23. Happy Birthday Tante Maya

35.7K 4.3K 29
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih...

***

Terra berdiri di ambang pintu kamar Lydia. Mamanya sedang sibuk memoles riasan tipis di wajahnya yang sudah mulai keriput. Sementara Terra sudah rapih dengan riasan sederhana, dress lengan sebatas siku berwana abu-abu tua.

Hari ini perayaan kecil-kecilan ulang tahun tante Maya yang sudah diwanti-wanti Milan. Setiap hari Milan tidak pernah absen mengirimkan pesan mengingatkannya untuk datang. Mana tega Terra membuat sahabatnya itu bersedih.

"Udah siap aja kamu. Mama masih sibuk dandan nih." Kata Lydia sambil memoleskan eyeshadow berwarna coklat ke kelopak matanya.

"Udah jangan lama-lama ma, nggak tambah cakep juga."

"Kamu ini nggak bisa bikin hati mama senang sedikit aja. Sebentar lagi juga beres. Dion jadi ikut datang nggak? Kamu dari tadi siang mama tanyain diam aja. Kalian lagi ribut apa gimana?"

Terra bingung mau menjawab apa. Saat kembali ke kantor setelah mengajak Reyya keluar, Dion benar-benar menyeramkan. Aura mencekam terpancar jelas dari wajahnya. Terra tidak berani bertanya apa yang terjadi. Mereka hampir tidak bertegur sapa sama sekali setelahnya kecuali urusan pekerjaan.

Mau bertanya soal acara ulang tahun tante Maya juga Terra takut. Sama saja membangunkan macan yang sedang tidur. Salah-salah yang ada dia bisa kena semprot. Akhir-akhir ini Terra memang sengaja menghindari pertengkaran dengan Dion. Dia lebih banyak menurut saja. Toh nanti kalau sudah jadi suaminya juga tidak mungkin Terra mau membantah terus.

Dalam hati kecilnya, sebenarnya dia juga penasaran apa yang Dion dan Reyya bicarakan. Hanya saja dia tahu batasannya untuk tidak terlalu ikut campur dalam urusan masing-masing. Dion pun begitu, lelaki itu tidak pernah mau ikut campur terlalu dalam dengan semua yang Terra lakukan.

Baru Terra mau menjawab pertanyaan Lydia, bel apartemennya berbunyi. Sedikit bingung siapa yang datang sore-sore begini. Seingatnya dia tidak memesan apa-apa sama sekali. Atau jangan-jangan Milan yang datang karena takut Terra berbohong.

Terra membuka pintu, mendapati Dion berdiri dengan pakaian yang sudah rapih. Kemeja slimfit berwarna abu-abu, dengan celana bahan, pas seperti orang mau kondangan. Rambutnya pun dibuat rapih seperti saat sedang ke kantor, hanya kurang jas nya saja.

Wajah Terra masih datar memperhatikan kemeja Dion yang warnanya nyaris sama dengan dress nya, hanya sedikit lebih muda. Mereka jadi seperti orang yang sudah janjian. Terra menggeser tubuhnya mempersilahkan Dion masuk.

"Mama masih siap-siap. Tunggu sebentar ya Pak." Kata Terra.

"Jangan panggil Pak, panggil nama saja. Nanti pada curiga." Terra manggut-manggut mengerti.

Dion melangkah masuk, langsung menuju dapur dan mengambil air dingin yang ada di dalam kulkas, mengambil gelas kemudian menuangkannya. Kali kedua lelaki itu ada di apartemen Terra, tapi rasanya sudah seperti tempatnya sendiri. Dia kemudian beranjak ke meja makan dan duduk disana.

"Kirain nggak jadi ikutan." Terra mendudukkan dirinya di hadapan Dion.

"Saya tidak pernah bilang tidak jadi datang." Tuh kan, Terra salah lagi. Padahal dia hanya ingin memecahkan keheningan, tapi Dion susah untuk diajak basa basi busuk.

"Eh, Dion-nya sudah datang. Kamu kenapa nggak kasih tau mama tadi, kan mama bisa cepat-cepat jadinya." Kata Lydia pada Terra.

"Mau berangkat sekarang ma? Takutnya macet di jalan malah telat nanti." Kata Dion santai. Sumpah, Terra benar-benar bingung dengan Dion. Lelaki ini bukan buaya, tapi bunglon lebih tepatnya. Gampang sekali berubah-ubah.

TerraCotta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang