[Disarankan untuk membaca ulang ‘Zeki Bechir Side Story’]
Gumpalan kecil api yang membakar pelita, nampak bergoyang oleh tiupan napas yang dilakukan sesosok laki-laki. Lelaki tersebut mengangkat lalu menghentikan jari telunjuknya di puncak api kecil tadi. Ia bergeming, membiarkan telunjuknya kian menghitam oleh asap yang disebabkan pelita. Ia bergeming, memandang begitu kosong seraya mengingat selembar demi selembar ingatan hidupnya.
“Kazuma? Jangan-jangan kau juga….”
Pandangan mata yang terpaku oleh deretan nama di papan, berbalik memandang suara lelaki yang berbicara. “Oh! Ternyata kau, Matsumoto. Lihat, aku diterima!” balasnya dengan jari telunjuk ia tempelkan di kertas berisikan deretan nama.
“Kau serius?” Laki-laki lainnya balik bertanya, dia bergegas mendekati temannya tadi lalu sesegera menjatuhkan matanya ke arah nama yang ditunjuk, “bahkan masuk 10 besar. Kau hebat sekali, Kazuma!”
Matsumoto, nama laki-laki tadi kembali berbalik memandang kawan yang berdiri di belakangnya. Matsumoto berdecak, tepat ketika ia sudah menatap Kazuma … dimulai dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, “selain tampan, kau pun kaya dan pintar. Sialan kau, Kazuma! Kau musuh utama para laki-laki!”
“Apa yang kau bicarakan?!”
“Aku juga berusaha untuk bisa sampai seperti sekarang,” lanjut Kazuma dengan kembali memperhatikan deretan nama-nama di depannya.
“Peringkat pertama … Miyuki Sakura, kah?”
“Miyuki Sakura?”
“Kau mengenalnya?” tanya Kazuma untuk sahutan dari temannya itu.
Kening Matsumoto mengernyit, “tidak bisa dikatakan mengenalnya, tapi jika benar dia Miyuki Sakura dari SMA-ku, maka aku tahu siapa dia,” tutur Matsumoto yang hampir seperti gumaman.
“Dia selalu peringkat pertama dulu di sekolah. Aku dengar-dengar juga karena saking jeniusnya dia, dia bisa menghapal sebuah buku dalam sekali baca.”
“Lalu?”
Matsumoto melipat bibirnya, “aku dengar kalau dia dibesarkan di Panti Asuhan. Dia tidak terlalu suka bergaul, jadi walau aku pernah berada di kelas yang sama dengannya … Aku tidak terlalu mengenalnya.”
“Kenapa kau tiba-tiba begitu tertarik? Jangan-jangan…,”
“Asal kau tahu saja! Dia sama sekali tidak terlihat seperti perempuan-perempuan cantik yang selama ini berusaha mendekatimu.”
“Apa maksudmu?”
“Maksudku?” Matsumoto sedikit cemas setelah Kazuma membalas ucapannya begitu singkat dan dingin, “dia tidak tahu caranya berpakaian. Wajahnya juga jauh dari kata cantik. Dia juga gemuk dan berkacamata. Intinya, dia sangatlah je-”
“Sakura nee-chan! Apa kau menemukan namamu?”
“Sakura?” gumam Matsumoto, sesaat dia menghentikan gumaman oleh suara anak perempuan yang terdengar.
Kazuma ikut memalingkan pandangannya, mengikuti tatapan Matsumoto yang terdiam mengawasi sesosok perempuan di dekat mereka. Perempuan sedikit tambun itu, memegang erat syal putih yang melilit lehernya. Matanya yang sayu, sedikit terjejak … terlihat dari samping kacamata tebal miliknya.
“Kazuma, apa kau pikir dia mendengar pembicaraan kita?” Matsumoto berbisik, disaat gadis bernama Miyuki Sakura itu masih membisu dari papan di depannya.
“Sakura nee-chan! Bagaimana? Apa kau menemukan namamu?” Salah satu dari ketiga bocah tadi kembali berteriak.
Kazuma yang berdiri, terus memandang Sakura dalam diam … Mengawasi Sakura yang tiba-tiba menarik napas sangat panjang lalu menampar kedua pipinya sendiri begitu kuat. “Aku berhasil!” Miyuki Sakura berbalik dan berlari ke arah ketiga bocah dengan semringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Carpe Diem
FantasySambungan dari Our Queen : Memento Mori. Diharapkan, untuk membaca judul tersebut terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psychology. Warning! Ba...