Assalamualaikum, bagi yang lupa alurnya karena terlalu lama tidak update, bisa baca ulang beberapa chapter sebelumnya, ya. Maaf baru bisa update sekarang, karena kemarin-kemarin keadaanku tidak memungkinkan untuk melanjutkan ceritanya. Terima kasih banyak, untuk kalian yang masih bersedia menunggu sampai saat ini. Terima kasih.
______________.
Setelah mendengar semua penjelasan dari Pamannya, Takumi terdiam. Kepalanya hanya bisa tertunduk dengan telapak tangan yang saling mengepal erat satu sama lainnya, “bukan sesuatu yang penting, Paman. Bukan sesua….”
Takumi beranjak tanpa menyelesaikan kata-katanya. Pemuda itu berbalik, dengan sebuah keheningan yang ia tinggalkan pada Pamannya … Keheningan yang menutup pembicaraan di antara mereka.
Wajah Takumi enggan untuk terangkat, kala anak-anak yang berkumpul di depan rumah memanggilnya. Semua dugaan, semua kenyataan yang baru saja ia dengar, membuatnya tidak tahu harus melakukan apa saat ini.
Haruskah ia menyusul Gadis tersebut lalu bertanya lebih jelas untuk keabu-abuan yang dirinya tinggalkan? Namun, ke mana Pemuda tersebut harus menyusul? Ia bahkan tidak tahu ke mana perginya gerangan Gadis yang mendiami benaknya itu.
“Takumi!”
Mendengar teriakan yang memanggil namanya, segera menghentikan langkah Takumi. Ia berbalik, Takumi berbalik hingga pandangannya jatuh kepada sosok laki-laki sedang berdiri di ambang pintu di sana. “Kelemahan, tidak akan bisa menyelamatkan siapa-siapa. Kelemahan yang ada pada diri kitalah, yang sebenarnya menjadi alasan kenapa mereka harus menanggung semua ini.”
“Kali ini, aku ingin menjadi seseorang yang dapat melindungi mereka. Kali ini, aku berusaha untuk tidak menjadi alasan di balik penderitaan mereka. Kali ini, aku berharap agar aku terlebih dahulu kehilangan nyawa sebelum mendengar kabar kematian mereka.”
“Aku … ingin memberikannya kehidupan yang layak, kehidupan yang damai, setelah sebelumnya kami merenggut kehidupannya yang lain.”
Ryuzaki mengunci bibirnya. Semua ucapannya terhenti, lengkap dengan kekosongan yang mengisi pandangannya. “Tumbuhlah menjadi laki-laki kuat yang bisa ia andalkan, Takumi!” lirih Ryuzaki sesaat semilir angin menerpa rambut panjangnya, “walau terlihat kuat dan bisa diandalkan … Dia dan Putrinya itu, tetaplah perempuan rapuh yang bisa hancur kapan saja.”
“Memang tidak terlihat jelas, akan tetapi … Aku yakin! Aku yakin, bahwa jauh di dalam lubuk hati mereka,” tutur Ryuzaki diikuti tatapan yang enggan ia palingkan dari keponakannya.
“Mereka sedang menangis. Meminta pertolongan.”
Takumi tertegun. Bibirnya sedikit bergerak, hendak mengucapkan kata-kata yang entah kenapa terasa dikurung di dalam tenggorokannya. ‘Tidak lama lagi, para Duyung akan berhasil memurnikan laut. Saat laut sudah murni, pastikan kau menggelamkan diri ke sana. Jika kau memang mencintaiku, sebuah Mutiara akan keluar dari dalam tubuhmu. Kau harus menyimpan Mutiara tersebut! Gunakan, disaat kau memang diharuskan menggunakannya!’ Ujung bibir Takumi mencuat, membentuk senyum yang begitu manis kala ucapan Huri berbisik di dalam kepalanya.
“Terima kasih, Paman!” Takumi berseru, dengan masih mempertahankan senyumannya, “berkat kata-kata Paman, aku jadi tahu harus melakukan apa setelah ini.”
“Aku, ingin melindunginya. Aku pasti akan melindunginya!” Takumi membalikkan badan setelah berkata barusan, “sekali lagi terima kasih, Paman! Aku berhutang padamu untuk ini,” ungkap Takumi seraya berlari pergi dengan tangan kanan terangkat, yang ia lambaikan ke udara.
“Ayah!” Ryuzaki menunduk, memandang tangan kecil yang memegang pergelangannya, “Apa yang Ayah bicarakan?” Anak laki-laki tersebut menunduk, sesaat jari-jemari Ryuzaki membelai lembut kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Carpe Diem
FantastikSambungan dari Our Queen : Memento Mori. Diharapkan, untuk membaca judul tersebut terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psychology. Warning! Ba...