12. Kembalinya Farel

2.8K 291 28
                                    

Sandrina keluar dari kantor polisi diikuti seorang lelaki di belakangnya. Lelaki itu menahan bahu Sandrina membuat nya berhenti melangkah.

Sandrina menatap takut lelaki di hadapannya.

"Kunci mobil Lo," lelaki itu menengadah kan tangan nya di depan Sandrina.

"Buat apa?"

"Gak usah banyak tanya! Cepet kasih ke gue!"

"Ya buat apa-"

"GAK USAH BANYAK TANYA GUE BILANG!! CEPETAN MANA?!!!" bentak lelaki itu. Ia segera menarik tas kecil Sandrina dan memeriksa nya.

"Kak! Balikin tas gue!" Sandrina berusaha merebut tasnya.

"Kak!"

"Diem!"

Setelah menemukan benda yang di carinya, lelaki itu melempar kasar tas itu ke Sandrina.
"Gue gak butuh tas Lo!" ketusnya

Dia berjalan menuju mobil Sandrina yang terparkir disanah. Dan segera memasuki mobil itu.

Sandrina mengetuk kaca mobil, "Kak! Lo mau kemana?!"

"Kak!!"

Kaca mobil itu terbuka, lelaki itu memandang datar Sandrina.
"Gue mau ke markas."

"Kak! Lo harus pulang kerumah! Bunda sama ayah mau bicara, kak!!!"

Lelaki itu memutar bola matanya malas, ia menutup kembali kaca mobil nya dan menjalankan mobilnya meninggalkan Sandrina.

"Kak!! Kak!! Jangan tinggalin gue!! Kakak! Ini udah malem!! Kakak!" Sandrina mengejar mobil nya yang kini sudah semakin jauh.

"Kak!!!"

Karena tidak hati hati, cewek itu terjatuh. Dia memakai rok jeans selutut, membuat lututnya terluka..
"Awwws..."

Sandrina berusaha berdiri, ia berjalan dengan kaki yang pincang. Lututnya berdarah, membuat nya kesusahan untuk berjalan. Ia berjalan menjauh dari area kantor polisi.

Hari sudah gelap, jalan yang di lewati Sandrina juga sudah sepi. Jalan ini memang sepi kalau sudah malam.

Mata Sandrina silau ketika sinar lampu motor menyorot dirinya. Motor itu berhenti di sampingnya. Sandrina menatap pengendara motor yang masih memakai helm.

Pengendara itu membuka helmnya dan menampilkan senyuman tipis ke Sandrina.

"Kak Rey?" gumam Sandrina

"Lo ngapain disinih?" tanya Rey. Pengendara itu Rey, tadinya cowok itu akan ke markas Rajawali. Jalan ini adalah jalan pintas menuju kesanah.

Sandrina terdiam, "Ini abis dari.. minimarket."

Kening Rey mengeryit, "Rumah Lo.. di daerah sini?"

"E-eh.. I-iya. Rumah gue di daerah sini," jawab Sandrina sedikit gugup.

Rey menggaruk pelipisnya yang tiba tiba gatal, "Perasaan di daerah sinih gak ada perumahan deh."

Lagi lagi Sandrina di buat terdiam. Ia berpikir keras apa yang harus ia katakan ke Rey.

"Lo.. bohong ya?"

Sandrina menegang, bagaimana bisa Rey tahu kalau dirinya bohong?

"E-eung.. kak! Gue duluan yah," Lebih baik Sandrina menghindar dari Rey. Kalo dia tetep disinih, yang ada nanti ia keceplosan kalo dirinya bohong.

"Eh bentar!" Rey menahan tangan Sandrina. Ia melihat ke lutut Sandrina yang berdarah.

"Lutut Lo berdarah? Kenapa bisa? Jatuh dimana? Sakit gak? Apa perlu kita ke rumah sakit? Gue anterin yok!" cerocos Rey menatap lutut Sandrina.

Married With Kakel (Syaqeel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang