Shinichi menyusul Shiho ke kamarnya, ia membuka perlahan pintu kamar Shiho yang ternyata tidak terkunci.
Dilihatnya penuh penyesalan sosok Shiho yang duduk di atas ranjang sembari memeluk lututnya, menangis tersedu.
"Akh... Astaga..." desis Shiho sesekali memegangi perutnya yang agak keram.
Shinichi membelalakkan bola matanya menyadari sesuatu. Pria itu panik, merutuki tindakan bodohnya sendiri.
"Sial! Jangan jangan obatnya..." batin Shinichi khawatir.
Pria itu segera melesak ke dalam kamar. Tapi sebelum ia berhasil mendekat, Shiho menghentikannya.
"Sedang apa kau disini?!" seru Shiho dengan tatapan tajamnya yang penuh kekecewaan. Sesekali mengusap air matanya yang turun.
"Kau juga ingin aku menggugurkan kandunganku kan?"
lanjut Shiho masih dengan tatapan yang sama."Kau bicara apa, Haibara?"
"Aku tidak akan membiarkan siapapun melukainya, termasuk kau!!"
"Dia anakku juga, mana mungkin aku..."
"Lie again, huh?" decih Shiho masih menekan perutnya sendiri.
Shinichi panik, entah karena tuduhan Shiho atau tingkah wanita itu yang seperti menahan perih di perutnya.
"Aku tidak..." belum selesai Shinichi bicara, tapi Shiho kembali menyahut.
"Lalu ini apa?!!" serunya melemparkan sesuatu ke arah Shinichi.
Shinichi tercengang, kini di hadapannya teesebar 10 biji kapsul berwarna biru putih. Ia yakin sekali, itu adalah obat aborsi yang Kiritani berikan semalam. Bagaimana bisa?"Masih ingin berbohong lagi?" sarkas Shiho.
"Tega sekali, kau ingin membunuh anakmu sendiri?" suara Shiho melirih, kembali kalah oleh tangisannya."Aku hanya tidak..."
"Kau tega menghabisi nyawa darah dagingmu sendiri?" lirihnya menarik nafas, kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Aku sudah berusaha untuk menerima kehadiran anak ini, aku berharap anak ini dapat menyatukan keluarga kecil kita, tapi kenyataannya ayah dari anak ini sendiri tidak berharap anak ini lahir," ucap Shiho masih terus menangis.
Shinichi diam, ia merasa terkutuk oleh keadaan ini. Sekali lagi kebrengsekannya berhasil mematahkan hati wanitanya.
Shinichi mendekat ke arah Shiho yang masih duduk memeluk lututnya di atas ranjang. Shiho yang melihatnya memalingkan wajah. Shinichi akhirnya bersimpuh menunduk di hadapan Shiho, meraih tangan Shiho kemudian menggenggamnya begitu lama.
"Maafkan aku..." desis Shinichi, suaranya terdengar parau.Shiho masih diam, tidak berniat menoleh ke arah Shinichi sama sekali.
"Maaf... Saat itu kupikir ini yang terbaik untuk kita, setelah Kiritani-san bilang rahimmu lemah dan sangat berbahaya jika kau hamil di usia ini, aku takut... Aku takut bayi itu mengancam keselamatanmu dan malah membuatku keilanganmu, Haibara... Aku benar benar kacau dan tidak bisa berfikir jernih... Aku juga merasa belum siap untuk menjadi ayah... Sampai akhirnya... Maaf..." ucap Shinichi terpotong potong. Suara pria itu semakin parau.
"Kalau kau memang tidak siap untuk menjadi ayah aku bisa merawatnya sendiri," balas Shiho membuat Shinichi menggeleng.
Pria itu makin tertunduk, ia merasa sangat bersalah. Bagaimana kalau obat itu bereaksi sekarang? Shinichi sudah meminumkan salah satu kapsulnya pagi tadi. Ia terlambat menyesal.
Sedangkan Shiho, ia bisa merasakan tangan Shinichi yang gemetar saat menggenggam tangannya.
Ia tahu pria itu benar benar menyesal. Ia bahkan sempat terkejut melihat gumpalan air tertahan di sudut mata Shinichi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect
FanfictionPernikahan? Kata itu tidak pernah terlintas sekalipun di benak Kudo Shinichi. Tidak pernah sama sekali. Karena detektif hebat itu telah lama kehilangan hatinya. Hatinya telah membeku. Adakah seseorang yang bisa mencairkannya kembali?