18. Hukuman

84 10 1
                                    

Hell-O! Call Me Kak Bi😈 Slalu Dukung Ceritaku Dengan Cara Vote,Komen Dan Follow Akun ini:) Makasih, Slm Mns♡
.

.
.
Tandai Typo🐾
🍒
Spam Emot😈 biar Kak Bi semangat dan cepet Up!
.
Baca Part sebelumnya bila lupa alur!⚠
.

[Milik_Zian]

Mood Zian pagi ini dibuat kacau oleh sebuah nomor asing yang mengirim foto pujaan hatinya yang sedang bersama cowok lain yang pasti pacar dari cewek itu, sedikit kesal saat dia mengetahui bahwa dia tidak bisa marah karena tidak punya hak, menyebal...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mood Zian pagi ini dibuat kacau oleh sebuah nomor asing yang mengirim foto pujaan hatinya yang sedang bersama cowok lain yang pasti pacar dari cewek itu, sedikit kesal saat dia mengetahui bahwa dia tidak bisa marah karena tidak punya hak, menyebalkan!

Iya, gadis itu adalah Zoe!

Dan karena foto itu dia menjadi kesal dan marah-marah tanpa alesan yang jelas, orang rumah sampai bingung dengan tingkah laku sang pangeran Albaretha itu, sangat tidak biasa.

Bruk!

"Ck! Siapa sih yang naro sofa disini!" Cowok yang sudah rapi dengan seragam itu berdecak tidak suka, salahkan sofanya yang kenapa harus ditaroh disitu jangan salahkan Zian yang berjalan dengan pandangan yang tak lepas dari ponsel.

Ingat! Zian gak salah, itu salah sofanya!

"Apaansih Bang, kok mulai tadi marah-marah mulu, sini peluk Buna dulu." Dengan wajaah lesu Zian duduk tepat disamping sang Buna, memeluk wanita ringkih itu dengan erat walau suasana hatinya 'tidak baik' tapi dia tetap harus berlaku baik dengan sang Buna, kalo tidak ingin uang jajannya di potong oleh sang Papa!

Nadira menghirup bau badan Zian yang menenangkan, bau yang sangat mirip dengan suaminya, bau yang dirumah ini hanya ada dua adanya, milik suaminya dan anak lelakinya ini.

"Senyum dulu dong, biar ganteng." Zian memejamkan mata sebelum tersenyum seperti permintaan sang Buna, dirinya masih kesal tapi harus bisa tersenyum tapi gak papalah, demi sang Buna!

Dan senyuman itu pun muncul, senyum yang lagi-lagi membuat Nadira tenang karena mirip sekali dengan mendiang anaknya yang sudah meninggal dunia, cukup heran kenapa bisa sama padahal mereka tidak punya ikatan darah tapi mungkin Tuhan berbaik hati untuk membuat Nadira selalu menikmati senyuman yang sudah hilang itu.

"Mau sarapan apa hari ini? Biar Buna buatin, spesial buat anak bujang Buna." Elusan dikepala Zian membuat cowok itu sedikit tenang, kiranya rasa kesal itu sedikit hilang.

"Nasih goreng plus telurnya dibanyakin." Nadira hanya bisa tersenyum mendengar permintaan sang anak, selalu telur menunya, memang apa lagi selain bahan makanan yang berbentuk bulat itu?

Zian ditinggal sendiri diruang tamu, mau bermain ponsel tapi takut kesal lagi karena foto Zoe yang sedang bermesraan dengan pacarnya.

Ais! Memikirkannya saja membuat dia sebal!

Milik Zian[✔] SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang