"CUKUP, BRENGSEKK!!" seru Shiho terlonjak bangun dari pingsannya. Gadis itu terduduk, mengatur nafasnya yang tak beraturan.
Ia melihat sekitar, tidak ada siapapun. Meski begitu, rasa takut masih menjalarinya. Kejadian pagi tadi benar-benar membuatnya ingin mati.Shiho melihat dirinya, ia sudah berada di atas ranjang kamarnya.
"Apa Kudo-kun yang menyelamatkanku?" batin gadis itu.
Pasalnya ia kini ia sudah mengenakan jaket tebal berwarna ungu, seingatnya pagi tadi ia masih dengan kemejanya. Terlebih, luka gigitan dan cakaran pada lehernya sudah diperban. Tapi tunggu...
Siapa yang mengganti pakaiannya? Jika itu Kudo Shinichi, ia akan semakin merasa kacau."Kau sudah sadar," ucap Shinichi dari ambang pintu. Shiho menoleh pelan, dilihatnya pria itu datang membawa nampan berisi semangkuk bubur hangat dan air putih.
Shinchi meletakkan nampan itu di meja, lalu duduk di pinggir ranjang menatap Shiho. Hatinya masih teriris dengan keadaan Shiho. Seperti ia tidak becus menjaga istrinya."Aku meminta bantuan Bibi Matsumoto untuk mengganti pakaianmu," jelas Shinichi yamg tidak ingin dikira mesum oleh Shiho. Dan kalimat itu sukses membuat Shiho sedikit lega.
Shinichi mencoba menyentuh kening Shiho, berusaha memeriksa duhu tubuhnya. Tapi gadis itu spontan mundur, menghindari kontak dengan Shinichi penuh waspada.
"Ma-maaf! Aku hanya ingin memeriksa suhu tubuhmu, tadi pagi kau demam tinggi, apa sudah membaik?" ucap Shinichi sedikit canggung.
Shiho sedikit mengangguk, ia sempat melirik baskom berisi air dan handuk kecil di meja, mungkin Shinichi sempat mengompresnya pagi tadi.
Shiho masih ketakutan, kejadian tadi pagi masih teringat. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri. Ia takut pria itu akan kembali dan benar-benar menerkamnya.
Shiho memeluk lututnya ketakutan, matanya berkaca kaca ingin menangis.Sedangkan Shinichi mencoba mengalihkan perhatian. Mengambil bubur di meja, bermaksud memberikannya pada Shiho. Tapi percuma, gadis itu terus menggeleng.
"Ayolah! Aku akan menyuapimu," bujuk Shinichi.
Shiho masih menggeleng, jika saja keadaannya tidak seperti ini, ia pastinya akan dg senang hati disuapi oleh pria yg ia sukai.
Sayangnya wajah Shinichi mirip dengan Kaito, membuat Shiho agak takut dan akhirnya menolak."Aku tidak bisa membiarkanmu seperti ini, mekanlah sedikit, bagaimana kalau kau sakit?" lirih Shinichi.
"Aku bahkan sudah siap untuk mati," batin Shiho dalam hati.
"Aku mau istirahat saja, bisa kau tinggalkan aku? Aku teramat sangat lelah, Kudo-kun," balas Shiho dingin. Gadis itu masih saja terbawa oleh rasa frustasinya.
"Apa kau tidak ingin berbagi masalahmu denganku? Mungkin aku bisa membantu, aku suamimu, sudah seharusnya kita saling berbagi bukan?"
"Aku takut kau tidak mempercayaiku,"
"Aku..."
"Ini rumit Kudo-kun, haruskah aku bercerita padamu agar kau mengetahuinya? Padahal kau bisa dengan mudah mencari tahu sesuatu, kau detektif hebat bukan?"
Shinichi diam, ia memang seharusnya bisa mencari tahu. Tapi apa yang ia lakukan selama ini? Bodohnya dia.
"Aku ingin tidur," ucap Shiho sekali lagi. Kemudian berbaring dan membelakangi Shinichi.
Shinichi menghembuskan nafas panjang, lalu bangkit dari pinggiran ranjang itu.
Ia mengambil baskom air dan handuk kecil di meja lalu kembali melirik Shiho."Maafkan aku! Aku memang suami yang buruk," desis Shinichi yang kemudian melenggang ke luar kamar. Menutup pintu perlahan agar tidak mengganggu Shiho.
Dan ketika pintu itu sempurna tertutup, Shiho menangis. Ia sadar ini bukan salah Shinichi, dan pria itu malah menyalahkan dirinya sendiri karena kalimatnya. Padahal Shiho sadar, dirinya juga bukan istri yang sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect
ספרות חובביםPernikahan? Kata itu tidak pernah terlintas sekalipun di benak Kudo Shinichi. Tidak pernah sama sekali. Karena detektif hebat itu telah lama kehilangan hatinya. Hatinya telah membeku. Adakah seseorang yang bisa mencairkannya kembali?