“Miyuki!”
Sakura segera berputar, mempercepat langkahnya tatkala Kazuma, laki-laki yang akhir-akhir ini mendekatinya tengah melambaikan tangan sambil beberapa kali memanggil namanya. “Tunggu dulu, Miyuki!” panggilan berserta tangan yang menahan lengannya, mau tak mau membuat Sakura akhirnya berbalik.
“Ada apa, Tsubaki-kun? Apa yang kau inginkan?” Sakura bertanya singkat ketika mereka berdua sudah saling berhadapan.
“Dingin sekali,” gumam Kazuma, sebagai sindiran atas respon yang ia dapatkan, “apa kau ada waktu, Miyuki?”
“Tsubaki-kun!” Sakura balas menyebut namanya, “maaf! Aku sudah terlambat! Aku harus segera pergi!”
“Tolong, lepaskan tanganmu!” pinta Sakura dengan mata tertuju pada genggaman Kazuma di lengannya.
“Miyuki, apa kau membenciku?”
“Eh?” Sakura spontan menatap wajah Kazuma kala mendengar apa yang diucapkan laki-laki di hadapannya itu.
“Maaf!” seru Kazuma sambil melepas genggamannya, “kedepannya aku akan berhati-hati lagi dalam bersikap. Sampai jumpa lagi, Miyuki!” lanjutnya seraya melepas sekilas senyum sebelum berbalik pergi.
___________.
‘Ada apa dengannya?’
‘Kenapa dia tidak berhenti menggangguku? Apa jangan-jangan?’
‘Mustahil! Itu tidak mungkin!’ Sakura menggelengkan kepala sembari terus bergumam di dalam batinnya, ‘mustahil pria populer seperti dirinya tertarik denganku!”
‘Soalnya….’
“Apa masih lama?!”
Sakura tercekat. Lamunannya segera terbuyar oleh bentakan yang ia dapatkan, “eh?” Tanpa sadar ia menyeletuk diikuti tatapan mata ke arah laki-laki tadi.
“Eh! Eh!” geram lelaki setengah baya tersebut sambil mengerucutkan alisnya, “mana kembaliannya?!” sambung laki-laki itu seraya menaikkan nada bicarannya lagi.
Sakura melirik ke arah sekotak rokok di genggaman laki-laki tadi, dan saat itulah Sakura baru tersadar akan situasinya ketika itu. Sakura menunduk, ia segera mengambil beberapa koin yang jumlahnya sama dengan tulisan di layar kasir lalu memberikan koin-koin tersebut pada pria di hadapannya.
Helaan napas keluar dari sela-sela bibir Sakura tatkala beberapa kali ucapan maaf yang ia lontarkan, hanya dibalas oleh decakan lidah dari pria paruh baya itu. “Ayolah Sakura! Fokus! Fokus! Kau tidak boleh menyia-nyiakan pekerjaan ini!” gumam Sakura dengan sesekali menggigit bibirnya.
Sakura kembali menghela napasnya, akan tetapi kali ini ia sudah mengangkat wajahnya, memandang hamburan cahaya dari lampu di Minimarket tempatnya berkerja. “Sebentar lagi Na-chan ulang tahun … Aku harus mendapatkan uang untuk membelikannya hadiah,” bisiknya lirih pada diri sendiri.
“Pengeluaranku lumayan banyak akhir-akhir ini … Aku benar-benar harus berhemat mulai se….”
Sakura berhenti bergumam ketika ujung matanya menangkap beberapa bayangan beriringan masuk. “Miyuki Sakura?” Sakura segera melipat bibirnya ketika salah satu di antara mereka memanggil namanya.
“Siapa kau?”
“Heh! Kau tidak ingat aku siapa?” Laki-laki yang memanggil nama Sakura tadi balas bertanya, “aku Matsumoto! Kita pernah satu kelas dua tahun berturut-turut saat SMA,” ungkap Matsumoto seraya menunjuk dirinya ketika Sakura menggeleng untuk pertanyaan miliknya.
“Apa kau menyukai tipe perempuan sepertinya, Matsumoto?”
“Apa maksudmu? Kapan aku pernah berkata seperti itu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Carpe Diem
FantasySambungan dari Our Queen : Memento Mori. Diharapkan, untuk membaca judul tersebut terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psychology. Warning! Ba...