27. Don't Wanna Cry

1.4K 90 7
                                    

"Aku tidak pernah main main dengan ucapanku!" desis Kaito dingin, mencabut pisau tajam dari perut Shiho dengan kasar. Membuat aliran darah semakin deras dari luka tusukan yang dibuatnya.

"Akh... Anakku..."
Desis Shiho merasakan nyeri yang merambat ke sekujur tubuhnya.

GUBRAKKK!!

Pintu ruangan itu didobrak.
Kini tampak wajah beringas Shinichi yang baru saja datang. Menatap benci ke arah Kaito yang tersenyum melecehkan.
Hanya perlu beberapa detik sampai Shinichi terpaku mendapati sosok istrinya yang terbaring terikat di atas ranjang dengan darah segar mengalir dari perutnya.

Seolah lupa dengan kehadiran Kaito, Shinichi segera berlari menghampiri istrinya.

"Pemandangan indah," desis Kaito tertawa puas.

"DORR!!"

"DORR!!"

"Akh! Sial!!" umpat Kaito saat sadar pundak dan kakinya baru saja ditembak. Ia tidak bisa kabur lagi kini.

Beberapa saat kemudian Asahi, Haruto, Yuta, dan beberapa anggota kepolisian yang lain meringkusnya.
Kaito tidak peduli, ia sudah rela mati asalkan dendamnya terbalaskan.

Sedangkan Shinichi hanya fokus pada Shiho. Dengan tangan gemetar Ia melepas tali yang mengikat istrinya dengan khawatir. Berharap Shiho dan bayinya bisa diselamatkan. Jika sesuatu sampai terjadi... Dunianya hancur sudah.

"Bertahanlah, Haibara! Kumohon bertahanlah!"
desis pria itu berulang kali. Mencoba merengkuh tubuh Shiho yang melemas.

"Ku-kudo-kun... Anak... Kita..." lirih Shiho di sisa sisa kesadarannya.

Shinichi membopongnya ke mobil, menutup luka di perut Shiho dengan kemeja yang semula ia pakai. Menyisakan kaos putih pendek yang juga penuh noda darah Shiho.

"Haruto! Jalankan mobilnya dengan cepat!!" seru Shinichi yang duduk di bangku belakang.
Haruto dengan sigap menjalankan mesin, menbawa mereka ke rumah sakit terdekat.

"Bertahanlah Haibara... Kumohon jangan tinggalkan aku!!" lirih Shinichi terus mendekapnya.

"Tdak akan terjadi apapun padamu dan anak kita! Kalian harus kuat! Kumohon..."

Shinichi menguatkannya terus menerus. Kini ia sendiri pun rapuh. Pria itu terus menyalahkan dirinya sendiri.
Jika saja ia tidak bertemu dengan Aoko, jika saja ia tahu Aoko adalah kekasih Kaito, jika saja ia tidak menyembunyikan kronologi kecelakaan Aoko.
Jika saja... Sudahlah!

***

Shinichi terus berjalan mondar mandir di depan ruang operasi. Bibir pria itu tak hentinya merapalkan do'a. Pria itu tak peduli meski kaos yang ia kenakan kini penuh dengan noda darah yang mulai mengering.

Rekan rekan Shinichi duduk di depan ruangan. Menatap pria itu dengan iba. Mereka tidak pernah melihat Shinichi sekacau ini.

***

Di ruang operasi, beberapa tim medis berusaha keras menyelamatkan pasien mereka. Dengan cekatan mereka menangani Shiho dan bayinya.
Kondisi semakin mendesak, membuat keadaan semakin rumit. Semua orang gugup.

Hingga tepat pada pukul sebelas malam, sang dokter meletakkan pisau medisnya dengab pasrah.

"Suster, catat waktu kematiannya!" lirihnya.

***

"Cklek," suara pintu operasi yang terbuka mengejutkan Shinichi. Shinichi yang semula bersandar sembari melamun kini langsung bangkit. Tubuhnya sedikit gemetar. Ia sangat takut terjadi hal buruk pada Shiho dan bayi mereka. Tapi ekspresi tidak menyenangkan dokter itu membuatnya semakin takut.

Not Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang