"Di sebelah kananmu, Kudo-kun! Di sebelah kananmu!" seru Shiho dengan antusias menunjuk buah delima di sebelah kanan Shinichi.
Shinichi hanya bisa pasrah, ia berjinjit berusaha meraih beberapa buah delima pada pohon yamg tingginya sekitar 4 meter itu.
Untung saja ini lewat tengah malam. Kantor sedang sepi. Jika tidak, ia pasti sudah ditertawakan oleh junior dan anak buahnya di kantor polisi."Kudo-kun... Dingin..." keluh Shiho yang merasa mulai tak enak badan.
"Aku sudah menyuruhmu untuk menunggu di mobil, tapi kau malah memaksa ikut," balas Shinichi tanpa menoleh, pria itu masih fokus meraih salah satu buah delima yang tampak cukup masak.
"Itu karena aku ingin melihatmu melompat dan memanjat seperti monyet," balas Shiho mengerucutkan bibirnya. Shinichi yang melihatnya gemas, meskipun sebenarnya sedikit kesal.
"Kau sudah melihatku melakukannya bukan? Sekarang kembalilah ke mobil, aku akan kesana setelah membereskan ini, jangan biarkan anak kita kedinginan." ucap Shinichi tenang.
Shiho mengangguk mengerti, kemudian pergi menuju mobil mereka yang tidak terlalu jauh dari tempat Shinichi. Menamati sosok Shinichi yang kini terlihat samar dari balik jendela mobil.
Shiho menyandarkan punggungnya di kursi. Wanita itu memejamkan matanya, barang kali bisa tertidur saat menunggui Shinichi.
Tapi tiba tiba..."PYAR!!!"
Kaca bagian depan mobil itu tiba tiba pecah, terhantam oleh batu seukuran telapak tangan Shiho yang entah dari mana asalanya.
"AKHH!! KUDO-KUN!!" seru Shiho spontan saat lengannya tergores oleh serpihan kaca mobil.
Shiho meringkuk disana, berusaha melindungi dirinya.Shinichi yang mendengar suara pecah itu panik, apalagi saat melihat dari kejauhan bentuk kaca mobilnya yang kini berantakan.
Ia lalu berlari menghampiri mobilnya, mendapati Shiho yang tengah meringkuk disana, lalu memeluknya.
"Kau tidak kenapa napa kan?" tanya Shinichi meredam paniknya.
Shiho menggeleng, tapi kemudian meringis sakit saat lengannya yang terluka tersentuh oleh Shinichi.
"Haibara! Tanganmu terluka?" seru Shinichi semakin panik.
"Ini bukan masalah, hanya sedikit tergores, aku tadi hanya panik," balas Shiho meyakinkan Shinichi bahwa ia baik baik saja.
Shinichi tidak terlalu mendengarkan. Pria yang sudah panik dan tersulut emosi itu langsung saja membopong tubuh Shiho. Membawanya ke ruang kesehatan di kantor polisi. Sepertinya masih ada beberapa orang disana.
Shinichi mendudukkan Shiho di atas bangsal. Ia menatap luka di lengan Shiho kemudian beralih ke wajahnya.
"Kaori akan mengobati lukamu, dan aku akan memeriksa apa yang sebenarnya terjadi, tidak masalah, kan?" tanya Shinichi seolah meminta izin.
Shiho mengangguk mengerti. Ia yakin Shinichi akan segera menyelesaikan semua masalah ini.
***
"Aku menemukan sesuatu," ucap Yuta memberikan sebuah batu yang terbungkus kertas pada Shinichi. Ia menemukannya diantara serpihan kaca dalam mobil Shinichi, sepertinya batu itulah yang berhasil memecah kaca mobil seniornya. Pria itu dengan senang hati membantu Shinichi, kebetulan ia masih berada di kantor untuk mendiskusikan suatu kasus bersama Haruto dan Asahi, rekan terdekatnya.
Shinichi mengambil batu itu dari tangan Yuta. Tidak bisa membayangkan jika saja batu itu mengenai kepala Shiho.
"Ada pesan disana Kudo-san!" ucap Haruto menunjuk kertas pada batu yang kini tengah dibuka oleh Shinichi.
Shinichi tidak menjawab, ia fokus pada kertas yang kini ia buka. Gigi pria itu menggertak menatap benda itu. Itu surat ancaman yang ditulis dengan noda darah."NYAWA DIBALAS NYAWA!! KAU AKAN MENDAPATKAN KARMAMU, KUDO SHINICHI!!"
Goresan noda darah di kertas itu menyulut emosi Shinichi. Ia tidak pernah merasa memiliki musuh selama ini. Pesan itu tertuju padanya. Tapi kenapa terror itu justru mengarah ke Shiho?
Pria itu meremas kuat kertas itu hingga tak berbentuk.
"Bisakah kau membakar kertas ini, Haruto? Aku tidak ingin istriku panik saat melihatnya," ucap Shinichi yang langsung dibalas anggukan oleh Haruto.
"Aku akan mencoba meretas CCTV di sekitar sini untuk mencari petunjuk," ucap Asahi menawarkan.
"Ide yang bagus, terima kasih atas bantuanmu, Asahi! Akhir akhir ini aku memang sangat kacau,"
"Tidak adakah tugas untukku? Ayolah, aku juga ingin membantu!" oceh Yuta memaksa.
"Bisakah kau memunguti buah delima yang berceceran disana? Istriku menginginkannya, dan sekarang aku ingin menemui istriku. Terima kasih bantuannya, kalian memang terbaik!" ucap Shinichi yang langsung membuat Yuta memasang drop face.
***
"Kudo-kun... Kau marah?" desis Shiho yang kini tengah menatap wajah datar Shinichi. Pria itu tengah menyetir, dan selama perjalanan ia hanya diam saja. Shiho lalu menunduk, melihat buah delima matang yang kini ia mainkan di tangannya.
"Tidak," balas Shinichi pelan. Ia masih memikirkan siapa yang berani macam macam dengannya.
"Aku tahu kau marah, maaf!"
"Aku tidak marah, Haibara," balas Shinichi masih dengan ekspresi datarnya.
"Maaf, tadi aku benar benar menginginkan delima," keluh Shiho yang merasa tidak enak.
"Aku tahu, sekarang ada sekarung buah delima di bagasi," balas Shinichi mencoba meredam kekesalannya. Entah kenapa Shiho menjadi cerewet sekali. Dan itu menggemaskan!! Sayangnya saat ini Shinichi sedang berpikir keras dalam diamnya.
"Kau tidak ingin memaafkanku? Yasudah kalau begitu!"
"Aku harus bagaimana? Aku khawatir, ada yang meneror keluargaku, aku tidak akan bisa tenang dengan itu... Aku hanya mengkhawatirkanmu dan anak kita, itu saja..." balas Shinichi menatap Shiho dengan tatapan teduhnya. Membuat Shiho kini menatapnya lamat lamat.
"Kau akan melindungi kami kan? Aku yakin kau akan melindungi aku dan anak kita, semua akan baik baik saja jika kita terus bersama, benar kan?" lirih Shiho mencoba menenangkan Shinichi.
"Ya, Semoga..." balas Shinichi berusaha tersenyum. Lalu mengusap ujung kepala istrinya dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya masih menyetir.
Ia mencoba tersenyum meski hatinya gundah.
Kalinat Shiho bukan membuatnya bertambah tenang, Shinichi justru semakin takut jika ialah yang ternyata menarik Shiho dalam bahaya.
Ia harus segera menyelesaikan semua ini.
***
Jangan lupa vote!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect
FanficPernikahan? Kata itu tidak pernah terlintas sekalipun di benak Kudo Shinichi. Tidak pernah sama sekali. Karena detektif hebat itu telah lama kehilangan hatinya. Hatinya telah membeku. Adakah seseorang yang bisa mencairkannya kembali?