Shiho masih meringkuk di kamarnya, memeluk lutut sembari menatap kosong ke depan. Pikirannya kacau.
Rasa takut itu membuatnya tidak bisa tidur meski sudah meminum obat pemberian Shinichi.
Alhasil ia hanya diam di kamar. Kesehariannya hanya mandi dan memesankan makanan via online untuk Shinichi.
Prinsipnya, ia akan tetap mengurus kebutuhan Shinichi dalam keadaan apapun."Haibara..." panggil Shinichi dari pintu kamar.
Tidak ada jawaban, gadis itu masih melamun. Tidak sadar dengan apapun di sekitarnya.
Shinichi mendekat, menepuk pundak Shiho agar dia tersadar.
Shiho terlonjak, menatap waspada ke sebelah. Kemudian bernafas lega melihat siapa disana."Kau memesan makanan lagi untukku," ucap Shinichi menunjukkan kantung makanan yg baru saja diantar ke rumah.
"Maaf, aku sedang tidak mood memasak, jadi aku memesannya untukmu,"
"Dan untukmu?"
Shiho menggeleng, dengan senyum kecilnya.
"Aku tidak lapar," ucap gadis itu.
Shinichi menatspnya sayu. Gadis itu terlihat sangat tersiksa, kantung matanya mengjitam, bibirnya pucat, dan tubuhnya makin kurus.
"Makanlah sedikit! Kau sudah tidak makan dua hari," bujuk Shinichi.
Shiho hanya membalas dengan gelengan.
"Makanlah, Haibara! Kumohon..."
"Tidak, aku mual setiap mengingat pria menjijikkan itu, rasanya seperti mau mati," keluh Shiho pelan.
Shinichi menatap wajah Shiho, lalu meraih jemari Shiho untuk menggenggamnya.
"Lihat aku, Haibara!" ucapnya tegas.
"Aku akan melindungimu, ada aku, jangan pernah khawatir! Suamimu ini akan menjagamu," lanjut Shinichi tegas.Shiho menatapnya, kalimat Shinichi terdengar serius. Ia tahu itu hanya gertakan agar ia mau makan. Tapi setidaknya hal itu dapat sedikit membuatnya tenang.
"Baiklah, aku akan makan nanti," balas Shiho membuat Shinichi tersenyum.
"Drttt!!"
ponsel Shinichi bergetar. Dilihatnya panggilan dari Inspektur Megure.
Ia yakin pasti ada kasus. Pria itu bingung, di satu sisi ia sangat ingin memecahkan kasus itu. Dan di sisi lain Shiho butuh kehadirannya. Dibiarkannya ponsel itu bergetar."Ponselmu," desis Shiho
"Ah, inspektur..."
"Ada kasus ya?"
"Mungkin,"
"Angkat saja, lalu temui dia, aku yakin kau tidak bisa menahan dirimu untuk tidak memecahkan kasus itu, cepatlah!"
"Tapi kau..."
"Aku akan baik-baik saja asalkan kau mengunci semua pintu,"
"Apa kau yakin?" tanya Shinichi memastikan.
Shiho mengangguk mantap. Sebenarnya ia masih takut. Tapi apa boleh buat, ia tidak boleh egois bukan?
Shinichi mengangkat telepon itu, berbincang sebentar, kemudian menutupnya.
"Aku akan pergi sebentar, jaga dirimu baik-baik!" ucap Shinichi pada Shiho yang terus mengamatinya.
"Kau juga," balas Shiho.
Shinichi langsung saja berlarian menuju mobilnya, kemudian pergi ke tempat yang ditunjukkan inspektur megure.
Meninggalkan Shiho yang menyimpan kekhawatirannya. Tanpa tahu kekhawatiran itu akan menjadi nyata.***
Sudah lima menit Shinichi meninggalkannya, dan Shiho tidak pernah berani melangkah sedikitpun dari kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect
FanfictionPernikahan? Kata itu tidak pernah terlintas sekalipun di benak Kudo Shinichi. Tidak pernah sama sekali. Karena detektif hebat itu telah lama kehilangan hatinya. Hatinya telah membeku. Adakah seseorang yang bisa mencairkannya kembali?