“Dia semakin berat sekarang, Ibu!” seru Huri, sambil berdiri dengan menimang Zehra di hadapan Sachi, Ibunya.
“Kau juga seperti itu dulu,” sahut Sachi seraya duduk bersandar di kursi yang ada di teras rumah mereka, “bahkan kau lebih berisi dibandingkannya.”
“Tapi lihatlah dirimu sekarang! Putri Ibu sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik,” sambung Sachi hingga membuat Huri tersipu lalu menunduk dengan mencium pipi Zehra yang ia gendong.
“Ibu, apa semalam terjadi sesuatu? Aku semalam hendak menemui Ibu, tapi Kakek Buyut yang terjaga di ruang tamu menahanku untuk pergi ke atas.”
“Huri tidak tahu mengapa, tapi terlihat sangat jelas bahwa Kakek Buyut sedang sangat marah saat itu!”
“Ibu, apa ada yang coba Ibu sembunyikan? Maksud Huri, Ibu tidak mungkin memanggil Paman-Paman Leshy untuk memanggil kami sebagai pengawal tanpa alasan,” sambung gadis tersebut seraya melempar pandang pada sesosok Leshy yang berdiri mengawasi mereka di sudut teras.
“Ibu masih belum bisa menceritakannya. Namun yang pasti, tetaplah berada di dekatnya! Kalau kau ingin pergi dari rumah pun, kau harus mengajaknya bersamamu!”
“Huri, jangan turunkan kewaspadaanmu! Kalau kau merasa sesuatu yang buruk datang mendekat, segera sembunyikan sihirmu dan lari sejauh mungkin kalau perlu!”
“Ibu?”
“Katakan bahwa kau akan melakukannya!” sahut Sachi, yang hampir tak berkedip membalas panggilan Huri.
Gadis itu memandang lama Ibunya, sebelum kepalanya mengangguk begitu pelan, “baik, Ibu. Namun Ibu tidak bisa melarangku, disaat aku memutuskan untuk datang menolong Ibu-”
“Apanya yang menolong kalau kau saja masih belum bisa mengendalikan sihir Elf sepenuhnya. Kau hanya akan menjadi beban untukku kalau memaksakan diri!” ujar Sachi yang beranjak sesaat kedua mata Huri sedikit membesar kala mendengar perkataannya, “Ibu tidak akan melemparmu masuk ke dalam bahaya disaat Ibu sendiri tahu bahwasanya kemampuanmu tidak memumpuni untuk melakukannya,” lanjut Sachi seraya mengambil Zehra dari gendongan Huri.
“Kalau kau ingin berjuang bersamaku? Kau masih jauh dari kata layak, Putriku! Tumbuhlah menjadi lebih kuat lagi, agar aku pun tidak akan resah saat memberikan punggungku untuk kau jaga!” sambung Perempuan tersebut, seraya melangkah pergi meninggalkan Huri yang masih terdiam mendengar tiap kata darinya.
“Jaga dia! Jangan alihkan pandanganmu darinya!” Kali ini Sachi mengeluarkan titahnya menggunakan Bahasa Inggris pada Leshy yang ia tugaskan untuk menjaga Huri.
Sachi menarik napas dengan begitu dalam lalu mengembuskannya, sambil tangannya sesekali mengusap punggung Zehra yang ia gendong, “kau tidak ingin mengatakan sesuatu, Lux? Apa kau tidak ingin melihatku setelah mengetahui kebenaran ini?” gumam Sachi seraya terus melanjutkan langkahnya yang semakin menjauh dari rumah.
“Aku tidak tahu, apa yang seharusnya aku lakukan. Kalau saja apa yang ia katakan kemarin itu benar, kenapa aku tidak bisa merasakan apa-apa? Saat kau kecil, aku tinggal di Sora bersamamu, tapi aku sama sekali tidak merasakan sihir apa-apa darinya.”
“Aku ingin membalaskan dendamku, tapi aku masih kurang yakin … Apa yang ia katakan itu sebuah kebenaran atau bukan?”
“Sekarang aku yang balik bertanya kepadamu, Sachi! Apa yang akan kau lakukan setelah ini, kalau dia memanglah Kaisar yang selama ini kita cari keberadaannya? Kau masih memiliki hutang kepadaku … Aku harap kau tidak melupakannya!”
“Aku tahu!” sahut Sachi untuk ucapan sahabat kecilnya itu, “aku pun memiliki kecurigaan yang sama karena Kou dan lainnya juga ikut tidak merasakan sihir apa pun padahal aku sering berada di dekatnya. Karena itu, aku meminta kalian untuk jangan bertindak terlebih dahulu sebelum aku selesai memastikan semuanya!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Carpe Diem
FantasySambungan dari Our Queen : Memento Mori. Diharapkan, untuk membaca judul tersebut terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psychology. Warning! Ba...