36. Rutinitas Lagi

30.7K 3K 7
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih...

***

Liburan yang sudah Terra rencanakan sebagai self healing-nya malah menjadi acara liburan bersama Dion. Lelaki itu benar-benar tidak mau kembali sendirian tanpa Terra, sementara Terra juga tidak mau mengalah. Dia tetap ingin liburan bagaimana pun caranya. Alhasil sampai dengan hari terakhir Dion masih mengikutinya kemana-mana.

"What a bad holiday..." Gumam Terra kecil sambil menatap pemandangan yang ada di luar jendela. Hari ini Terra kembali ke Jakarta, bersama Dion, menggunakan mobil Dion juga.

"Kalau tidak puas dengan liburannya nanti kita liburan lagi ke tempat lain." Kata Dion sambil masih fokus pada jalanan.

Terra mencibir kesal. Padahal jelas-jelas Dion yang membuat semuanya berantakan. Lelaki itu jadi lebih cerewet, banyak bicara, dan yang paling membuat Terra tercengang adalah Dion tidak segan-segan lagi untuk merengek, terutama ketika dia mendapati sesuatu yang tidak sesuai dengan kinginannya atau pun seleranya. Kemana perginya Dion yang dingin dan berwibawa itu?

Jangan heran, selama beberapa hari bersama Dion, lelaki itu juga tidak lagi menunjukkan sisi tempramentalnya. Sepertinya perpisahan dengan Reyya membawa dampak positif bagi lelaki itu. Atau mungkin memang karakter asli Dion yang dulu memang semanis ini? Entahlah, di satu sisi Terra bahagia, di sisi lain dia juga jenggkel karena makin lama dia merasa Dion makin mirip dengan mamamnya.

"Kita mau langsung pulang atau kemana dulu?" Tanya Dion lagi.

"Pulang, mau kemana lagi memangnya?"

"Oke." Balas Dion santai.

Kurang lebih tiga jam perjalanan Terra sudah sampai di tempat tinggalnya, home sweet home. Lalu bagaimana dengan Dion? Lelaki itu tentu saja mengikutinya sampai ke apartemen. Lumayan ada jasa pembawa barang gratis, walaupun sebenarnya Terra tidak membawa banyak barang, tapi dia membawa cukup banyak makanan dan oleh-oleh untuk teman-teman di kantor.

"Kamu beli segini banyak untuk siapa saja?" Terra menoleh kebelakang, menatap Dion yang menenteng belanjaan di kedua tangannya. Terra menahan senyum, kapan lagi bisa menyiksa bosnya kan? Biasanya dia yang disiksa oleh Dion.

"Untuk bagi-bagi di kantor. Untuk mama juga, tante Maya juga, oh Milan juga. Dia kan suka makan."

"Si Milan lagi?" Protes Dion tidak terima.

"Iya dong, masa Milan nggak dibagi. Kan kemarin aku bilang sama Milan lagi liburan. Dia nagih nanti kalau nggak ada oleh-oleh. Berisik." Dion menghela napasnya, lalu berjalan mengekori Terra sampai di depan pintu apartemen.

"Makasih ya," Terra mengulurkan tangan hendak mengambil barang belanjaannya, tapi langsung ditahan Dion. "Sini belanjaan aku." Kata Terra lebih tepatnya menyuruh dari pada meminta.

"Sampai dalam saja." Balas Dion tenang.

"Nggak usah, sampai sini aja. Kamu mau mampir? Mau masuk ke dalam?" Tanya Terra yang dijawab anggukkan antusias Dion.

"Mau ngapain? Udah pulang aja langsung."

"Kamu ngusir aku?"

"Bukannya ngusir, tapi kan perjalanan jauh, mending pulang aja istirahat dirumah masing-masing." Terra menekankan kata masing-masing pada ucapannya. Di dalam pasti ada mamanya, dan Terra sedang tidak ingin ditanyai macam-macam karena keberadaan Dion.

"Makanya aku masuk, numpang istirahat. Minggir." Dion berusaha menggeser Terra dengan sikunya. Tentu saja Terra tetap tidak beranjak dari sana.

"Ada mama di dalam, jangan cari gara-gara deh." Terra berusaha menahan tubuh Dion dengan sekuat tenaga agar tidak mendekat ke pintu.

TerraCotta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang