"Death is not the greatest loss in life. The greatest loss is what dies inside us while we alive."—Norman Cousins
*.*.*.
Mobilku terus melaju tanpa arah. Aku pergi tanpa persiapan. Kepalaku hanya dipenuhi perintah untuk pergi sejauh mungkin, di mana pun asalkan menjauh dari sumber sesak di dadaku. Malam makin larut dan kantuk mulai menyapaku. Sejak tadi air mataku terus menetes mengingat Sofia dan Louis. Aku pernah berjanji untuk menjadi seorang ibu yang lebih baik daripada Mama. Namun, aku gagal. Aku jauh lebih buruk dari Mama. Aku bahkan sering berpikir untuk membunuh Louis. Aku tidak pantas disebut ibu.
Jalanan lengang. Sebagian besar penghuni kota mungkin telah terlelap dibuai mimpi. Dan aku di sini, di dalam mobil merutuki nasib. Entah berapa banyak sesal yang terus merecoki batin. Kalau saja aku mendengar perkataan Mama dan kakak-kakakku, aku mungkin saja sudah wisuda. Aku mungkin sibuk mencari pekerjaan atau mungkin sudah bekerja. Tidak. Kalau aku berani, bisa saja aku telah menulis komik online. Banyak hal yang bisa saja terjadi dan mungkin jauh lebih bahagia daripada menikah dengan Keenan.
Aku menghentikan mobil dan meminggirkannya saat tiba di jembatan simpang susun, tepat di bagiannya yang agak berkelok. Aku tahu ini bodoh, tetapi aku sudah patah arang. Aku pun turun dari mobil dan melangkah memutari bumper mobil menuju beton pembatas jalan layang. Dingin merayapi telapakku saat menyentuh beton itu. Pandanganku tertuju kepada mobil-mobil yang lampunya terang di bawah sana. Air mataku yang sempat kering, menetes lagi.
"Ini yang terbaik, Nin," ucapku kepada diri sendiri.
Tanganku mengepal sambil memejamkan mata. Semua akan baik-baik saja setelah ini. Anak-anakku akan bahagia dengan hidupnya yang baru tanpaku. Dan aku akan pergi di tempat yang lebih indah, tanpa beban. Aku akan meninggalkan kedua malaikat kecilku.
Aku melepas sepatuku, memantapkan hati untuk melompat dari sana. Aku sudah memegang erat pada beton, memejamkan mata sambil mengangkat satu kakiku. Tiba-tiba suara klakson yang melengking membuat mataku terbuka dan kakiku menapak lagi. Aku berbalik dan melihat mobil hitam yang berhenti di samping mobilku. Seorang lelaki turun dari sana, sehingga aku bergegas masuk ke mobil melalui pintu penumpang depan.Lelaki itu mengetuk pintu mobilku, tetapi tidak aku buka. Samar aku dengar dia bertanya tentang apa yang aku lakukan tadi. Jantungku berdetak lebih kencang membuatku meringkuk di kursi samping kemudi. Keringat mulai terasa menetes dari keningku. Bukan hanya lelaki itu, di sampingnya kini ada seorang perempuan yang ikut mengetuk. Ketukan perempuan itu lebih pelan.
....
Kira-kira bagaimana lanjutan kisah Nindy dan Keenan?
Untuk baca lengkap bisa baca di novelnya.
Hubungi 0895805207642
Harga normal 98k. Harga spesial selama PO cuma 74K, loh. Buruan pesan sebelum harga kembali normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Sempurna
RomanceNindy, seorang remaja yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Keenan, kakak sahabatnya. Saat tiba-tiba dilamar oleh cinta pertamanya, dia langsung menerima. Menganggap dirinya adalah Cinderella yang beruntung menikahi pangeran berkuda putih. ...