Chapter 25: The Memory is Back

23 11 4
                                    

▫️▫️▫️

"Alasha,"

"Gue semenakutkan itu ya sampe lo ga mau sedikitpun liat gue?"

Di hadapan Dendra yang bertanya seperti itu Asha tetap memilih membisu. Kepalanya tetap ia tundukkan tak ingin melihat mata milik pemuda itu.

"Kenapa si? Gue ga seganteng Elang makanya lo ga mau liat gue?" Kata Dendra lagi, kali ini bergerak memegang dagu Alasha. Membuat gadis itu semakin mengeratkan pejaman matanya.

"Lepasin, biarin gue pergi" Cicit Asha pada akhirnya.

"Haha, nanti ya, kalo Elang udah kesini" Balas Dendra lembut, amat sangat lembut sampai rasanya Asha semakin takut. Apalagi saat tangan Dendra melepas dagunya dan beralih mengelus rambut Asha yang saat ini sudah terurai bebas.

Lalu saat Dendra masih asyik dengannya, dering telepon terdengar lagi. Sontak membuat Dendra memeriksa ponsel dan kemudian berdiri menjauh, menjawab panggilan itu.

"Kenapa Lex?"

Dendra tertawa kecil mendengar penuturan Alex diseberang sana "Akhirnya ketauan juga"

"Kita tetep sama plan pertama, dan awasin terus mereka" Ucapnya lagi, lalu selanjutnya mengakhiri sambungan itu. Dendra pun kembali menoleh pada Asha, memandang gadis yang kini tengah terduduk dengan memeluk kedua lututnya.

Sebenarnya Asha tak hanya menahan rasa takutnya, tetapi rasa sakit yang sejak tadi menjalar di kepalanya pun ia tahan mati-matian. Entah berapa kali ia mencoba untuk tidak mengerang akibat dari rasa sakitnya itu. Berusaha untuk tetap tersadar di kondisinya yang sekarang.

Lain lagi dengan Zoya, gadis yang tengah terkurung di sebuah ruangan itu pun merasakan rasa takut yang tak kalah hebat dari Asha. Sejak tadi matanya sudah berair, menangisi kesialannya hari ini. Berkali-kali pula mulutnya merapalkan nama Araska, Angkasa bahkan juga Bintang meminta agar mereka segera datang dan membawanya pulang.

Sedangkan Elang dan Larskar yang sudah hampir 30 menit melakukan perjalanan, akhirnya sampai di tempat dimana Asha dan Zoya berada. Yaitu di sebuah gedung tua yang terlihat suram dan terbengkalai.

Elang kini turun dari motornya, berdiri menatap gedung itu. Sementara di belakangnya ada Azura, Araska, Justin dan anggota Larskar yang lainnya tengah bersiap untuk masuk kesana.

"Ayo masuk" Ucap Elang, lalu melangkah ke dalam dan hal yang pertama ia lakukan adalah langsung memanggil Asha.

"Alasha!" Suara nyaring Elang menggema di setiap sudut ruangan. Yang kemudian disusul dengan suara Azura ikut memanggil nama gadis itu.

Sementara itu, Dendra yang tengah bersama dengan Asha hanya diam memandang wajah perempuan itu. Ia sudah mendengar suara Elang yang memanggil Asha, dan disaat itulah ia memerintahkan Alex beserta yang lainnya untuk menyerang Elang.

"Tunggu sebentar lagi ya, Sha" Ucap Dendra tak lupa dengan seringaian yang tercetak di wajahnya.

Sekarang, di tempat Elang berada Red cobra mulai mengepung mereka. Tanpa sedikit pun memberi celah bagi Larskar untuk lolos dari sana.

Dan ya, the battle starts here.

Bugh

Satu pukulan berhasil Elang berikan pada salah seorang diantara mereka, lalu tanpa berpikir panjang Elang membanting orang itu dan beralih pada seseorang yang hendak menendangnya dari samping.

Lalu ketika beberapa orang telah ia kalahkan Elang berusaha menerobos, mencari jalan keluar untuk bisa menemukan Alasha, dan Zoya. Meski jumlah antara Larskar dan Red cobra tidak seimbang, tetapi ia yakin, bahwa Larskar akan tetap memenangkan pertarungan. Maka dari itu, ketika ia telah mendapatakan jalan keluar, Elang langsung beranjak dari sana. Meninggalkan teman-temannya dalam pertarungan itu.

Not a Secret Admirer [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang