14. Birthday

1.2K 115 23
                                    

Hubungan Shinichi dan Shiho kembali berjalan normal. Sepertinya ucapan Shinichi bukan omong kosong, pria itu benar benar berusaha untuk mempeebaiki dirinya sebagai suami.
Sedangkan Shiho, ia tak jarang memberikan perhatian perhatian kecil pada Shinichi. Dan hal itu membuat hati sang detektif sedikit menghangat.

Seperti saat ini, Shiho tengah sibuk menyiapkan kejutan ulang tahun untuk Shinichi.
Ya, hari ini Shinichi berulang tahun.Dan Shiho ingin membuat sambutan kecil untuk itu. Sejak pagi tadi Shinichi pergi mengurus suatu kasus. Shiho sangat berharap suaminya itu terkejut nantinya.

Yukiko disana, membantu Shiho menyiapkan sedikit bagian dari pesta itu. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat Ahiho yang naik ke atas kursi untuk memasang beberapa dekorasi. Ia tidak pernah melihat Shiho seceria itu sebelumnya. Wanita itu sengaja merekam moment itu untuk menunjukkannya pada Shinichi. Agar putranya itu tahu betapa Shiho sangat peduli padanya.Tapi masalahnya... Pria itu tidak pernah peka.

"Ibu!! Apakah sudah bagus?" tanya Shiho.

Yukiko mengangguk, mengangkat kedua jempol tangannya. Membuat Shiho tersenyum lebar seketika.

Shiho segera turun dari kursinya, memandangi hasil kerjanya. Dekorasi dan kue ulang tahun sudah siap. Ia hanya perlu menunggu Shinichi pulang.

"Apa Shin-chan akan pulang cepat?"

"Iya, dia bilang akan pulang pukul delapan untuk makan malam," balas Shiho. Siang tadi Shinichi mengirim pesan padanya, karena itu ia tahu kapan Shinichi akan pulang. Dan sekilas info, ponsel Shiho baru. Shinichi yang membelikannya beberapa hari lalu. Ingat kan saat Shiho membanting ponselnya sebelum aksi percobaan bunuh diri?

"Berarti lima belas menit lagi kan?" tanya Yukiko melihat jam dinding.

"Iya," balas Shiho.

***

Sementara di sisi lain, Shinichi baru saja menyelesaikan kasusnya. Ia ingat Shiho di rumah sendirian, tengah menunggunya untuk makan malam.
Pria itu baru saja keluar dari kantor kepolisian...

"Shinichi," panggil satu suara. Shinichi terhenti sejenak, ia belum sempat menoleh pada orang yang memanggilnya. Tapi ia tahu betul siapa itu. Seorang wanita yang dulu menjadi tempat hatinya berlabuh. Seirang wanita yang sejak dulu menjadi prioritasnya, dan akhirnya memilih untuk bersama orang lain.

Ran Mouri.

"Ada apa?" tanya Shinichi tanpa menatap wajah wanita dihadapannya.

"Bisa kita bicara?"

"Aku harus pulang,"

"Aku butuh bantuanmu, kumohon..." lirih wanita itu memelas.

"Istriku menungguku di rumah,"

"Tidak bisakah kau memintanya menunggu sebentar? Aku janji ini tidak akan lama,"

Shinichi menghembuskan nafas panjang, ia berfikir sejenak. Melirik ke arah Ran yang tampak baru saja menangis. Ya, kondisi wanita itu agak memprihatinkan. Terdapat beberapa luka di tubuhnya, membuat Shinichi sedikit iba. Sekalipun ia kecewa pada Ran, tetaplah perasaan itu sedikitnya masih ada. Perasaan yang mendorongnya untuk ingin menelesaikan masalah wanita itu.

"Baiklah, tapi hanya sebentar," ucap Shinichi pada akhirnya. Ia hampir kembali ke kantor, berniat membawa Ran ke ruang konsultasi. Tapi wanita itu menolak.

"Bisakah kita tidak membicarakannya disini? Ada banyak rekan kerjamu, aku agak sedikit... Anu... bisakah kita ke tempat lain saja?" keluh Ran kembali memohon. Dan Shinichi tidak pernah bisa menolak jika ia sudah memasang ekspresi itu.

"Baiklah, ayo!" ucap Shinichi berjalan terlebih dahulu meninggalkan kantor kepolisian, diikuti Ran dibelakangnya.

"Bagus..." batin Ran dalam hati. Ia punya rencana, dan Shinichi tidak tahu itu.

Not Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang