Shinichi menghembuskan nafas kasar saat langkahnya tiba di depan pintu rumahnya. Sekarang pukul delapan pagi. Semalam ia tidak pulang, entah apa yg dilakukan istrinya ia tidak peduli. Ia masih marah memikirkan kejadian semalam. Jika Shiho trauma terhadap sentuhan, itu berarti sebelumnya ia pernah disentuh bukan? Pikir Shinichi.
Lagi lagi pria itu berdecih.
Istrinya adalah bekas pria lain? Sial!!Pria itu membuka pintu rumahnya, sepi. Ia tidak melihat ada siapapun disana. Tapi lihat rumahnya, begitu rapi dan bersih seperti biasa. Shiho memang ahli dalam urusan rumah tangga.
Tapi dimana gadis itu? Biasanya ia sudah berada di meja makan untuk menunggunya. Tapi saat ini hanya ada beberapa hidangan di meja makan.
"Kudo-kun..." panggil Shiho yang menyembulkan kepalanya dari dapur.
Shinichi menengok sebentar, lalu kembali memalingkan wajahnya. Tanpa merespon, pria itu pergi begitu saja dari hadapan Shiho.
Shiho menunduk, tangannya terkepal kuat, lalu menangis. Ia benci ini, ia benci dirinya sendiri.***
Shiho frustasi, sudah tiga hari Shinichi mendiamkannya. Ia sendiri bingung bagaimana harus mengajak Shinichi berbicara. Pasalnya, tiap kali Shinichi melihatnya, pria itu selalu menghindar.Sementara Shinichi, pria itu mengawasi dari kejauhan. Ia memang marah, tapi ia ingat, tugasnya adalah melindungi Shiho. Indra pendengaran dan pengelihatannya yang amat peka itu dapat mengawasi Shiho meski dari ruangan yang berbeda. Lagi pula ia sadar, mungkin ini semua bukan sepenuhnya salah Shiho. Dilihat dari ketakutan Shiho, gadis itu bersikap seperti korban pelecehan.
Shinichi melirik ke arah Shiho yang sibuk memasak di dapur. Memotong motong sayuran dengan pisau kecil.
Gadis itu memang keras kepala, ia tetap memasak meski tahu pada akhirnya Shinichi tetap tidak akan memakannya."Akh!!" pekik Shiho membuat Shinichi sontak menoleh.
Dilihatnya gadis itu meringis kesakitan memegangi jarinya dengan tangan kanan.Pria itu mencoba tidak peduli, tapi...
"Sial!!" desis Shinichi menghampiri Shiho.
"Astaga!!" seru pria itu terkejut melihat darah yang terus mengalir dari jari Shiho.
Shiho tidak menjawab, kepalanya pusing melihat darah yang terus keluar dari jarinya yang teriris.
Shinichi mencoba memeriksanya, dengan khawatir ia meraih jemari Shiho yang gemetaran.
Luka itu cukup dalam.
Shinichi yang semakin panik melihat kucuran darah itu segera berlari mengambil kotak obat. Membersihkan luka itu dengan alkohol.
"Ssakit!" keluh Shiho.
"Bodoh! Bagaimana bisa kau melukai jarimu sedalam ini? Kau ingin memotong jarimu? Apa yang kau pikirkan?" oceh Shinichi masih membersihkan luka Shiho.
"Maaf, aku melamun,"
"Astaga!! Apa yang kau lamunkan sampai kau mencincang jarimu?"
"Aku melamunkanmu,"
Jawaban itu membuat Shinichi beralih menatap wajahnya. Saat itu pula Shiho menatap lurus ke arahnya dg mata berkaca-kaca.
"Aku terus memikirkanmu sejak malam itu, kau tidak bicara padaku sama sekali, kau mengabaikanku seolah aku tidak ada..." gadis itu mengatur nafasnya, kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Aku tahu aku tidak pantas untukmu, aku bukan istri yang sempurna, dan aku rasa mungkin seharusnya kau... Seharusnya kau menceraikanku," lanjut gadis itu menunduk.
Shinichi tidak membalas. Ia kembali fokus pada jemari Shiho yang terluka, seolah tidak ingin mendengar racauan Shiho.
"Aku hanya bisa menyusahkanmu, sejak awal kita bertemu pun aku selalu menjadi pembawa sial untukmu," desis Shiho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect
FanfictionPernikahan? Kata itu tidak pernah terlintas sekalipun di benak Kudo Shinichi. Tidak pernah sama sekali. Karena detektif hebat itu telah lama kehilangan hatinya. Hatinya telah membeku. Adakah seseorang yang bisa mencairkannya kembali?