PILIH VOTE DULU ATAU DITENDANG MINGYU?!!
Btw happy reading:)
"Astaga... Sangat melelahkan," desis Shinichi yang baru saja merebahkan dirinya diatas kasur selepas mandi beberapa saat yang lalu. Hari ini ia mengatasi kasus yang sangat rumit dan membutuhkan banyak tenaga. Membuatnya kelelahan dan harus pulang larut.
"Kau benar benar sudah makan malam di kantor?" tanya istrinya yang baru saja masuk ke dalam kamar. Shinichi yakin Shiho pasti baru saja menidurkan Hoshi.
"Ya, tapi aku ingin makan lagi..." jawab Shinichi.
"Baiklah, kalau begitu biar kupanaskan la-"
"Bukan itu!"
"Huh?"
"Aku ingin memakanmu!" kesal Shinichi.
Shiho melebarkan matanya mendengar kalimat itu. Suaminya itu memang selalu menggodanya setiap hari setiap saat setiap waktu.
"Tidak," balas Shiho dengan nada dingin. Padahal wajahnya sudah memerah merona.
Shinichi menampakkan seringaiannya, kemudian memeluk tubuh Shiho dari belakang. Lalu mendekatkan bibirnya pada telinga Shiho.
"Ayolah, Sayang... Bateraiku habis, aku butuh energi..." desis Shinichi memohon dengan suara beratnya.
***
Di kamar Hoshi, jam masih menunjukkan pukul satu malam. Bocah mungil berusia tiga tahun itu menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dengan gelisah . Membuat selimutnya berantakan.
Dengan enggan bocah itu membuka mata, lalu mendudukkan dirinya di tempat tidur sambil mengucek mata. Jangan lupakan bibirnya yang mempout lucu karena kesal."Cuala cuala aneh itu muncul lagi..." gerutu Hoshi yang tidurnya terganggu.
"Dali kemalin kemalin cuala itu teldengal telus... iihhh... Ochi jadi tidak bica bobok!!" gerutu bocah itu kesal.
Ia takut, suara suara aneh itu terdengar beberapa kali dalam sebulan ini. Ingin rasanya ia tidur ditemani ibunya. Tapi ayahnya pasti akan mengadu pada Haruko, putri Hakuba dan Akako. Lalu Haruko pasti akan menertawakannya dan mengatainya anak manja.
"Itu cuala apa ya?" gumam Hoshi.
"Mencuyigakan," ucapnya dengan wajah sok menjadi detektif.
"Papa bilang tidak boyeh kelual kamal kalo dengal cuala itu... Apa itu cuala montel?!!" tanya bocah itu pada dirinya sendiri. Kemarin ia bertanya pada ayahnya tentang suara suara itu. Tapi ayahnya bilang tidak boleh keluar kamar jika mendengar suara itu.
Bocah mungil itu segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Meraih boneka harimau besarnya, kemudian memeluknya erat. Ia kemudian mengambil selimutnya untuk menutupi tubuhnya dari kepala sampai kaki. Berharap suara aneh "ahh-uuhh-aah-uhh" yang mencurigakan itu akan cepat hilang.
***
"Uncle Yutaa! Uncle utoo!! Uncle cahii!!!" seru Hoshi yang beru saja memasuki kantor tempat ayahnya bekerja.
"Ochiii!!!" balas ketiganya tak kalah seru.
Bocah kecil itu langsung saja merapat ke pelukan Asahi, disusul dengan cubitan gemas di pipinya oleh Haruto dan Yuta.
"Aku titip anakku sebentar," ucap Shinichi yang dengan santainya meninggalkan putranya bersama tiga manusia rusuh di kantor.
Ketiganya langsung mengangguk senang, sudah cukup lama mereka tidak bermain dengan bocah cerewet dan super kepo tapi juga cerdas itu.
"Hei jagoan, kau cepat sekali tumbuh, ya?" ucap Yuta mengusap ujung kepala bocah itu.
"Hm," balas Hoshi mengangguk. Bocah itu kemudian berbalik, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Asahi yang menggendongnya.
"Kau kenapa, Ochi?" Tanya Haruto keheranan. Tidak biasanya Hoshi jadi pendiam seperti ini.
"Ochi ngantuk... Mau bobok..." lirih bocah itu.
"Kenapa? Apa semalam kau tidak bisa tidur?" tanya Yuta mengusap pipi bocah itu dengan grmas.
"Hm, ada cuala cuala aneh... Ochi tidak bica bobo..."
"Huh? Suara aneh seperti apa?" tanya Asahi penasaran, sedangkan rekannya yang lain ikut menebak nebak.
"Cualanya... Ahh uhh ahh uhh... Gitu..." balas si kecil dengan bibir mengerucut kesal.
Yuta dan Asahi langsung melebarkan bola matanya tidak percaya. Sedangkan Haruto tampak masih menerka nerka suara apa yang didengar bocah itu.
"Astaga...Kudo-san benar benar..." desis Yuta tidak percaya.
"Bisa bisanya dia menodai kesucian telinga Ochi..." lanjut Asahi.
"Huh? Kudo-san?" gumam Haruto yang masih kebingungan sperti Hoshi.
"Papa? Papa ochi napa? Teyinga Ochi napa?" tanya si kecil polos.
"Tidak apa apa, Ochi... Lain kali jika kau mendengar 'suara itu' lagi tidak usah khawatir, tetaplah berada di kamarmu, mengerti?" ucap Asahi mencoba memberi pengertian.
"Papa juga biyang tidak boyeh kelual kamal kalo ada cuala itu, apa itu cuala montel??" tanya Si bocah dengan tampang sok kebingungan lucunya.
Mendengar itu Yuta dan Asahi tertawa, membuat Ochi semakin mengerutkan keningnya bingung.
Jangan tanyakan Haruto, pria itu masih sama polosnya dengan Ochi."HAHAHAH YA KAU BENAR, MONSTERNYA ITU PAPAMU!" seru Yuta terpingkal.
"Huh? Papa montel?!!" balas Hoshi.
"Bukan Ochi, sudahlah jangan dengarkan Uncle Yuta,"
"Papa bukan montel kan?"
"Bukan, itu hanya suara Papamu yg sedang bermain dengan Mamamu!" jawab Yuta lagi lagi dengan entengnya.
"Belmain? Ochi juga mau main!!"
"Tidak boleh, Ochi... Itu permainan orang dewasa, bukan untuk anak kecil, melihat saja tidak boleh apalagi ikut bermain,"
"Tapi Ochi cudah becal..."
"Tidak boleh, Ochi..."
"Kau bisa memainkannya jika kau sudah menikah, bocah!" balas Yuta agak kesal. Ia pusing, bisa bisanya bocah kecil ini bertanya banyak hal seperti itu. Merepotkan.
"Halus menikah? Cetelah menikah boyeh main cuala ahh uhh ahh uhh?" tanya Ochi yang langsung dijawab anggukan oleh Yuta dan Asahi.
Kamoe nanyeaaa??!!
Sedangkan Haruto membulatkan mata ketika menyadari apa yang sebenarnya mereka bicarakan.
"AH AKU MENGERTI!! JADI ITU SUARA KUDO-SAN YANG SEDANG BERSENGGA-MPphh!!" seru Haruto tertahan oleh bekapan tangan Asahi.
Hoshi yang bingung hanya mengerjapkan matanya lucu, kemudian memiringkan kepalanya bingung.
"Belceng...apa?"
***
Nih buat yang minta bonchap~
Dikit gpp lah ya daripada enggak.
Btw, aku ada bikin fanfiction Shinshi lagi.
Tapi kumpulan cerpen one shot, two shot.
Belum aku publish sih, mungkin setelah up bonchap ke 2.Eh, jangan lupa vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect
Fiksi PenggemarPernikahan? Kata itu tidak pernah terlintas sekalipun di benak Kudo Shinichi. Tidak pernah sama sekali. Karena detektif hebat itu telah lama kehilangan hatinya. Hatinya telah membeku. Adakah seseorang yang bisa mencairkannya kembali?