24. Masa Lalu Dion

39K 4.5K 55
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih...

***

Langkah kaki Terra terdengar nyaring menghantam lantai. Terra setengah berlari dengan sepatu hak tingginya setelah menerima telepon dari Lydia, mamanya. Baru saja dia mau bersantai sejenak, bikin teh, cari cemilan, meregangkan otot-otot yang mulai kaku, tapi mamanya bisa membuat semua rasa lelah menguas begitu saja hanya dengan sekali telepon.

"Pak!!! Gawat Pak! GAWAT!!!" Terra histeris, tapi masih bisa menahan volume suaranya. Sanking histerisnya dia sampai lupa mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke ruangan paduka yang mulia. Lihat saja sekarang paduka yang mulia sedang menatap Terra tajam, menusuk dengan ketidaksukaannya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Ketuk pintu dulu sebelum masuk." Terra memberengut. Kemarin saja Reyya nyelonong masuk Dion tidak masalah sama sekali. Terra menutup pintu, kemudian berjalan menghampiri Dion, menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya.

"Tadi mama nelpon,-"

"Mama siapa maksud kamu?" Potong Dion. Terra mendelik kesal.

"Mama saya!" Jawabnya ketus.

"Terus?" Lelaki ini benar-benar membuat Terra harus memiliki stok sabar ekstra banyak.

"Mama saya tadi ketemu sama mamanya Bapak. Mereka nekat ketemu sendiri tanpa kita berdua dong Pak. Terus katanya kita disuruh cepetan pilih tanggal, mereka yang mau siapin semuanya. Kalau kita nggak buru-buru pilih tanggal, mereka yang mau pilihin juga tanggalnya. Ini sebenarnya ada apa sih Pak? Saya jadi berasa dikejar-kejar nikah begini. Ngalah-ngalahin sama yang udah hamil duluan deh."

Dion melemparkan pena yang ada di genggamannya keatas meja, menyandarkan punggungnya ke kursi dan memejamkan mata menenangkan diri. Baru beberapa minggu mereka bisa tenang, sekarang sudah ada masalah baru lagi. Tidak butuh waktu lama, Dion meraih ponselnya dan menelpon seseorang.

"Masalah pernikahan biar aku dan Terra yang urus, mama jangan seenaknya saja. Yang mau menikah aku dan Terra, bukan mama. Kalau mau kita cepat-cepat mengurus semuanya makanya jangan ganggu pekerjaan kita dulu. Kalau sudah selesai semua aku dan Terra langsung mengurus semua keperluan pernikahan kita, kalau perlu kita nikah detik itu juga di kantor biar mama puas!" Dion mematikan ponselnya tanpa membiarkan ibunya bicara satu kata pun. Kejam sekali memang.

"Masalah pernikahan kamu tidak perlu pusingkan dulu, sekarang bantu saya selesaikan ini," Dion melirik pada tumpukan dokumen disampingnya. "Saya sudah menemukan semuanya. Besok pagi kita meeting dengan Dewan Direksi, Dewan Komisaris, dan seluruh jajaran Pemegang Saham. Bantu saya susun laporan dan materi untuk besok."

Terra tercengang, namun tetap menarik kursi ke samping Dion, kemudian mendudukkan dirinya. Dia mengambil beberapa dokumen, membacanya dengan cepat, begitu seterusnya hingga beberapa menit.

"Ini Bapak kok bisa dapat? Pak Adi yang kasih?" Tunjuk Terra pada beberapa daftar transaksi yang selama ini dia perjuangkan, tapi sayang tidak berhasil karena kepentok dengan wewenang.

"Kalau dia kasih ke saya itu bunuh diri namanya." Terang Dion.

"Terus? Kok bisa ada disini?"

"Saya punya banyak orang yang bisa mencari tahu hal sepele seperti ini tanpa perlu minta langsung ke orangnya." Terra manggut-manggut mengerti. Kadang dia lupa se-overpower apa Dion.

Dion bisa menjadi atasan yang sangat menyebalkan, bisa juga menjadi lelaki yang super perhatian, atau bahkan bisa berubah menjadi monster mengerikan pemakan manusia dan sejenisnya. Apapun itu, yang pasti Terra sendiri juga belum bisa memahami bagaimana sifat dan karakter Dion. Terjebak dalam pernikahan ini pun adalah hal tergila dalam hidupnya.

TerraCotta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang