Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih...
***
Terra memang lemah iman, digoda sedikit langsung tergiur. Padahal tadi dia sudah menolak mentah-mentah ajakan Reyya untuk bicara. Lihatlah sekarang, dia duduk berhadap-hadapan dengan Reyya di salah satu kedai kopi samping kantor yang lumayan terkenal.
Terra menyedot minumannya, coffee mocha dingin dengan masih membiarkan matanya menguliti Reyya hidup-hidup yang terlihat santai saja duduk di posisinya. Sepotong dark chocolate cake dan juga coklat panas menemani Reyya.
"Aku rasa Dion sudah menceritakan semuanya padamu." Reyya menyuapkan sepotong kecil kuenya ke dalam mulut. Menugnyahnya dengan anggun dan sangat sopan.
Melihat wanita ini, Terra hampir-hampir tidak ingin percaya dengan apa yang terjadi di masa lalu. Anggun, sopan, baik, dari luar semuanya luar biasa mengagumkan, tidak ada celah dan cacatnya sama sekali, tapi ternyata tukang selingkuh.
"Langsung saja Bu, Ibu mau bicara apa sama saya?" Tanya Terra sedikit jengkel karena mengganggu waktu istirahatnya. Reyya terkekeh, sekarang dia tahu kenapa Dion bisa memilih perempuan dihadapannya ini sebagai istri. Mereka berdua mirip, sama-sama tidak sabaran.
"Aku masih mencintai Dion, dan aku rasa perasaan Dion juga masih sama. Kami masih saling mencintai," Jeda Reyya sembari menghirup napas dalam-dalam. Tidak mudah mengatakan ini pada calon istri dari lelaki yang dicintainya. Dia harus menurunkan harga dirinya dan melakukan cara murahan ini demi mendapatkan Dion kembali.
"Kamu jelas tahu apa yang aku mau tanpa perlu aku jelaskan lagi. Kamu cukup cerdas." Lanjut Reyya dengan tenang.
Kalau perempuan lain mungkin sudah emosi mendengar perkataan Reyya, tapi tidak dengan Terra. Dia adalah perempuan yang lain dari biasanya. Kalau Reyya mengira menghadapi Terra sama saja dengan perempuan-perempuan diluaran sana, Reyya salah besar.
"Saya nggak ngerti. Level kecerdasan Ibu dan Saya berbeda, tolong dibuat lebih mudah untuk saya cerna." Terra menatap nyalang pada Reyya, meprovokasi keadaan. Dia ingin tahu seberapa sanggup wanita dihadapannya mengontrol emosi, atau jangan sama-sama tempramental seperti Dion.
"Tinggalkan Dion. Mari kita buat semuanya menjadi lebih mudah. Aku tidak ingin semua ini berlarut-larut dan ujungnya akan melukai kamu juga. Aku dan Dion bukan hanya sekedar masa lalu yang belum selesai, tapi juga masa depan yang akan datang." Ujar Reyya sangat percaya diri.
"Saya nggak pernah datang tiba-tiba disuruh pergi. Kelakuan manusia nggak berpendidikan," Gumam Terra kecil tapi cukup terdengar di telinga Reyya. Membuat wanita itu membelalakkan mata kaget. Tidak menyangka Terra akan berkata seperti itu.
"Dengar ya Bu! Dion itu manusia, bukan barang. Kalau dia memang nggak suka, dia bisa bebas pergi kapan saja dia mau. Saya tidak pernah melarang sama sekali. Kalau memang Ibu Reyya cukup yakin kalian masih sama-sama saling mencintai, nggak perlu khawatir dia juga akan datang dengan sendirinya ke Ibu. Jangan ganggu-ganggu hidup saya sama masa lalu sinetronnya kalian. Saya tidak tertarik sama sekali." Ucap Terra tegas.
"Dia sedang dalam kebimbangannya sen-"
"Kalau dia bimbang berarti dia tidak cukup yakin dengan perasaannya ke Ibu. Jangan terlalu percaya diri, bahaya." Potong Terra langsung, membungkam semua kata-kata Reyya.
Reyya menghela napas dalam, menahan emosinya yang mulai terpancing. Dia menyeruput lagi coklat panasnya, kemudian menatap Terra dalam seolah-olah dia ingin membaca isi pikiran Terra.
KAMU SEDANG MEMBACA
TerraCotta (Completed)
Literatura FemininaDi usia yang nyaris kepala tiga, Terra masih tidak mengerti tujuan hidupnya apa. Selama lima tahun terakhir, dia merasa tidak ada yang berubah, waktu berhenti berputar dan tahu-tahu dia sudah dua puluh delapan tahun. Rasanya baru kemarin dia masuk k...