"Yang Mulia! Ratu! Kami telah selesai memasaknya." Akash berucap sesaat dia membungkuk, tatkala sudah menghentikan langkah di hadapan Zeki dan keluarganya.
Akash beranjak lagi, "susun semuanya dengan rapi di sana!" perintah Akash kepada para Kesatria di belakangnya, saat dia sendiri sedikit meminggirkan tubuhnya, untuk memberikan jalan.
Aydin yang sebelumnya masih berlutut di hadapan Sachi, segera menyingkir ke samping tatkala para kesatria-kesatria itu mulai bersimpuh ... Menyusun nampan-nampan yang mereka bawa ke hadapan Keluarga Kerajaan, Tuan Mereka.
"Tidak perlu menyusun semua ini untuk kalian hidangkan kepada kami. Duduklah! Dan ambil sebagian makanan ini untuk kalian makan juga bersama kami. Kalian berdua juga, Akash! Ekrem! Bergabunglah bersama mereka! Jangan hanya berdiri diam di sana!"
"Baik, Yang Mulia!" Kapten dan Wakil Kapten Kerajaan Yadgar saling menyahut untuk perintah Raja yang mereka layani.
"Seperti dikatakan Yang Mulia, ambillah makanan ini dan sisakan sedikit untuk kami karena kami hanya bertujuh. Aku memerintah kalian agar kalian bisa makan bersama kami, dan bukan hanya menonton kami makan dengan air liur yang menetes," timpal Sachi, sambil memandang wajah para kesatria di depan mereka yang tertunduk, tak berani menjawab.
Sachi ikut menunduk, mengikuti keheningan yang mengusai mereka. Dia menarik salah satu nampan berisi daging bakar utuh di depannya, "mendekatlah Sema! Anka! Ibu akan menyuapi kalian," tutur Sachi, sembari meraih dan menggenggam sebuah pisau kecil berserta garpu di dekat mereka.
"Mereka tidak akan makan sebelum kita sendiri makan. Jadi, ini untukmu Huri! Dan Ihsan, mendekatlah!"
Mendengar perkataan Zeki yang turut memecah keheningan, membuat Sachi memalingkan wajah ke arahnya, "apa kau bisa menghabiskannya, Huri?" cetus Sachi, saat melihat putrinya yang termangu, mengawasi paha bakar berukuran besar yang ia angkat dengan kedua tangannya.
"Aku tidak tahu, Ibu. Aku sudah lama tidak memakan daging, terlebih sangat besar seperti ini."
"Berikan paha itu kembali kepada Ayahmu dan pinta dia yang memakannya! Daging ini, lebih dari cukup untuk kita makan berempat," tutur Sachi dengan melihat lagi ke arah daging bakar di depannya, sebelum kedua tangannya mulai menyeset sedikit demi sedikit bagian dari daging bakar di depan mereka.
"Buka mulutmu, Anka! Ibu akan menyuapimu." Sachi memberikan lagi perintah, sesaat dia sudah menusuk sepotong daging yang telah ia potong kecil-kecil.
Sachi mengarahkan potongan daging tadi ke mulut Anka yang terbuka. Ia juga menyuapi potongan daging lainnya kepada Sema yang sudah meneguk air liurnya beberapa kali, "bagaimana? Apakah lezat?" tanya Sachi, kepada kedua putranya yang terus mengunyah tanpa sedikit pun kata keluar dari masing-masing bibir mereka.
"Aku tidak tahu kalau ada makanan lezat seperti ini. Aku tidak tahu kalau hewan begitu lezat, karena selama ini kami hanya memakan buah di Dunia Elf."
Sachi tertunduk, ia berusaha menahan rasa haru yang menyelimuti dirinya tatkala dia mendengar gumaman Sema di sebelahnya. "Huri, kau juga makanlah! Isi tenagamu dengan makan yang banyak!" tutur Sachi, ia meraih garpu yang lain di dekat mereka lalu memberikan garpu tersebut kepada putrinya.
"Benarkah? Apa ini makanan terlezat yang pernah kalian makan?" Sachi lagi-lagi menyahut, kala menoleh pada kedua putranya, "kalau benar seperti itu, ucapkan terima kasih kepada Paman-paman yang ada di sana! Karena mereka yang telah memasaknya untuk kita."
"Paman, terima kasih untuk makanan lezatnya!"
"Terima kasih, Paman!" Anka turut menimpali ucapan Sema kepada para Kesatria di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Carpe Diem
FantasySambungan dari Our Queen : Memento Mori. Diharapkan, untuk membaca judul tersebut terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psychology. Warning! Ba...