Chapter 13: Confusing Feeling

31 15 1
                                    

Happy Reading.

▫ ▫ ▫

Ingat bukan kalau sebelumnya fakta baru telah ditemukan, yaitu Zidan menyukai Alasha. Sebenarnya tidak ada yang salah sih, lagi pula kalau dipikir-pikir mungkin semua orang akan dengan mudah menyukai gadis itu. Kepribadiannya baik, attitudenya bagus, wajahnya apalagi. Cantik, manis pula. Ditambah lagi dengan fakta bahwa ia terlahir dari keluarga terpandang. Jadi, siapa yang tidak akan menyukai Asha.

Selena?
Elang?

Kalau Selena sih jelas. Karena secara tak langsung ia sudah menjadi musuh Alasha, akibat dari pertengkarannya waktu itu. Tetapi kalau Elang, apa benar ucapannya waktu itu.

Elang tidak menyukai Alasha?

Kalau kalian tanyakan pada Everly, jawabannya pasti ia tidak akan percaya sama sekali. Dia itu kenal Elang melebihi siapa pun. Tidak termasuk Tante Amara -mama Elang- sih. Tetapi jelas ia tahu betul bagaimana seorang Elang.

Lalu kenapa Everly bisa berpikiran seperti itu, menyangkal ucapan Elang yang katanya tidak menyukai Alasha. Ya coba kalian bayangkan saja. Elang itu orang yang sikapnya sebelas dua belas dengan kulkas. Acuh tak acuh. Tapi mendadak ia bisa bersikap se peduli itu dengan Alasha. Apa coba sebabnya selain rasa suka?

Rasa kemanusiaan.

Empati.

Simpati.

Oh gosh...
Percaya? Tidak lah!

Coba sini lihat! Kalian tidak tahu kan apa yang dikatakan Elang saat Everly bertanya mengapa ia tiba-tiba mengambil alih Asha yang sedang tak sadarkan diri dari tangan Saga saat itu. Elang bilang Saga takut darah, jadi dia tak berani menggendong Asha ke UKS. Padahal jelas sekali bahwa Asha hanya mimisan dan darah yang keluar dari hidungnya tidak sampai berliter liter. Itu hanya tetesan kecil. Saga tidak akan takut. Everly yakin sekali.

Tapi mengapa Elang malah bertindak seperti itu. Mengapa ia dengan cepat merebut Asha dari Saga?

Apa dia cemburu?

Elang Calixto Mahavira cemburu??!

Everly harus tertawa karena ini.

Yang jelas ya, Elang itu suka Alasha. Ia hanya perlu dipancing agar sadar kalau ia suka dengan gadis itu. Kalau tidak, Elang akan selalu membantah perasaannya.

Oke, mari beralih pada hal lain.

Ngomong-ngomong saat ini Everly dan dua orang teman sekelasnya tengah berkumpul di rumah Elang. Sedang mengerjakan tugas kelompok dengan Everly menjadi satu-satunya wanita dikelompok mereka, yah karena teman perempuan satu kelompoknya tidak datang jadi Everly sendiri.

Tetapi Everly tak keberatan sama sekali, ia sudah akrab dengan Elang dan keluarganya, lagi pula ada adiknya -Araska- yang siap menemani Everly kapan saja, kemana saja. Pasti.

"Ini cat akriliknya bakal dicampur?" Tanya Everly seraya memegang botol kecil berisi cat berwarna biru dan merah ditangannya. Mencoba memastikan kembali pada Zidan.

Zidan yang tengah menyapukan kuas pada kanvasnya menoleh melihat Everly "Iya Ev, kan warna ungunya habis" Jawabnya.

Everly mengangguk, kemudian bergerak mencampur kedua warna primer itu untuk mendapatkan warna ungu. Sedangkan Elang, ia tengah mencoret-coret buku menggunakan pensil yang sebelumnya ia gunakan untuk menggambar sketsa lukisan. Yap, tugas Elang memang sudah dia laksanakan tadi, jadi sekarang ia bisa gunakan waktu luangnya untuk melakukan hal tak berarti tersebut.

Sementara itu, satu lagi teman sekelompok mereka yang tak lain adalah Justin, kini sedang bermain game menggunakan ponselnya bersama Araska dan Azura yang memang sedari tadi sudah berada disana. Dia tak membantu apa-apa, karena Justin memang tidak bisa apa-apa kalau tentang melukis seperti ini. Jadi, dia bilang tugasnya nanti saja bagian membingkai lukisan.

Not a Secret Admirer [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang