☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️
"AKU harap ada alasan bagus kenapa aku harus ke sini," ujar Gavin yang terlihat masih kesal karena kejadian tadi.
Ditambah lagi Edgar tiba-tiba menyuruhnya datang ke menara utara dan biasanya jika dia dipanggil secara tiba-tiba, ada sesuatu yang tidak beres. Namun, Gavin tidak tahu apa yang terjadi kali ini.
"Entahlah, aku hanya disuruh membawamu kemari," balas Edgar.
"Menurutmu ini ada hubungannya dengan perjodohanku atau tidak?"
"Aku tidak tahu."
"Masa iya kau tidak tahu? Kau, kan —"
"Sudah aku bilang, aku hanya disu—"
Brak!
Suara pintu yang tiba-tiba terbuka berhasil mengalihkan perhatian kedua lelaki itu. Mereka juga sama-sama menatap ke arah pria tua yang baru saja masuk.
"Selamat sore, Kakek Roland," sapa Edgar membuat pria tua itu langsung menatapnya.
"Ah, rupanya kau sudah datang Gavin," balas Kakek Roland saat melihat kehadiran lelaki itu.
"Ya, bukankah kau sendiri yang menyuruh tangan kananmu membawaku kemari? Dan di sinilah aku," ujar Gavin sambil tersenyum kecut.
"Ya, ya, aku memang menyuruhmu datang ke sini."
Gavin mengangguk. "Jadi ... sebenarnya ada apa??"
Kakek Roland tidak langsung membalas, dia terlihat membenarkan letak kacamatanya lebih dulu sembari melirik Edgar yang sejak tadi terdiam. Mengerti akan maksud lirikan Kakek Roland padanya, Edgar lantas menganggukkan kepala.
"Sebaiknya aku pergi sekarang, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan," ujar Edgar dan tanpa menunggu balasan dari kedua orang itu, dia bergegas pergi meninggalkan mereka.
Kini di ruangan besar itu hanya ada Gavin dan juga Kakek Roland. Tidak ada siapa pun yang berbicara di antara mereka, Gavin yang kebingungan pun hanya bisa diam dan menunggu sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Sejak Gavin kecil, ruangan besar di atas menara di mana para pemimpin manusia langit bekerja sama sekali tidak berubah. Setiap rak yang ada di ruangan itu selalu terisi penuh oleh berbagai buku tua, obat-obatan dan juga benda-benda yang sama sekali tidak diketahui Gavin.
Bahkan di atas meja dan juga lantai banyak sekali perkamen-perkamen yang berserakan. Tak terkecuali di atas meja kerja Kakek Roland sendiri, bahkan papan nama yang bertuliskan Roland Alban tampak hampir terjatuh karena berdesak-desakan dengan setumpuk buku dan perkamen.
Lalu di samping kursi tua di balik meja kerja Kakek Roland ada sebuah tiang berwarna emas yang dihiasi ukiran-ukiran rumit, sedangkan ujungnya berbentuk seperti kelopak bunga yang berguna untuk menyangga bola kristal di atasnya.
Bola kristal itulah yang sering digunakan kakek Roland untuk mengamati apa saja yang terjadi di dunianya dan Gavin juga tahu, jika kakeknya menggunakan bola kristal itu untuk memata-matainya.
"Tempat ini akan selalu sama, Gavin. Bahkan saat nanti kau menggantikanku," ujar Kakek Roland, membuat Gavin kembali menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAN IN THE SKY [END]
FantasyMulanya kehidupan Sheyla Azzura berjalan selayaknya orang normal. Dia juga berusaha menjalani hari-harinya dengan baik. Namun, kehidupan normalnya seketika berubah saat semesta mempertemukannya dengan seorang lelaki aneh yang mengatakan dirinya adal...