Happy reading!!! Jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih...
***Ruang meeting perusahaan berubah seketika lebih mirip dengan gudang. Tumpukan dokumen yang menggunung dan kertas-kertas yang berserakan menemani siang hari keempat orang yang masih sibuk membolak-balik dokumen. Rasanya hampir setengah dokumen di gudang mereka pindahkan ke ruang meeting.
"Masih belum ada kabar juga dari bank?" Tanya Terra memecahkan keheningan. Judulnya saja mereka mau rapat, tapi nyatanya mereka lebih banyak diam disana.
"Belum ada bu, mereka janjikan sore ini maksimal sudah kita terima datanya." Jawab Bagas.
Terra mengangguk, tidak mengalihkan pandangannya dari rekening koran yang sedang dibacanya. Salah satu rekening perusahaan yang rahasia, yang bahkan Terra sendiri tidak tahu. Hanya Pak Suryo dan Mawar yang punya akses kesana. Semua transaksi tidak memiliki keterangan yang jelas. Hanya berupa nomor cek yang Terra pun tidak punya juga riwayatnya.
"Gimana caranya supaya kita bisa akses rekening ini tanpa perlu persetujuan Pak Adi?" Gumam Terra pelan. Matanya menerawang ke arah gedung-gedung tinggi di luar jendela sana. Pak Adi, Direktur Utama-nya menolak memberikan izin untuk mengganti akses rekening tersebut sampai dengan Direktur Keuangan aktif lagi, entah itu berarti Pak Suryo kembali ke jabatannya, atau akan ada orang baru yang menggantikannya.
"Bu?" Dina membuyarkan lamunan Terra. "Ini sudah jam makan siang."
"Oh, kalian kalau mau makan siang silahkan. Sorry saya sampai lupa." Terra melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. Jam dua belas lewat sepuluh menit. Dia sampai melupakan waktu istirahat. Artinya sudah tiga jam mereka berkutat dengan data yang ada, tapi masih belum menemukan titik terang. Semua masih berupa kejanggalan yang belum bisa dipecahkan.
"Ibu gak mau keluar makan?" Tanya Kinan di ambang pintu.
"Nggak, saya lagi nggak niat makan." Kinan mengangguk mengerti dan meninggalkan Terra sendiri di ruangan.
Setelah kepergian ketiga orang tersebut, Terra meletakkan kasar dokumen tadi diatas meja dan menyadarkan punggungnya. Dia belum memberitahu tim nya kalau keadaan mereka sedang genting-gentingnya sekarang. Tim keuangan sedang disorot karena kasus ini, ada kemungkinan mereka akan diganti secara keseluruhan kalau sampai terbukti merugikan perusahaan.
Seluruh mata sedang tertuju pada Terra sekarang. Satu-satunya bukti yang bisa membawanya pada titik terang adalah rekening koran yang ada dihadapannya. Sayangnya, Pak Adi tidak memberikan akses lebih pada rekening tersebut.
Terra memejamkan mata sesaat, berusaha menghilangkan ketegangan di saraf-sarafnya. Ini terlalu tidak terduga dan diluar kenadalinya. Semua ini diluar wewenang Terra, tapi mau bagaimana lagi. Pak Adi sudah mengultimatumnya, kalau sampai kedapatan kelalaian pada tim keuangan, tamatlah riwayat Terra. Semua yang sudah susah payah dibangunnya di perusahaan ini akan hancur seketika. Kinerjanya yang selama ini selalu di eluh-eluhkan bisa jadi malah berbalik jadi bahan cacian.
Belum selesai kepala Terra yang sudah mau pecah, Bagas tiba-tiba datang membuka pintu tanpa aba-aba dengan kencang. Terra yang tadinya ingin tidur sebentar mendadak melotot melihat Bagas yang sudah terengah-engah didepannya.
"BUUU!!!" Serunya lalu mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan kata-katanya. Terra mengernyit bingung, alisnya terangkat sebelah mennggu kata-kata Bagas. "Pak Adi minta ibu ke ruangannya sekarang!"
Terra langsung menegakkan punggungnya. Panjang umur Pak Adi, barusan tadi numpang lewat dipikirannya, sekarang malah benar-benar memanggil Terra ke ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TerraCotta (Completed)
ChickLitDi usia yang nyaris kepala tiga, Terra masih tidak mengerti tujuan hidupnya apa. Selama lima tahun terakhir, dia merasa tidak ada yang berubah, waktu berhenti berputar dan tahu-tahu dia sudah dua puluh delapan tahun. Rasanya baru kemarin dia masuk k...