🌬️ 12 : Belanja bersama

487 75 0
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

SETIBANYA di mal, Sheyla tak henti-hentinya menyunggingkan senyum seraya mengedarkan pandangannya ke semua toko yang ada di sana. Setelah sekian lama, ini adalah pertama kalinya lagi dia datang ke mal.

Hal yang berbeda justru ditunjukkan oleh Gavin. Dia yang memang tidak suka keramaian terlihat kurang nyaman berada di sana. Apalagi saat orang-orang yang melewati mereka terus meliriknya.

"Aku harap kita segera pulang," gumam Gavin membuat Sheyla yang mendengarnya seketika menatap lelaki itu.

"Apa kau bilang? Segera pulang?" ulang gadis itu tidak percaya. "Kita baru saja tiba, belum membeli apa pun dan kau sudah ingin pulang?"

"Kalau begitu cepatlah beli apa yang kau inginkan. Aku benar-benar tidak nyaman berada di sini."

"Sudahlah, jangan kau hiraukan orang-orang yang melirikmu," ujar Sheyla saat dia tahu alasan kenapa Gavin merasa tidak nyaman. "Anggap saja mereka tidak ada."

"Bagaimana bisa aku melakukan itu? Jelas-jelas mereka ada di sekelilingku."

Sheyla mendengkus. "Baiklah, baiklah, kita tidak akan berlama-lama di sini. Ayo pergi."

"Ke mana?"

"Lantai atas." Tunjuk Sheyla.

Gavin mengernyitkan kening seraya menatap ke arah yang Sheyla tunjuk. Walau sebelumnya dia pernah datang ke mal, tapi karena waktu itu dia langsung pergi lagi, dia jadi tidak tahu kalau ada lantai lain di sana.

Lalu bagaimana caranya untuk sampai ke atas? Jelas-jelas lantai itu cukup tinggi dan manusia bumi tidak memiliki sayap.

"Haruskah aku keluarkan sayapku?"

"Apa?"

Gavin menatap Sheyla. "Bagaimana caranya naik ke atas? Bangsamu, kan, tidak punya say—mmphh."

Ucapan Gavin terhenti saat Sheyla tiba-tiba menutup mulutnya. Gadis itu juga memberi tatapan tajam pada Gavin.

"Kuperingatkan kau!" bisik Sheyla dengan penuh penekanan. "Jangan pernah mengatakan hal aneh apa pun di tempat umum kalau kau tidak mau dianggap gila!"

Gavin yang masih terkejut hanya bisa mengangguk pelan, sedangkan Sheyla mulai menyingkirkan tangannya.

"Dan lagi pula." Sheyla semakin mengecilkan suaranya. "Apa kau benar-benar punya sayap?"

Lagi-lagi Gavin mengangguk, membuat tatapan Sheyla langsung mengarah ke punggungnya.

"Aku bisa menampakkan dan juga menghilangkan sayap sesuai dengan keinginanku," ujar Gavin saat mengerti maksud dari tatapan Sheyla.

"Ohh, pantas saja selama ini aku tidak pernah melihatnya."

"Kau mau melihat sayapku?"

Sheyla tersenyum. "Tidak juga, ayo pergi."

Gavin berdecak, walau begitu dia tetap tersenyum seraya menatap Sheyla yang kini berjalan mendahuluinya. Sadar jika Gavin tidak mengikutinya, Sheyla lantas berbalik.

"Kenapa diam saja? Ayo pergi!"

Untuk kesekian kalinya Gavin mengangguk. Kemudian dia segera menyusul Sheyla dan berjalan beriringan bersamanya.

°°°°

Tiba di eskalator, Gavin yang baru pertama kali melihat anak tangga berjalan tampak mematung. Kalau saja Sheyla tidak menarik tangannya, mungkin Gavin hanya akan diam di sana sepanjang waktu.

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang