Sepi yang Bertahan

1K 106 10
                                    

“𝘈 𝘣𝘢𝘥 𝘳𝘦𝘭𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯𝘴𝘩𝘪𝘱 𝘸𝘪𝘭𝘭 𝘮𝘢𝘬𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘧𝘦𝘦𝘭 𝘮𝘰𝘳𝘦 𝘢𝘭𝘰𝘯𝘦 𝘵𝘩𝘢𝘯 𝘸𝘩𝘦𝘯 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘦𝘳𝘦 𝘴𝘪𝘯𝘨𝘭𝘦.” – 𝘜𝘯𝘬𝘯𝘰𝘸𝘯

*.*.*.

Louis sedang bermain dengan Sofia di karpet busa. Kedua anak itu tampak berbincang, meski aku yakin Sofia tidak mengerti apa yang dibicarakan adiknya.

Tangan Louis bergerak-gerak, seakan-akan ingin meraih wajah kakaknya. Dia terkekeh-kekeh saat Sofia menutup wajah dengan tangan, lalu membukanya seketika.

Louis lanjut berceloteh, riang menatap Sofia yang juga menatapnya.

"Louis mau mencium kamu," kataku kepada Sofia.

Sofia menoleh menatapku dan bertanya dengan mata membesar, "Benarkah? Louis mau menciumku."

Aku membalas dengan anggukan, membuat anak sulungku itu berbalik lagi kepada adiknya. Dia memajukan kepala mendekat ke Louis, seketika menjerit karena Louis menarik rambutnya sambil terkekeh.

"Mama, tolong!"

Aku yang duduk di sofa kamar bermain itu hanya tersenyum mendengar jeritan Sofia. Barulah aku maju membantu Sofia saat Louis menangis karena dipukul olehnya.

"Kakak, berdiri di depan tembok!" pintaku keras, menepuk-nepuk paha Louis agar berhenti menangis.

Sofia sontak berdiri. Sambil menangis di mepet di tembok. Saat aku memintanya mengangkat tangan, dia menurut.

"Dedek mulai duluan." Sofia membela diri, terisak-isak.

Tangis Louis yang tidak berhenti juga membuatku menggendong bayi itu, menimangnya sambil mengelus-elus kepalanya yang dipukul Sofia.

"Louis masih bayi, jalan saja belum. Jadi, Kakak harus mengalah. Ayo minta maaf."

Tangan Sofia perlahan turun, dia menatapku sejenak dengan bibir bawah maju. Langkahnya pelan mendekat kepadaku. Dia duduk di depanku.

"Maaf, ya, Dedek Louis," ucapnya.

"Adiknya disayang, dong," pintaku.

Sofia memeluk Louis yang sedang aku gendong. Dia juga mengecup kepala Louis yang tadi dipukulnya.

Beberapa hari ini, aku merasa tenang karena Keenan sedang keluar kota untuk meninjau salah satu proyeknya.  Aku bebas melakukan apa saja di rumah, bahkan Riri aku liburkan dua hari. Dia pergi jalan-jalan terus, hari pertama dia ke tempat bermain ice skating dan membawa Sofia bersamanya.

"Hari ini mau ke mana, Ri?" tanyaku saat Riri sudah siap keluar.

"Mau nge-mall, cuci-cuci mata, Bu."

"Ah, tunggu di sini dulu," pintaku, lantas berlari ke kamar mengambil beberapa uang cash yang ada di dompet. Sekembali aku ke ruang tengah tempat Riri, aku menyodorkan yang yang kupegang kepadanya.

"Nanti aku titip minuman, ya. Nggak pake es, gula banyakin."

"Ini kebanyakan, Bu."

"Buat kamu jajan."

"Wah, terima kasih, Bu."

Riri keluar setelah ojek online pesanannya tiba di depan rumah. Aku pun menjatuhkan tubuh di sofa sambil tersenyum. Bantalan kursi aku lempar dan kakiku naik ke meja. Tidak akan ada yang marah, mau sofa miring atau terbalik sekalipun.

Bosan di lantai bawah, aku naik ke ruang tamu yang ada di lantai dua. Tempat itu biasa aku gunakan untuk bersantai sambil menonton teve atau sekadar menemani Keenan duduk membaca buku.

Suami Sempurna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang