12.Wake Up

1.3K 116 14
                                    

Dua hari sudah Shinichi menunggui Shiho yang tak kunjung sadar, pikirannya kacau. Ia tidak menyangka Shiho akan senekat ini.

Semua ini salahnya, pikir Shinichi. Jika saja ia lebih terbuka dengan istrinya, dan dapat lebih mengerti perasaannya... Mungkin semua ini tidak akan terjadi.

Dan jika sesuatu yang buruk sampai terjadi pada Shiho, ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Pria itu meraih punggung tangan Shiho, kemudian mengecupnya berkali kali. Lalu menempelkan dahinya pada punggung tangan Shiho yang begitu dingin cukup lama. Ia memejamkan matanya, mengingat kalimat Hakuba dua hari lalu.

"KARENA DIA MENCINTAIMU, KUDO SHINICHI BODOH!!"

"Ap-apa?"

"Kau bahkan tidak menyadarinya? Dia mencintaimu sejak kalian masih terjebak dalam wujud bocah,"

"Jangan bercanda, Hakuba!"

"Aku tidak bercanda, sialan!!"

Dilayangkannya sorot mata membunuh pada Shinichi, menunjukkan betapa seriusnya dia.
Shinichi meneguk ludahnya kasar, sedikit tidak percaya dengan itu.

"Kupikir membiarkannya hidup bersama orang yang dicintainya akan membuatnya bahagia, tapi aku baru ingat"

Hakuba menghentikan kalimatnya sejenak,

"Aku baru ingat kalau...
Cinta bertepuk sebelah tangan itu sangat menyakitkan," lanjutnya.

Shinichi hanya diam kala itu, dalam hati berfikir, apa itu benar?

"Jika kau tidak bisa mencintainya, setidaknya jadilah orang yang bisa mengerti dirinya,"

Shinichi menyandarkan punggungnya di tembok putih rumah sakit, ia memijit kepalanya yang terasa pening.

"Aku tidak tahu harus bagaimana," oceh Shinichi mengacak rambutnya frustasi.

Hakuba diam menamati pria itu, ia menetralisir emosinya. Ia tahu, Shinichi pastilah sudah berusaha melakukan yang terbaik. Tapi mau bagaimana lagi?

"Kudo, kau tahu istrimu mempunyai masalah di masa lalu bukan? cobalah cari tahu tentang itu, cobalah mempercayainya, dan kau juga harus waspada! semua orang dapat dicurigai, termasuk orang terdekatmu sekalipun," ucap Hakuba memberi penekanan pada kalimat terakhir.

Lamunan Shinichi seketika buyar mendengar rintihan lirih dari gadis yang kini terbaring di hadapannya.
Pria itu spontan menegapkan tubuhnya, tangannya masih mendekap jemari Shiho. Ia menatap lamat gadis yang mulai mengerjap itu.

Shiho mulai membuka mata, menamati seisi ruangan, lalu berhenti pada sosok Shinichi yang menatapnya khawatir.
Yang ia ingat terakhir kali adalah___
Seketika air mata Shiho mengalir, semakin deras dan semakin deras. Membuat Shinichi panik.

"Kenapa... Kenapa aku... Masih hidup?" lirih gadis itu di sela tangisnya.

Shinichi yang mendengar kalimat itu terhenyak. Rasa bersalah semakin menggerogotinya, sebegitu putus asa kah gadis itu?

"Apa kau menyelamatkanku?" lirih Shiho menatap sayu Shinichi. Shinichi hanya diam menatapnya.

"Kenapa kau melakukannya?"

Ucap Shiho yang tersela oleh tangisannya. Shinichi menunduk, mengepalkan telapak tangannya hingga memutih. Melihat ini membuatnya tersayat.

"Harusnya kau membiarkanku beristirahat, aku lelah, harusnya kau membiarkanku bertemu keluargaku disana..." lanjut Shiho dengan tangis yang semakin tak terkontrol.

Shinichi dengan sigap merengkuh tubuh Shiho, memeluknya erat dengan air mata yang entah kenapa turun. Sesenggukan bersama Shiho yang meronta di pelukannya.

"Maafkan aku, Haibara...
Maafkan aku..." desis Shinichi memperkuat dekapannya.

Shiho tak kalah kuat memeluk Shinichi, melepas segala bebannya pada pundak pria itu. Berharap lelahnya akan sedikit berkurang.

"Maafkan aku, aku belum bisa menjadi suami yang baik, maaf..." keluh Shinichi sekali lagi, kali ini tangannya mendekap kuat kepala Shiho agar terus bersandar padanya.
Ia tidak sadar, dalam hati kecilnya, pria itu sangat takut kehilangan Shiho.
Hanya saja ia tidak terlalu mengerti isi hatinya sendiri.

Shiho meremas kemeja Shinichi kuat, terus membenamkan kepalanya pada dada Shinichi. Tak tahu kenapa, dekapan Shinichi dapat sedikit nenenangkannya.

Entah berapa lama Shiho menangis, gadis itu akhirnya berhenti saat stok air matanya mulai menipis. Ia melepaskan pelukannya pada Shinichi, entah kenapa ia merasa canggung dg tiba-tiba. Mengelap bekas air mata di pipinya.
Begitu juga Shinichi, baru kali ini ia benar-benar menangis di hadapan seorang gadis. Entahlah, setiap mereka bersama suasana seolah selalu berubah ubah seenaknya.
Keduanya hanya saling diam sampai Shinichi kembali memecah hening.

"Kemarin Hakuba menjengukmu, dia sangat khawatir. Sayangnya saat ini dia ada pekerjaan penting," ucap Shinichi dengan senyum simpulnya.

"Apa dia yang membuat memar rahangmu itu?" lirih Shiho menamati memar kebiruan di rahang kiri Shinichi.

"Bukan, ini hanya bekas pukulan saat menangani kasus kemarin," jawab Shinichi berbohong. Shiho menunduk, ia tidak bisa ditipu. Gadis itu tahu sekesl apa Hakuba pada Shinichi.

"Aku selalu menyusahkan ya? Aku membuat Hakuba kawatir, dan membuatmu terluka karenanya, maaf!" desis Shiho kembali murung.

"Dengar, kami keluargamu! Aku, hakuba, ayah, ibu, dan semuanya keluargamu, kau tidak perlu secemas itu..."

"Tapi..."

"Sudahlah! Beristirahatlah dulu, Aku akan panggil dokter untuk memeriksamu agar kau bisa cepat pulang, mengerti?"

Shiho mengangguk pelan, meski sebenarnya ia sedikit takut setiap Shinichi tidak ada di sisinya. Ia sadar, Shinichi membawa rasa aman baginya.
Gadis itu hanya kembali berbaring setelah Shinichi keluar dan pintu tertutup.

Di luar ruangan, tepat saat Shinichi telah berbelok ke ruangan dokter. Seorang pria berjaket dan topi biru navy muncul, dengan setangkai mawar di tangan, berjalan dengan senyum poker face andalannya menuju ruangan yang baru saja Shinichi tinggalkan. Pria itu menghirup aroma pada mawar merah itu, kemudian menyeringai, dan mulai meraih kenop pintu.

"Apa yang kau lakukan disini? Mencuri permataku?" ucap  seseorang menghentikan gerakan pria itu. Dengan poker facenya, pria itu mengatur ekspresi, menghilangkan kegugupan di wajahnya, lalu menoleh ke belakang.

"Hai, Kudo!" balas pria itu dengan wajah seramah mungkin. Mendapati orang yang dihadapannya kini adalah pria yang memiliki wajah identik dengannya.

***
Dikit aja ya teman teman,
Soalnya aku lagi bad mood banget gara gara baca fanfict K-pop sad ending T_T

Maaf kalo cerita ini terlalu banyak adegan nangis,

Tunggu next chapter di hari... Apa ya? Rabu deh,

Udah segitu aja ngocehku,

Makasih

Jangan lupa follow account aku dan vote ceritanya!!!

Not Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang