Mobil putih Shinichi terus berjalan. Sementara dua orang di dalamnya hanya saling diam. Terlebih Shiho, ia seperti memikirkan sesuatu yang sangat berat. Gadis itu melamun menatap ke luar jendela mobil. Bahkan ia sampai menangis, memikirkan kalimat ibu mertuanya saat makan malam tadi.
"Hubungan kalian berjalan baik, kan?" tanya Yukiko pada Shinichi yang baru saja ingin menyantap hidangan.
"Sangat baik! Benar kan, Haibara?" balas Shinichi.
"Iya, kami baik-baik saja, ibu!" sambung Shiho.
"Syukurlah... Aku sangat tidak sabar menantikan cucuku," ucap Yukiko gembira.
Sementara Shiho terdiam, ia tidak bisa menjawab, ia bahkan tidak tahu apakah ia bisa memberi cucu untuk mertuanya atau tidak.
"Hei... Kapan kalian akan memberiku cucu? Aku ingin melihat anak kecil bermain main dihalaman dan memanggilku grandma..." rengek Yukiko.
"Bersabarlah ibu! Kami sedang berusaha," celetuk Shinichi asal.
Jawaban itu sontak membuat Shiho menoleh ke wajah pria tak berdosa itu.
Apa apaan dia? Berkata seolah mereka sering melakukannya, padahal menyentuh Shiho saja ia tidak pernah. Dia hanya bercanda ataukah sebenarnya ia memang ingin melakukannya? Sebelumnya Shiho tidak pernah berfikir, seorang pria dewasa menginginkan kebutuhan biologisnya."Ai-chan!! Apa Shin-chan bermain kasar?" tanya Yukiko semakin membuat Shiho terbungkam canggung. Gadis itu frustasi, bagaimana ia tahu? Ia sendiri tidak tahu, apakah tubuhnya masih dapat disentuh atau tidak.
"Sepertinya aku tahu jawabanmu," ucap Yukiko sedikit bergurau.
"Sudahlah, ibu! Jangan menggodanya seperti itu!" protes Shinichi yang tahu jika Shiho sedikit tidak nyaman dengan topik yang mereka bahas.
Shiho yang sadar segera mengelap air matanya, dadanya sesak. Gadis itu sedikit menolwh ke arah Shinichi, ia tidak tahu sampai kapan mereka akan bertahan.
"Ada apa, Haibara?" tanya Shinichi pelan.
Shiho hanya menggeleng, ia masih belum berani membicarakan ini.
"Apa kau memikirkan ucapan ibu?" tanya pria itu mencoba mengerti hati kecil istrinya.
Shiho hanya diam menunduk, tanpa menjawab sedikitpun.
"Jangan dipikirkan, aku sudah bilang bukan? Aku tidak akan memaksamu, aku akan menunggu kau siap dg hal itu, aku tahu laki-laki dan perempuan berbeda, perempuan membutuhkan cinta untuk melakukannya, sedangkan laki-laki hanya dengan nafsunya saja bisa melakukan apapun," ujar Shinichi berniat menenangkan, tapi justru membuat Shiho makin tertekan.
***
"Hakuba, apa yang harus kulakukan? Bagaimana jika aku tidak bisa? Ketakutanku selalu datang setiap memori itu muncul," keluh Shiho pada Hakuba yang mendengarkannya dari telepon.
"Jadi kau belum..."
"Aku takut,"
"Dia Shinichi, Bukan Kaito, kau tahu kan mereka berbeda? Coba saja,"
"Tapi,"
"Kau harus mencobanya, Shiho! Dia pria normal yang membutuhkan peran istrinya lahir dan batin,"
"Aku tidak..."
"Cobalah malam ini,"
"Bagaimana jika dia sedang tidak ingin melakukannya?"
"Haha, goda saja pria itu! Pakailah pakaianmu yang paling mesum! Aku yakin dia akan langsung menerkammu!"
"Aku serius, dasar mesum!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect
FanfictionPernikahan? Kata itu tidak pernah terlintas sekalipun di benak Kudo Shinichi. Tidak pernah sama sekali. Karena detektif hebat itu telah lama kehilangan hatinya. Hatinya telah membeku. Adakah seseorang yang bisa mencairkannya kembali?