🌬️ 26 : Perasaan yang diabaikan

322 53 1
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

SELAGI Sheyla mengobati sikunya yang terluka, Gavin tak henti-hentinya memandangi wajah gadis itu. Sesekali dia juga tersenyum saat Sheyla meniup-niup sikunya.

"Lain kali kalau kau dipaksa melakukan sesuatu yang tidak kau bisa. Kau harus bisa menolaknya dengan tegas," ujar Sheyla. "Jangan terlalu memaksakan dirimu atau kau akan berakhir seperti ini atau mungkin lebih dari ini."

Entah Gavin mendengar ucapan Sheyla atau tidak, yang pasti dia hanya diam sambil terus mengamati wajah gadis itu dengan saksama. Dari mulai alisnya yang rapi, matanya yang berwarna cokelat, hidungnya yang biasa-biasa saja, hingga bibirnya yang ....

"Kau mengerti maksudku, kan?" 

Sheyla mendongakkan kepala dan betapa terkejutnya dia saat wajah Gavin berada tepat di depan wajahnya. Bola mata mereka saling bertemu, bibir mereka terkunci rapat dan jantung mereka sama-sama berdetak tidak biasa.

Kejadian itu berlangsung selama beberapa saat. Sampai akhirnya, entah sadar atau tidak, Gavin yang kini menatap bibir Sheyla tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

Sadar akan hal itu, mata Sheyla seketika terbelalak. Lalu saat wajah Gavin semakin dekat, dengan cepat Sheyla menutupi wajahnya dengan tangan, membuat Gavin akhirnya tersadar dengan apa yang dia lakukan.

"Sheyla, a-ak —"

"Jangan katakan apa pun!" potong gadis itu sambil menggelengkan kepalanya.

Gavin terdiam, sedangkan Sheyla yang masih menutupi wajahnya dengan tangan tiba-tiba berdiri. Dia lalu berjalan cepat menuju kamarnya seraya mengintip dari celah jari-jarinya.

Gavin yang termangu hanya bisa menatap pintu kamar Sheyla yang tertutup rapat. Waktu itu dia hampir mencium Sheyla saat dia tertidur, sekarang dia hampir mencium gadis itu secara terang-terangan?

Gavin menyandarkan punggungnya seraya mengusap wajahnya kasar. "Apa yang terjadi padamu, Gavin?"

°°°°

Berulang kali Sheyla mengubah posisi tidurnya dari mulai memiringkan tubuh ke kanan, ke kiri, terlentang, sampai menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Namun, tetap saja dia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Sampai akhirnya Sheyla menyerah dalam usahanya untuk tidur. Sebagai gantinya dia menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang dipenuhi oleh kejadian demi kejadian yang berputar layaknya sebuah film.

Dimulai dari kejadian malam itu, yaitu saat dirinya tertidur dalam pelukan Gavin. Seandainya saat bangun dia tidak ingat apa yang terjadi semalam, Sheyla pasti sudah memukuli lelaki itu sampai babak belur.

Lalu kejadian di skatepark saat Sheyla yang seharusnya merasa senang melihat Gavin dan Brian bersama, tapi dia malah merasakan hal sebaliknya.

Terakhir, seandainya tadi Sheyla tidak menutupi wajahnya dengan tangan, Gavin pasti akan ... Sheyla langsung membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap lalu menenggelamkan wajahnya di atas bantal.

Entahlah bagaimana perasaan Sheyla saat ini, yang pasti dia sangat amat terkejut dengan apa yang hendak dilakukan lelaki itu. Setelah cukup lama saling mengenal dan tinggal bersama, baru kali ini Gavin melakukan sesuatu yang terbilang kurang ajar.

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang