45. Sudah Pasrah

71 4 1
                                    

Jangan lupa vote ya guys❤

Selamat Membaca🪶

°MZ°

"Permisi, kamar pasien bernama Leonard Aprilio di mana ya?"

Satu suara yang terdengar panik dari si wanita cantik terdengar di depan resepsionis sana, gadis berambut blonde itu benar-benar terlihat panik sekarang, bahkan juga sangat menahan tangisnya yang akan jatuh kalau saja tidak ditahan mati-matian.

"Tenang dulu, jangan panik gitu Dek." Vino mengelus pelan bahu sang adik yang nampak kacau sejak menerima telfon sejam tadi, keadaan seseorang yang tengah berada di dalam kamar rumah sakit ini sedikit membuat khawatir, mana bisa Zoe tenang?

Ketika seharusnya sudah saatnya beristirahat dengan nyaman di kasur, namun malah mendapat telfon dari luar mengenai keadaan seseorang yang baru saja berada di rumahnya. Mungkin mungkin dibawa tidak tenang oleh Zoe? Dia takut terjadi hal serius pada sang kekasih.

"Pasien korban tusukan atas nama Leonard Aprilio, di kamar VIP nomor 10." Mendengar ucapan sang resepsionis Zoe merasa lemas dan makin khawatir, korban tusukan? Bagaimana bisa?!

"Kakak, Leon gimana?" Zoe sudah tidak bisa menahan pikirannya yang sudah memberikan pikiran negatif dalam otaknya, tubuhnya mendadak lemas mendengar kabar langsung dari pihak rumah sakit, Vino yang berada di belakang sang adik pun hanya bisa menahan tubuh Zoe agar tidak terjatuh ke lantai.

"Jangan nangis dulu, ayo liat Leon gimana." Mendengarnya Zoe lansung pergi dari sana dengan sedikit berlari, pikirannya sudah tidak tenang dan harus bertemu dengan sang kekasih, ingin memastikan kalau Leon tidak papa sama sekali, mungkin hanya luka kecil yang tidak perlu dikhwatirkan.

Walaupun itu terdengar sangat mustahil.

"Dek jangan lari-lari!" Peringatan Vino tidak sama sekali di dengar oleh gadis itu, sang adik tetap berlari untuk lekas sampai pada ruangan sang kekasih, hatinya sudah mulai tidak tenang, ingin cepat melihat  keadaan sang pacar.

Vino menyusul dengan mendesah kasar, adiknya itu kalau sudah sangat khawatir jelas tidak akan mendengarkan siapun termasuk dirinya yang padahal untuk sebuah keselamatan, bagaimana kalau nantinya gadis itu menabak orang kalau tidak hati-hati selama berlari?

Ini juga rumah sakit bukan tempat yang harusnya berlari begitu, Vino sedikit resah sekarang, jadi dengan kaki yang lebih dipercepat lelaki itu menyusul sang adik dan menarik keras tangannya sebelum benar-benar menabrak orang.

"Bisa dengerin Kakak?! Kalau kamu gini terus bakal nabrak orang Dek, Kakak tau kamu khawatir tapi gak harus bahayain orang gini, tenangin dulu kita jalan bareng gak perlu buru-buru, yakin kalau Leon gak bakal ada luka yang serius, gitu aja." Vino memegang lembut tangan sang adik.

Berharap gadis yang sudah menangis itu mau mengerti sedikit saja, keadaan rumah sakit yang ramai sangat tidak menguntungkan mereka bila berlari kencang begitu, justru takutnya menabrak orang dan membuat keribuatan, akhirnya? Mereka akan diusir bahkan sebelum bertemu dengan Leon terlebih dahulu.

"Tapi Leon Kak?" Vino mengangguk sambil membawa sang adik dalam pelukan, mengelus kepala adiknya agar lebih tenang, mencoba untuk memberi pengertian kalau semua akan baik.

"Kakak tau, tapi boleh lebih tenang sedikit? Pacar kamu itu kuat loh, yakin ya kalau gak bakal ada hal yang serius, ayo jalan sama Kakak tapi enggak dengan buru-buru kayak tadi." Zoe lansung mengangguk menyetujui.

Hati dan pikirannya sedang resah jadi harus mendengarkan sang Kakak demi semuanya berjalan dengan lancar, mendapati sang adik sudah jauh lebih tenang, Vino membawa tangan sang adik untuk lelaki itu genggam sedikit erat, lalu keduanya mulai berjalan sambil mencari kamar VIP yang ditempati oleh Leon.

Milik Zian[✔] SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang