23.Fear

1K 95 5
                                    

Ini sudah tengah malam, tapi Shiho masih belum tertidur dengan tenang.
Ia terus bergerak ke kanan dan ke kiri. Sesekali menatap wajah suaminya yang tertidur pulas.
Sebenarnya ia ingin sesuatu. Tapi nampaknya Shinichi sedang kelelahan.
Sudah berulang kali Shiho memejamkan matanya, tapi tidak berhaail tidur. Akhirnya, wanita itu memilih membangunkan Shinichi.

"Kudo-kun... Bangun..." panggil Shiho mengguncang tubuh Shinichi.

Pria itu hanya menggeram.
Shiho mencobanya lagi, tapi pria itu tetap saja tidak mau bangun.
Wanita itu kesal, kemudian tanpa basa basi menggigit telinga Shinichi dengan kuat.

"Argh! Apa apaan kau ini?" seru Shinichi terlonjak marah.

Shiho diam, menatapnya dengan kesal. Wanita itu bahkan mengerutkan bibirnya seolah merajuk.

Shinichi menghela nafas panjang, ia tahu sejak Shiho hamil wanita itu menjadi lebih sensitive.

"Kenapa? Kau tidak tidur?" tanya pria itu melembut.

"Aku tidak bisa tidur, aku ingin makan delima," rengek Shiho.

"Ya, baiklah! besok aku kan membelikanmu buah delima, juga pohonnya, kebun delimanya, dan tukang kebunnya sekaligus! Sekarang tidurlah! Oke?" balas Shinichi melantur. Pria itu lelah dan malah dimintai aneh aneh di tengah malam seperti ini.

"Aku ingin sekarang," paksa Shiho.

"Lalu kau ingin aku mencarinya di mana? Tidak ada yang menjual buah delima malam malam begini, kau ingin aku mencuri di rumah tetangga?" balas Shinichi kesal.

"Bukankah di belakang kantor polisi tempatmu bekerja ada pohon delima?"

"Itu jauh sekali! Ini sudah malam, Haibara! Delima itu sedang tidur, kau juga tidurlah, besok aku akan mengambilkan banyak untukmu," balas Shinichi lelah.

"Kau bercanda atau bagaimana? Ini permintaan anakmu! Dan dia menginginkannya sekarang!" kesal Shiho.

"Kenapa kau selalu menyalahkannya? Dia masih di dalam perutmu! Mana bisa dia meminta hal semacam itu? Dasar!" balas Shinichi yang semakin membuat Shiho kesal.

"Itu yang dinamakan nyidam, Kudo-kun! Nyidam! Kalau kau tidak menurutinya bagaimana jika anakmu nanti ileran?" celoteh Shiho bertambah kesal.

"Kau elap saja ilernya! Itu sudah tugasmu sebagai mamanya kan?!" balas Shinichi yang tak kalah kesal.

"Kudo-kun!!"

"Tidur saja dulu, besok aku akan membelinya" ucap Shinichi kembali merebahkan tubuhnya.

Shiho mendengus, menatap kesal ke arah Shinichi. Kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kalau kau tidak mau aku akan meminta pada Hakuba saja!" seru Shiho kesal. Ia sengaja mengeraskan suaranya, berharap Shinichi berubah pikiran.
Tapi Shinichi tidak peduli, ia tahu Shiho hanya mengancam. Wanita itu selalu saja menggunakan nama Hakuba untuk masalah seperti ini. Kali ini Shinichi tidak akan tertipu.

"Ya, minta saja padanya! Kau bilang Hakuba memang lebih menyayangimu!" balas Shinichi seolah tidak peduli.

Shiho melirik sinis, kemudian turun dari ranjang. Berjalan keluar kamar dengan menghentak hentakkan kakinya. Tapi Shinichi tetap tidak peduli, tampaknya ia memang sudah tertidur. Pria itu terlalu lelah.

Shiho menghela nafas, mendudukkan dirinya di sofa empuk ruang tamu. Menyandarkan punggungnya disana.
Wanita itu menatap perut besarnya, lalu mengelusnya lembut sembari tersenyum masam.

"Kau sangat ingin ya? Tapi papamu tidak perduli," lirih Shiho dengan mata yang sudah berair. Shiho sendiri tidak tahu kenapa ia jadi cengeng seperti ini.

Not Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang