Shinichi membuka kelopak matanya perlahan. Matanya mengerjap, sedikit terkejut melihat ada orang lain tidur beesamanya. Entah sejak kapan ia tidur berhadapan dg Shiho. Padahal semalam mereka saling membelakangi.
Pria itu menamati wajah Shiho, lucu saja melihat gadis itu tertidur nyenyak.
Diusapnya kepala istrinya lembut. Siapa sangka gadis ith akan terbangun, Shinichi spontan saja menarik tangannya. Berharap Shiho tdk sadar dg apa yg baru saja ia lakukan."Ku-kudo-kun!" ucap Shiho terjengkat bangun. Sedikit gugup dg posisi mereka yg terlalu dekat.
"Bagaimana? Tidur nyenyak?" tanya pria itu datar, seolah tidak terjadi apa apa.
"Hm, terima kasih! Obatmu manjur sekali," balasnya.
"Ambil saja, sepertinya kau lebih membutuhkannya," lanjut Shinichi mulai beranjak turun dari ranjang. Dibalas anggukan terima kasih dari Shiho.
Pria itu berjalan keluar, sedangkan Shiho hanya memerhatikan punggung pria yang mulai menghilang dari balik pintu.
"Aku merasa jarak kita semakin terkikis, tapi bagaimana jika kau tahu aku tidak bisa menjadi istri yang sempurna untukmu, Kudo-kun?" desis Shiho.
"Apa kau akan menceraikanku?" lanjut Shiho.
Air mata gadis itu tertahan, lagi lagi merutuki nasib buruknya, jika saja ia tidak bertemu dengan Kaito...
Mungkin ia akan hidup tenang bersama suaminya, sekalipun suaminya itu tidak pernah mencintainya.
***
"Hei! Kenapa kau terlihat senang sekali?" tegur Shinichi pada Shiho yang duduk di dalam mobil beesamanya. Wajah gadis itu terlihat lebih cerah dari biasanya.
"Hei, Tuan detektif yang terhormat! Kita akan bertemu ibumu, bukankah seharusnya kau juga harus senang?" balas Shiho heran.
"Hm, dia ibuku, tapi justru kau yang lebih antusias bertemu dengannya,"
"Kau ini tidak bersyukur sekali ya? Kau beruntung, memiliki ibu yang sangat menyayangimu, keluargamu lengkap, tenang dan damai, kau punya banyak orang yang dapat kau percaya, sedangkan aku... Aku tidak memiliki siapaun, aku hidup dengan kegelapan, ketakutan, dan rasa trauma, semua orang yang kupercaya menghianatiku dan..." jelas Shiho dg suara yg semakin parau. Air matanya bertumpuk di ujung kelopak matanya, menahannya meski hampir tumpah.
Sedangkan Shinichi diam, merasa bwrsalah telah merusak kesenangan gadis itu."Astaga! Bicara apa aku ini?" gerutu Shiho memukul mukul kepalanya yg terasa pusing.
"Maaf, terkadang aku memang suka berbicara tidak jelas," desis Shiho menatap ke luar jendela. Shinichi menatapnya sebentar, kemudian kembali pada kemudi.
"Keluargaku adalah keluargamu, jadi... Jangan pernah merasa sendirian, mengerti?" balas Shinichi menatap lamat gadis itu. Shiho yang kini juga menatapnya tersenyum, kemudian mengangguk mengerti.
Mobil itu terparkir sempurna di depan kediaman Kudo. Belum sempat keduanya turun, suara khas Yukiko menyambut keduanya.
"Shin-chan!! Ai-chan!!!" teriak wanita paruh baya itu sembari melambaikan tangannya.
Shiho yang baru saja turun menoleh, lalu tersenyum lebar dan balas melambai.
Shinichi sedikit lebih lega melihat senyum Shiho. Gadis itu selalu bisa membahagiakan orang lain meski kehidupannya sendiri tidak terlalu baik.
Sejak dulu ia tahu gadis itu kuat, dan sejak dulu ia pun tahu... Dia adalah partner yang baik.Partner...
Apakah selamanya hubungan mereka akan sebatas kompromi saja? Akhir akhir ini ia seeing merasa aneh ketika bersama dg gadis itu. Tawa gadis itu pun menjadi kelegaan tersendiri baginya. Ia bersikukuh tidak ingin mencintai Shiho, kata cinta sudah lama ia hapus dari kamus kehidupannya. Ia hanya akan menjaganya, melindunginya, dan berpeean sebagai suami yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect
FanfictionPernikahan? Kata itu tidak pernah terlintas sekalipun di benak Kudo Shinichi. Tidak pernah sama sekali. Karena detektif hebat itu telah lama kehilangan hatinya. Hatinya telah membeku. Adakah seseorang yang bisa mencairkannya kembali?