🌬️ 11 : Pergi ke mal

506 67 2
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

SHEYLA yang kemarin-kemarin belum sempat membayarkan uang sewa apartemen, memutuskan untuk melunasi semua tunggakannya hari ini. Bahkan dia juga sudah membayar uang sewa untuk dua bulan ke depan.

Hari ini juga, Sheyla berencana untuk pergi berbelanja bersama Gavin. Mengingat akhir-akhir ini dia sering mengalami perubahan suasana hati yang begitu drastis. Di mana dalam sekejap dia bisa merasa sedih, senang, kesal dan juga marah. Maka dia memutuskan untuk menghibur dan memanjakan dirinya.

"Kita akan pergi ke mana?" tanya Gavin yang saat ini berjalan beriringan bersama Sheyla.

"Mal."

"Mal? Aku pernah diajak Edgar ke sana sekali."

"Benarkah?" tanya Sheyla seraya menatap lelaki di sampingnya. "Menurutmu bagaimana tempat itu? Apa kau menyukainya? Dan apa yang kau beli di sana?"

Gavin berpikir sejenak. "Tempatnya bagus, tapi terlalu ramai. Jadi aku langsung pergi tanpa membeli apa pun."

"Sungguh?"

"Ya, aku tidak terlalu suka keramaian. Apalagi dengan semua tatapan yang tertuju padaku."

"Ah, ya, seperti di kafe malam itu, kan?"

Gavin mengangguk. "Seandainya malam itu aku tidak begitu lapar, mungkin aku tidak akan memaksakan diri datang ke sana."

"Begitukah? Tapi kalau kau tidak memaksakan diri, kau mungkin tidak akan bertemu denganku."

Gavin yang sejak tadi menatap lurus ke depan, seketika menatap gadis itu. Sebaliknya, Sheyla malah mengulum senyum seraya memalingkan wajah.

Apa yang Sheyla katakan memang ada benarnya. Seandainya malam itu Gavin tidak datang ke kafe, mungkin dia tidak akan bertemu Sheyla dan tinggal bersamanya.

"Eum ... kalau aku boleh tahu, kenapa malam itu kau mengikutiku?" tanya Sheyla tanpa menatap lelaki di sampingnya.

Sembari mengusap tengkuk, Gavin kembali menatap lurus ke depan. Jujur saja dia sedikit bingung bagaimana menjelaskannya.

"Entahlah, tapi saat aku tiba di bumi aku benar-benar kebingungan. Walau Edgar sudah memberi tahu apa yang harus aku lakukan, tapi aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya."

"Jadi?"

"Kebetulan sekali malam itu aku bertemu denganmu dan cuma kau manusia bumi yang aku kenal. Jadi aku pikir, mungkin kau bisa membantuku."

Langkah Sheyla seketika terhenti, dia juga menatap Gavin dan walau dia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi entah kenapa tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulutnya.

Sejak pertemuan pertama mereka malam itu dan Sheyla terbangun keesokan harinya di depan toko, Sheyla yang ketakutan setengah mati bersumpah tidak ingin bertemu lagi dengan lelaki itu.

Walau dia adalah orang yang menolongnya, tapi setelah melihat apa yang dia lakukan, Sheyla tentu tidak mau berurusan dengan orang yang bukan manusia.

Namun, siapa sangka dia dan lelaki itu justru kembali bertemu. Parahnya kini mereka tinggal serumah.

Jika dipikir-pikir, bertemu dengan Gavin tidaklah terlalu buruk. Karena selain Gavin pernah menyelamatkannya, pertemuan kedua mereka juga saling menguntungkan. Ya, sepertinya tidak ada pertemuan yang sia-sia bukan?

"Menurutmu begitu? Apa kau senang kita bertemu kembali?"

Sialan! Bagaimana bisa Sheyla lupa kalau Gavin bisa membaca pikirannya?

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang