Chapter 12: About The Feel

37 13 3
                                    

Happy Reading:*

▫ ▫ ▫

"Truth or dare?!" Ucap Justin cukup kuat sampai mengejutkan Elang.

"Apa sih Just"

"Ah ga asik lo" Justin mencebik, selanjutnya ia bergerak untuk duduk diatas meja milik Elang.

"Guys, ToD an lah kuy. Daripada gabut gini" Masih Justin yang berucap. Kelas mereka sedang mendapatkan jam kosong karena guru mata pelajaran kimia tidak bisa hadir hari ini. Jadi, Justin dengan kegabutannya mengusulkan ide tersebut.

"Ayo, gass" Jawab Rio menyetujui usulan Justin, lalu diikuti oleh beberapa teman-teman yang lainnya. Mereka mulai duduk melingkar, mengatur posisinya masing-masing.

"Nah gini kan seru. Pake apa nih?"

"Pena aja dah" Yuda menyahut sambil menyerahkan sebuah pena.

"Lang, ayo ikutan"

"Mager" Singkat Elang.

"Ga ada mager-mageran, yok ah" Justin berkata, ia kemudian menarik Elang untuk duduk bersama mereka.

Terpaksa, Elang pun mengikutinya.

Permainan pun dimulai, pena mulai mereka putar dan berhenti dengan menujuk salah satu orang yang disana.

Giliran pertama adalah si cowok berambut ikal, Rio.

"Truth or dare?"

"Dare"

"Oke gue ya yang ngasih dare nya" Justin berucap lalu berfikir sejenak "Dare nya, lo minta nomor Bu Mawar!"

"Gila. Mana berani gue. Bu Mawar kan galak"

"Kalo gue minta, bukannya dapet nomor tapi malah dapet sabetan rotannya ntar" Katanya lagi.

Mendengar ucapan Rio membuat mereka tertawa, yah minus Elang. Ia hanya tersenyum kecil tanpa sedikitpun ada keinginan untuk memberi reaksi lebih.

"Ya udah, ga usah bu Mawar. Pak Juned aja" Usul Yuda.

"Njing, sama aja" Kata Rio lagi. Fyi, Pak Juned itu lebih galak dari Bu Mawar. Tentu saja Rio tak mau. Dan akhirnya dare yang ia dapatkan adalah meminta nomor salah satu siswi yang tidak Rio kenal, yang ada di sekolah mereka. Setidaknya itu lebih baik daripada tantangan yang sebelumnya.

Melanjutkan permainan, pena akhirnya kembali diputar, dan kali ini pena itu mengarah pada Zidan.

"Truth" Kata Zidan.

"Siapa adik kelas yang lo suka?"

Zidan terdiam sejenak "Lang, sorry ya" Katanya yang membuat Elang otomatis mengalihkan afeksinya untuk memperhatikan Zidan. Sesaat setelah pernyataannya yang menimbulkan rasa keingintahuan pada Elang.

"Gue suka sama Alasha" Ucap Zidan kemudian.

"Sorry loh Lang, yang suka Asha ga cuma gue kok. Anaknya cantik, gemes, famous juga. Pasti banyak yang suka"

Yang dikatakan Zidan benar sih, tapi sebentar, sebentar Elang sedikit ngebug, "Kenapa lo bilang sorry ke gue?"

"Kan lo deket sama Asha, ntar lo kira gue mau nikung lo"

"Gue deket sama cewek itu. Sejak kapan?" Elang sungguh penasaran. Memangnya ia dekat ya dengan Alasha?

"Sejak kejadian Asha pingsan di pinggir lapangan basket. Lo kan jadi deket sama dia. Walaupun ga deket deket banget sih" Justin menyahut menerangkan.

Not a Secret Admirer [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang