37. Desakan Tak Terduga

29.5K 3.1K 9
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih...

***

"Eh Ibu, abis dari liburan makin glowing aja nih." Kata Bagas ketika berpapasan dengan Terra.

    "Bisa aja kamu, bilang aja mau bilang makasih buat oleh-olehnya kan?" Jawab Terra yang langsung membuat senyum Bagas mengembang. Dia sudah tahu tingkah laku hampir semua orang di kantornya. Terutama Bagas yang memang berada langsung dibawahnya.

    "Iya dong Bu, kapan lagi kan kita bisa pesta-pesta begini. Kalau urusan oleh-oleh Ibu ter-the best pokoknya." Bagas mengacungkan satu jempolnya pada Terra.

    Terra hanya bisa menggelengkan kepalanya, kemudian berlalu ke dalam ruangannya. Ya, hari ini dia sudah kembali ke ruangannya sendiri. Rasanya sudah lama sekali dia tidak menginjakkan kaki di ruangannya, padahal sebenarnya tidak lama-lama juga.

    Dion mulai kembali ke Perusahaannya sendiri, membiarkan kursi Direktur Keuangan disini kosong begitu saja, tapi tidak lama lagi juga pasti ada yang mengisi nanti. Terra merapihkan semua barang-barang diatas mejanya yang sedikit berantakan.

    Setelah Terra pindah sementara ke meja Mawar, ruangan Terra dibiarkan kosong begitu saja, tidak ada yang boleh menyentuh barang-barangnya sama sekali kecuali OB, itu pun hanya untuk membersihkan dan beres-beres saja.

    Terra merindukan ruangannya. Selama hampir dua tahun belakangan ini dia menempati ruangan ini. Kurang dari dua bulan dia tidak akan ada disini lagi. Dia sempat mengajukan surat pengunduran diri pada Dion, dan dia tidak berniat menarik surat itu lagi.

    Cepat atau lambat dia juga harus pergi dari perusahaan ini. Tidak mungkin dia masih menjabat sebagai Manajer dengan status menantu pemilik perusahaan. Terra tidak akan nyaman dengan semuanya, berhenti akan lebih baik.

    Bunyi pesan masuk dari ponsel Terra membuyarkan lamunannya. Dia meraih ponselnya yang ada diatas meja, kemudian langsung membaca pesan tersebut.

From: Dion Wijayakusuma

Mama on the way ke kantor. Aku juga sedang ke sana. Tunggu aku....

    Terra mengernyitkan dahinya, bingung dengan pesan yang diberikan Dion. Mama siapa? Mama yang mana? Mau apa juga mama ke kantor, mau bantu-bantu pekerjaannya?

    "Gimana liburannya? Senang? Sudah refresh sekarang Ter?" Terra mengalihkan pandangannya pada arah datangnya suara, tepat di pintu ruangannya. Pelita berdiri dengan senyum yang kelewat lebar disana.

    "Mama...." Ujar Terra pelan. Jadi mama yang ini yang dimaksud Dion. Pelita berjalan mendekati Terra, tidak lupa dia menutup pintu ruangan tersebut.

    "Loh kok melihat mama kaya lihat hantu saja sampai speechless begitu." Tidak perlu dipersilahkan Pelita sudah duduh di hadapan Terra. Padahal Terra sendiri masih berdiri membereskan barang-barangnya.

    Sekarang Terra paham kenapa Dion mau repot-repot datang ke kantornya. Melihat Pelita yang nekat menemui Terra sendiri tanpa Dion membuat perasaan Tera ketar-ketir. Jangan bilang ada hal merepotkan lainnya yang akan membuat kepalanya bukan hanya pusing, tapi meledak sekalian.

    "Aku nggak tahu kalau mama mau datang. Mama mau minum apa?"

    "Nggak usah, mama nggak lama, cuma sebentar. Memang sengaja mama nggak kasih tahu kalian. Kalau dikasih tahu mau datang pasti alasannya banyak. Nanti meeting lah, ketemu klien lah, keluar kota lah. Banyak aja pokoknya," Terra hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Duduk Ter, santai saja. Mama nggak gigit kok." Lanjut Pelita.

    "Nggak gigit sih, tapi ngunyah kayanya." Batin Terra, kemudian dia duduk di kursinya. Ini pertemuan kedua mereka, berbeda dengan Dion yang sudah beberapa kali bertemu dengan Lydia. Tentu Terra bingung harus bagaimana.

TerraCotta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang