Happy Reading!
▫ ▫ ▫
Beberapa tahun yang lalu.
"Gue pulang duluan ya, Dendra, Elang"
Byur
"ZAVIA!!"
Elang memekik keras ketika melihat seorang perempuan tak jauh darinya melompat dari atas jembatan terjun bebas kebawah. Menuju sungai dengan aliran derasnya.
Ia terdiam. Menatap nanar kearah jembatan itu. Elang terlambat. Elang terlambat menyelamatkan Zavia. Mungkin, seandainya saja ia datang kesana lebih cepat ia takkan kehilangan Zavia. Seandainya saja Elang mengetahui masalah Zavia sejak awal. Seandainya saja Dendra ikut bersamanya. Seandainya ia bisa mengulang waktu. Seandainya..
Seandainya Zavia bisa bertahan sebentar lagi.
Seandainya.
Ahh, mengapa rasanya menjadi sangat menyakitkan ketika mengucap kata 'Seandainya'.Kaki Elang akhirnya melemas. Ia langsung jatuh terduduk sambil terus memandang kearah bawah. Ke sungai yang saat ini sama sekali tak memperlihatkan tubuh Zavia. Ingin rasanya Elang ikut terjun kesana. Menolong Zavia. Tapi sepertinya akan sia-sia, ia tetap tak kan bisa menyelamatkan Zavia.
Kini yang perlu Elang lakukan adalah pergi, mencari jasad gadis itu. Meski kehidupan Zavia tak berjalan seperti yang diinginkannya, tetapi setidaknya ia harus mendapatkan pemakaman yang layak, bukan?
▫ ▫ ▫
"BANGSAT LO ELANG!!"
"LO BILANG MAU JAGAIN VIA KAN? LO SENDIRI YANG BILANG KE GUE! TAPI KENAPA? KENAPA SEKARANG VIA MALAH PERGI?!!" Ucap Dendra seraya menarik kerah baju Elang kasar. Matanya memerah penuh dengan amarah. Sedangkan Elang hanya diam. Ia tak membalas apa-apa.
Perlahan, Dendra membebaskan Elang. Tubuhnya merosot, yang kemudian langsung terjatuh di tempatnya. Sedangkan tangannya bergerak menutup kedua wajahnya, mencoba untuk menyembunyikan air mata.
"Kenapa Via malah pergi Lang?!"
"Kenapa?!"
"Maaf Den, maafin gue" Ucap Elang pada akhirnya.
"Maaf kata lo?"
Dendra kembali bangkit, selanjutnya berdiri menghadap Elang dengan geram "Kata maaf lo itu ga bakal balikin Zavia!"
Kenangan pahit itu lagi-lagi terbayang dibenak Elang. Membuat ia kembali merasakan sesak yang amat luar biasa. Juga tak luput dari rasa sesal akan banyaknya kesalah yang ia lakukan sehingga tak mampu untuk menyelamatkan Zavia.
Kini sembari menatap sebuah surat lusuh dihadapannya, tak ada yang bisa Elang lakukan selain merapalkan doa. Ya, doa. Doa agar Zavia tenang disana. Doa semoga Zavia bisa mendapatkan kebahagiaannya, disana.
▫ ▫ ▫
"Selamat pagi Kak Elang" Asha berucap riang menyapa Elang. Menjadi pertanda bahwa ia sudah kembali kerutinitas biasanya.
"Alasha?" Gumam Elang dengan alisnya yang terangkat.
"Kenapa kak? Kok heran gitu?"
"Lo kenapa muncul lagi?" Tanya Elang pada akhrinya.
"Ga ada alasan buat Asha menghindar dari kak Elang"
"Yang kemarin?"
Asha tersenyum kikuk, "Ahh, itu ada salah paham aja" Katanya kemudian.
![](https://img.wattpad.com/cover/284239470-288-k910580.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Secret Admirer [Complete]
Teen Fiction[𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞-𝐅𝐚𝐧𝐭𝐚𝐬𝐲] 𝑬𝒕𝒉𝒆𝒓𝒂𝒍𝒂𝒏𝒅 𝑼𝒏𝒊𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆 𝑩𝒐𝒐𝒌 𝟏 - "Dia si cewek aneh yang punya kaitan penting sama gue" ***** Alasha Catalina Radeva atau biasa dipanggil Asha. Gadis remaja kelas 11 SMA yang kehidupannya mendadak...