindukanku!" seru pria itu cengengesan.

"Najis!!" seru Shiho tidak kalah.

"Memangnya ada najis setampan aku?" balas Shinichi dengan PD nya.

"Cari saja di toilet! kau akan menemukan kembaranmu disana," decih Shiho mendekat ke arah pintu.

"Itu tidak lucu," protes Shinichi dg wajah datarnya.

"Haha, pergi saja sana!!" seru Shiho mendorong suaminya menjauhi pintu, kemudian...

"BLAM!!" menutup pintu dengan keras.

"Istri durhaka!! Kau mengusir suamimu dari rumahnya sendiri?!!" seru Shinichi dari depan rumah.

Di dalam sana, Shiho terkikik geli. Sejak kapan pria itu jadi tidak jelas seperti ini?

Ya, tidak jelas!! Sangat tidak jelas!!

"Kau yang tidak jelas, author aneh!!" batin Shinichi berontak.

(-_-)

***
Sekian dan terima kasih,

Ga jelas kan??

Yaudah vote aja!!

Not Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang