“Orangtua ingin yang terbaik untuk anak-anak mereka. Jangan lupakan kata-kata Bibi yang satu ini, Keponakanku!”
Huri membuka matanya, sesaat ia merasakan sihir milik Pamannya, Ryuzaki muncul. Ia beranjak, lalu berjalan setelah memutuskan sihir Elf, yang ia gunakan untuk mendengar dan mengawasi pergerakan Ibunya. “Ada apa, Paman? Kalau Paman mencari Yuichi, dia masih belum sampai ke sini bersama yang lain,” tutur Huri sambil berjalan ke arah Ryuzaki yang berdiri diam menatapinya di depan teras rumah mereka.
“Huri, Paman ingin kau melakukan sesuatu!” ujar Ryuzaki setelah keponakannya itu sudah berdiri di hadapannya.
“Apa hal tersebut akan membawa keuntungan untuk Ibu? Kalau tidak, maka aku tidak ingin melakukannya, Paman.”
“Apa kau baik-baik saja kalau sampai Takumi dan Miyu menikah? Paman tahu bahwa kau selalu mengawasi gerak-gerik Ibumu … Kau pasti sudah mendengar pembicaraan mereka barusan, kan?”
“Bukan aku yang mengejar Takumi, tapi Takumi sendiri yang tidak berhenti mendatangiku-”
“Paman tahu!” sahut Ryuzaki, hingga membuat Huri yang terpotong ucapannya itu segera mengangkat wajah menatapinya, “apa Ibumu sudah menceritakan bahwa kami sebenarnya tidaklah bersaudara dengan mereka? Bahwa Ayah kami berdua merupakan Kaisar?”
Huri menggelengkan kepalanya, “Ibu tidak menceritakannya kepadaku, tapi aku mendengarnya saat Ibu membicarakan hal ini kepada Ayah tadi malam.”
“Kau tahu, bagaimana Ibumu tidak ingin persaudaraan di antara kami hancur, kan? Takumi atau Hikaru, hanya itu satu-satunya pilihan untuk mengecilkan kemungkinan terburuk yang ingin sekali dihindari Ibumu.”
“Paman ingin aku menikah dengan salah satu di antara mereka agar saat rahasia ini diketahui, persaudaraan di antara kalian masih terjaga?”
Ryuzaki berbalik, setelah sebelumnya ia menumbuhkan gerbang akar di belakang tubuhnya, “bukankah kau juga tertarik pada Takumi? Jadi perintah ini, bukanlah perintah yang sulit untuk dikerjakan. Tugasmu hanyalah menyatukan dua keluarga … Sisanya, serahkan saja pada Paman dan Ibumu!” ungkap Ryuzaki, diikuti sosoknya yang kian menghilang di balik gerbang akar yang kembali memasuki tanah.
“Kalau kau ingin berjuang bersamaku? Kau masih jauh dari kata layak, Putriku! Tumbuhlah menjadi lebih kuat lagi, agar aku pun tidak akan resah saat memberikan punggungku untuk kau jaga!”
Huri mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk setelah menatap akar milik Pamannya yang telah menghilang ke dalam tanah. Ia menarik napas begitu dalam lalu mengembuskannya, tatkala kata-kata yang sempat diucapkan oleh Sachi, Ibunya tiba-tiba terngiang di dalam kepalanya, “Paman Leshy, aku ingin pergi! Kalau Paman ingin mengikutiku, aku berharap Paman mengubah wujud Paman menjadi hewan dan bukan manusia!” pinta Huri sambil berbalik, menatap Leshy yang mengawasinya dari teras.
Leshy di sana, segera mengubah wujudnya menjadi seekor kucing berbulu abu-abu dengan ekor yang panjang setelah mendengar permintaan Huri padanya, “terima kasih, Paman!” tutur Huri, sesaat kucing jelmaan Leshy tadi sudah duduk di dekat kakinya.
Huri membalikkan tubuhnya. Gadis itu segera menggerakkan kakinya, berjalan menjauhi rumah dengan kucing, wujud dari Leshy yang mengikutinya dari belakang. “Aku tidak ingin membuat Ibu berjuang sendirian menyelesaikan ini semua. Paman, apa yang kau lihat dan dengar di kemudian nanti … Kumohon, untuk menyembunyikan semuanya dari Ibu! Ibu begitu ingin melindungiku, tapi di tempat yang sama, aku pun ingin sekali melindunginya.” Huri bergumam, dengan langkah yang sedikit ia percepat.
“Takumi!”
Huri yang sempat berlari, segera diam setelah ia berteriak memanggil nama laki-laki yang duduk sendirian di tepi pantai, mengawasi laut di depannya. “Apa sudah ada perkembangan hari ini?” Huri bertanya sambil berjalan mendekat lalu duduk di sebelah Takumi yang sudah menoleh, menjawab panggilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Carpe Diem
FantasySambungan dari Our Queen : Memento Mori. Diharapkan, untuk membaca judul tersebut terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psychology. Warning! Ba...