🌬️ 6 : Takut tapi juga kesal

663 76 1
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

"SE-sebenernya si-siapa kau ini?" tanya Sheyla terbata-bata.

"Gavin Alfarellza, kau bisa memanggilku Gavin," jawab Gavin yang saat ini duduk di sofa.

"Tidak, tidak, aku tidak bertanya namamu. Aku bertanya makhluk apa kau?" Sheyla meralat pertanyaannya.

Gavin terdiam sejenak. "Kau sendiri makhluk apa?"

"Tentu saja aku manusia! Kau pikir apa?!" bentak Sheyla yang entah mendapat keberanian dari mana.

Perasaan takut yang tadi menguasainya pun kini perlahan memudar. Meski begitu, Sheyla masih bersikap waspada kalau-kalau lelaki di hadapannya berbuat macam-macam.

Gavin menyandarkan punggungnya. "Apa aku sudah mirip manusia bagimu?"

Sheyla terdiam seraya menatap Gavin dengan lekat. Dia memang seperti manusia pada umumnya, kakinya tidak melayang seperti hantu dan wajahnya juga tidak menyeramkan. Namun, Sheyla masih ragu jika lelaki di hadapannya adalah manusia sungguhan.

"Kau mirip manusia, tapi aku tidak sepenuhnya percaya," ujar Sheyla.

"Terus menurutmu aku mirip apa?"

"Entahlah."

Gavin tersenyum. "Sebenarnya aku juga manusia. Hanya saja aku bukan manusia bumi."

"Apa?" Sheyla tentu terkejut mendengarnya. "A-apa kau alien? Si kepala plontos dengan seluruh tubuhnya yang berwarna hijau? Dengan wajah jelek dan berlendir? Terus sekarang kau sedang menyamar menjadi lelaki tampan bak pangeran?!"

Gavin termangu, terkejut akan pertanyaan Sheyla yang selain bertubi-tubi tapi juga cepat. "Bukan, kau bisa lihat aku punya rambut, kan? Aku juga tidak berwarna hijau dan apa menurutmu wajahku jelek?"

Entah sadar atau tidak, tapi Sheyla terlihat menggelengkan kepalanya.

"Dan satu lagi, aku tidak berlendir. Itu menjijikkan," sambung Gavin.

Lagi-lagi Sheyla terdiam, terutama saat apa yang Gavin katakan memang benar. Lantas, jika dia bukan hantu ataupun alien, dia makhluk apa?

"Aku sudah katakan padamu. Aku manusia tapi bukan manusia bumi. Aku manusia langit," ujar Gavin yang lagi-lagi bersikap seolah bisa membaca pikiran Sheyla.

"Ma-manusia la-langit?" ulang Sheyla terbata.

Gavin mengangguk. "Ya, di langit sebelah barat di mana matahari terbenam, di sana ada portal menuju duniaku. Dunia di mana para manusia langit tinggal."

Mata Sheyla terbelalak, mulutnya terbuka tidak percaya. Manusia langit? Portal di langit barat? Apa maksudnya ini?

"Apa kau sudah gila?!" teriak Sheyla saking terkejut dan tidak percayanya akan ucapan Gavin.

"Tidak."

Sheyla mendengkus. "Apa kau pikir aku akan percaya pada omong kosongmu? Semua yang kau katakan itu tidak masuk akal dan —"

"Apa aku harus membuktikannya lagi padamu?" potong Gavin membuat kening Sheyla berkerut.

"Membuktikannya lagi?"

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang