part_42(kepergian)

234 35 2
                                    


🌿 Selamat membaca ✨

   kebahagiaan selalu diiringi dengan kesedihan yang akan datang silih berganti. Setiap hari seseorang bisa bertemu dengan orang-orang baru dan berpisah dengan orang lama. Terkadang tak semua pertemuan bisa memberi kebersamaan. Bahkan ada yang berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan.

Perpisahan semacam takdir yang selalu ditemui semua insan manusia.
Namun setiap perpisahan dan kata selamat tinggal bukanlah akhir dari sebuah kehidupan. Bahkan terkadang dari perpisahan itu kamu mendapatkan banyak pelajaran.

🌿🌿🌿🌿🌿

  Seminggu telah berlalu, kondisi Alwi disudah mulai membaik,bahkan Hari ini sudah diperbolehkan pulang. Sebelum pulang, Alwi ingin mampir kepartemen  Wiliam,karena sudah beberapa hari ini, Wiliam tak pernah datang kerumah sakit, bahkan tak ada kabar sama sekali.

Kemarin,tak sengaja Alwi mendengar pembicaraan inne dengan dokter, yang mengatakan kalau arselio lah yang Telah mendonorkan jantung untuk dirinya.Alwi tak menyangka jika sepupunya itu pergi begitu cepat, bahkan mereka sudah lama sekali tidak bertemu.ia juga ingin berterimakasih skaligus ziarah ke makam Arselio.

"Clek"

Seseorang membuka pintu ruangan, yang ternyata adalah suhel.Alwi yang melihat kedatangan sahabatnya itu hanya diam, Tampa berniat untuk menyapanya.alwi kesal, karena semenjak dirinya dirawat, Suhel tak pernah datang untuk menjenguknya.apalagi setelah mengingat perbuatan jahat yang telah dilakukan mamanya suhel, terhadap keluarganya.

"Keadaan kamu gimana?" Tanya remaja itu Kini sudah berada di samping Alwi.sedangkan yang ditanya hanya diam, dengan wajah datarnya.

Suhel menghela nafas panjang,ia paham jika sahabatnya saat ini sedang marah, terlihat jelas dari wajahnya.walaupun ia sendiri Belum tau apa penyebabnya apa.

"Ini aku bawain buah,"
"Jangan lupa dimakan, biar sehat." Ujar suhel sekali lagi, bermaksud untuk mengajak Alwi berbicara.sedangkan Alwi,masih bungkam dan enggan untuk menanggapi sahabatnya itu.

"Kamu marah ya sama aku?,"

Alwi lagi-lagi diam,tak memberi jawaban.hingga beberapa detik Suasana menjadi hening.keduanya sama-sama diam,dan terlihat canggung satu sama lain.suhel tak mengerti ada apa dengan sahabatnya itu, apakah ia melakukan kesalahan?

"Buahnya mau aku kupasin enggak?,"suhel mencoba mengajak  Alwi kembali bicara,ia berharap sahabatnya itu mau menjawab ucapannya.

"Enggak!" Tolak Alwi mentah-mentah,dan langsung turun dari atas brankar.namun karena kondisinya yang masih lemas, Alwi langsung jatuh kelantai, karena tak mampu menopang tubuhnya sendiri.

Suhel yang melihat itu, langsung membantu sahabatnya untuk berdiri.namun Alwi malah menolak,dan menepis tangannya dengan kasar.suhel menghela nafas panjang,ia harus ekstra sabar menghadapi sikap Alwi terhadap dirinya sekarang.mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur.mungkin kesalahannya terlalu besar, hingga Alwi tak mau memaafkannya.

"Sini aku bantu,'

"Kalau aku bilang enggak,ya enggak! Jangan maksa,aku enggak suka."

"Maaf,kalau kehadiran aku disini bikin kamu enggak nyaman.aku cuma khawatir sama kondisi kamu,aku juga mau makasih karena berkat kamu aku—"

"Aku enggak perlu ucapan terimakasih dari kamu.lebih baik sekarang kamu pergi dari sini,aku enggak mau ketemu kamu lagi!"

"Aku enggak akan pergi dari sini, sebelum aku mastiin kamu baik-baik aja,"

"Kamu lihat kan sekarang,aku baik-baik aja sebelum kamu Datang kesini. Jadi aku Minta,kamu pergi!"

"Wi,kamu kenapa sih? enggak biasanya sikap kamu kayak gini.kita ini sahabat, kita pernah janji bakal sama-sama.aku itu khawatir sama kondisi kamu, makannya aku kesini."

jangan minta aku untuk memilih [Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang