🌬️ 23 : Gavin atau Adrien?

369 54 0
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

KEESOKAN paginya, Sheyla yang memang tidak akan pergi ke mana-mana, memutuskan untuk kembali menulis. Karena itu, setelah sarapan dan sedikit membersihkan dapur, Sheyla lantas masuk ke kamarnya lagi.

Sebelumnya, dia juga bilang pada Gavin untuk tidak menganggunya hari ini. Gavin hanya menurut dan selagi Sheyla sibuk menulis di dalam kamar, Gavin yang tidak tahu harus melakukan apa hanya bisa duduk di sofa sambil menonton televisi.

Awalnya Gavin terlihat asyik menonton, sesekali dia juga tertawa saat menonton acara komedi, tapi saat detik berubah menjadi menit dan menit berubah menjadi jam, sampai tidak terasa hari sudah menjelang siang, barulah Gavin mulai merasa bosan.

Berulang kali dia menatap pintu kamar Sheyla, berharap gadis itu akan keluar dan mereka bisa mengobrol atau semacamnya.

Namun, sekalinya Sheyla keluar, dia hanya pergi ke kamar mandi atau mengambil air minum dan camilan. Setelah itu, dia kembali ke kamarnya dan tidak keluar lagi dalam waktu yang lama.

Hingga jam makan siang tiba, Gavin yang awalnya berpikir Sheyla akan keluar dari kamar untuk memasak, lalu mereka akan makan bersama sambil mengobrol, pada akhirnya harus menelan pil pahit.

"Terima kasih," ujar Sheyla pada seseorang di luar apartemen.

Setelah menutup pintu, dia lantas berjalan menghampiri Gavin sambil membawa dua kantong plastik. Kemudian ditaruhnya salah satu kantong plastik itu di atas meja.

"Apa itu?" tanya Gavin.

"Makan siang," balas Sheyla.

"Kau tidak memasak?"

Sheyla menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku sedang menulis," balas Sheyla. "Sudah, ya, aku mau menulis lagi sambil makan di kamar."

Belum sempat Gavin membalas, Sheyla sudah kembali masuk ke kamarnya. Meninggalkan Gavin yang untuk kesekian kalinya harus sendirian lagi.

"Menyebalkan," ujar Gavin sambil menyandarkan punggungnya.

Selain bosan karena tidak tahu harus melakukan apa, sikap Sheyla yang acuh tak acuh pun membuat Gavin merasa kesal.

°°°°

"Gavin bangun," ujar Sheyla seraya menggoyangkan tubuh Gavin. "Gavin ayo makan malam dulu, aku sudah memasak."

Gavin yang awalnya tertidur pulas, akhirnya membuka mata saat Sheyla terus membangunkannya. Masih dengan rasa kantuk dan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, Gavin menatap Sheyla dengan mata menyipit.

"Apa kau sudah selesai menulis?" tanya Gavin seraya mengucek matanya.

"Tentu saja belum," balas Sheyla. "Tapi aku lelah dan malam ini aku ingin beristirahat."

"Bagus, dari tadi aku bosan sendirian terus."

"Maksudmu?"

"Aku bosan karena tidak tahu harus melakukan apa dan aku kesepian karena kau terus di kamarmu," jawab Gavin apa adanya.

"Benarkah?"

"Hm."

Sheyla tersenyum geli mendengarnya. "Baiklah, sekarang ayo kita makan."

Tanpa memberi kesempatan Gavin untuk menjawab, Sheyla sudah langsung menarik tangan lelaki itu, membuat Gavin yang awalnya masih berbaring dengan terpaksa harus berdiri di saat dirinya belum siap. Bahkan dia hampir saja terjatuh karena kehilangan keseimbangan.

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang