"Mama papa dimana?" tanya Rassya melalui telepon. Cowok itu menatap rumah milik sang Papa yang sepi. Seperti tidak ada kehidupan di rumah itu. Kosong.
"Mama sama Papa lagi jalan-jalan, Sya. Kenapa emang?"
"Indro!! Kejar kambingnya yang bener!!"
"ANJ*NG DIA MALAH NYERUDUK GUE!!"
"BUKAN ANJING WOY!! ITU KAMBING, BUTA MATA LO!!"
Rassya menjauhkan hp dari telinganya mendengar suara Ria yang berteriak cempreng. Dia mengusap usap telinganya, kemudian menempelkan hpnya lagi di telinga, "jalan jalan dimana?"
"Peternakan kambing daerah Bogor, kenapa? Kamu mau nyusul kesinih? Eh jangan deh, nanti yang ada kamu di seruduk kambing lagi sama kek waktu bocil," jawab Fajar sedikit mengejek Rassya.
Rassya mendengus sebal, "kapan pulang?"
"Lusa. Soalnya duo racun mau nginep dulu di peternakan kambing," Maksud duo racun itu adalah Ria & Indro.
"Ouh. Cuma mau bilang, kalau.." Rassya melirik Aqeela yang tengah tertidur pulas, "Aqeela hamil."
"Yang bener? Siapa yang hamilin, Sya? Astaghfirullah halazim, kamu jangan diem aja Sya! Kamu harus bawa masalah ini ke jalur hukum! Tuntut orang yang udah bikin Aqeela hamil!" Ucap Fajar kaget di sebrang sanah.
Rassya mengembuskan napasnya, Fajar ini sama saja seperti Nando. Kalau sekarang Fajar ada di hadapannya, ia pasti akan memukul wajah ayahnya.
"Rassya yang bikin hamil, kenapa? Papa mau nyuruh Rassya nuntut diri sendiri?" kata Rassya ngegas. Sudahlah, ia sudah sangat capek menghadapi kelakuan random keluarga Aqeela, dan sekarang ia harus menghadapi kelakuan random Papanya?
Tutt..
Rassya mematikan sambungan telepon secara sepihak, ketika sang Papa akan kembali berbicara. Lebih baik ia menutup teleponnya dari pada harus mendengarkan pembicaraan tak jelas dari sang papa.
Dia kembali melajukan mobilnya meninggalkan kompleks rumah Papanya. Hpnya berdering, Rassya memasangkan earphone bluetooth di telinganya yang sudah tersambung dengan hp, lalu menggeser ke atas ikon hijau itu.
"Hm?"
"Bisa tolongin gue?"
Rassya mengerutkan keningnya, tumben sekali Emil meminta bantuan kepadanya, "apa?"
"Temenin gue buat jadi badut,"
"LO GILA?!" Rassya menoleh ke Aqeela yang sedikit terusik gara gara teriakannya. Tangan satunya mengelus elus rambut Aqeela, menenangkan. Dan tangan satunya lagi di gunakan untuk menyetir.
"Ck, bantuin elah! Bini gue ngidam pengen gue jadi badut,"
"Minta tolong sama Jefan aja!" Kemudian Rassya segera mematikan sambungan telepon itu. Enak saja dirinya di minta menjadi badut, bisa turun harga diri dia.
Mobilnya berhenti ketika lampu lalulintas berwarna merah. Rassya pun melepaskan benda yang dari tadi menyumpal telinganya, dan melirik Aqeela yang sepertinya sudah terbangun.
Aqeela menggeliat pelan, kemudian melihat ke jalanan luar dari dalam mobil, "tunggu.. ini jalan kerumah kita? Kita gak kerumahnya Papa sama Mama?" tanyanya
"Udah kesanah, tapi rumahnya kosong,"
"Lho? Emang mereka kemana?"
"Lagi jalan jalan,"
"Yahh.. Mama sama Papa kenapa gak ngajak aku?" ucap Aqeela dengan raut wajah sedih.
Rassya mengedikan bahunya, "udah gak usah sedih. Kita bisa kok liburan sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Kakel (Syaqeel)
Acak🌱 Jangan lupa follow dulu sebelum baca ya! 🌱Jangan jadi pembaca gelap! 🌱 Hargai karya author! 🌱 Jangan hujat, namanya juga penulis amatiran. Maklumin aja kalo ada salah. Atau kasih nasehat. Di jual oleh orangtuanya sendiri. Rasanya Aqeela ingin...